Menuju konten utama

Lalu Lintas ke Jogja Padat saat Lebaran, Kunjungan Wisata Turun

Kepadatan lalu lintas di Kota Gudeg naik 24,19 persen selama musim libur Lebaran 2025 dibandingkan hari biasa, tetapi kunjungan wisata menurun.

Lalu Lintas ke Jogja Padat saat Lebaran, Kunjungan Wisata Turun
Jalan Malioboro. foto/ANTARA

tirto.id - Data dari Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Yogyakarta mencatat kepadatan lalu lintas di Kota Gudeg naik 24,19 persen selama musim libur Lebaran 2025 dibandingkan hari biasa. Namun, jika dibandingkan dengan tahun lalu pada periode yang sama, jumlahnya meningkat sekitar 5,12 persen.

"Kendaraan masuk selama libur Lebaran 489.846 setara mobil penumpang. Rata-rata per hari kepadatan 122.462," kata Kepala Dishub Kota Yogyakarta, Agus Arif Nugroho, dihubungi Tirto, Selasa (8/4/2025).

Kendati terjadi kepadatan lalu lintas meningkat, secara umum, kunjungan wisata di Kota Yogyakarta justru menurun dibanding periode yang sama tahun lalu. Artinya, jumlah wisatawan pada musim libur Lebaran 2025 tak sebanyak musim libur Lebaran 2024.

Kepala Dinas Pariwisata (Dinpar) Kota Yogyakarta, Wahyu Hendratmoko, mengungkap hasil survei bersama Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dan pemerintah pusat yang menunjukkan penurunan jumlah pemudik ke Kota Istimewa.

"Gambaran umumnya, terjadi penurunan [kunjungan wisata di Kota Yogyakarta], sesuai dengan hasil survei dari Kemenhub dan pemerintah pusat terkait pergerakan wisatawan yang masuk ke Kota Yogyakarta dan DIY. Pergerakan pemudik yang masuk ke DIY menurun," kata Wahyu.

Namun, Wahyu belum mengantongi data pasti. Sebab, akumulasi penghitungan jumlah wisatawan butuh waktu tiga hari untuk dirangkum. "Baru bisa diketahui jumlahnya tanggal 9 April," imbuh Wahyu.

Sementara itu, Kepala Seksi (Kasi) Promosi dan Informasi Dinas Pariwisata (Dinpar) Kabupaten Bantul, Markus Purnomo Adi, mengatakan kunjungan wisatawan di kabupaten berjuluk Bumi Projotamansari itu tahun ini turun jika dibandingkan tahun lalu.

Ipung, sapaan akrabnya, mengatakan bahwa kunjungan selama libur Lebaran 2025 mencapai 151.260 orang. Sementara pada tahun 2024 ada sebanyak 150.754 wisatawan.

Jika melihat data tersebut, sekilas ada kenaikan. Kendati demikian, jumlah hari libur pada tahun ini adalah 11 hari sementara pada tahun 2024 hanya sembilan hari.

"Maka kalau mau membandingkan, kita lihat rata-rata kunjungan per hari," tegas Ipung.

Ipung menjelaskan rata-rata kunjungan wisatawan yang masuk ke Bantul hanya 13.751 orang per hari pada musim libur Lebaran 2025. Sementara tahun lalu, rata-ratanya 16.568 orang.

"Artinya, ada penurunan rata-rata kunjungan harian sekitar 17 persen," ujarnya.

Ipung menduga turunnya jumlah wisatawan diakibatkan oleh beberapa faktor. Terutama adalah daya belu yang menurun. "Daya beli menurun, efek mudik berkurang. Banyak PHK kan, jadi warga mengurangi belanja," jelasnya.

Selain itu, kata Ipung, adanya situasi alam turut berpengaruh terhadap kunjungan wisata ke Bantul. Mulai dari BMKG yang masih mencanangkan cuaca ekstrem berpotensi hidrometeorologi dan potensi megathrust.

"Jadi, wisatawan, kan, agak takut ke pantai [destinasi utama di Bantul]," jelas Ipung.

Deddy Pranowo Eryono, Ketua Umum BPD PHRI DIY, turut mengungkap turunnya jumlah okupansi hotel dan restoran di DIY.

"Data valid baru kemarin kami sebarkan ke anggota untuk mengetahui keterisian kamar hotel atau tempat duduk resto," sebut Deddy.

Deddy menyebutkan, pada periode 28 Maret sampai 1 April jumlah rata okupansi 30-50 persen. Periode 2 sampai 4 April, okupansi mencapai 80 persen. Sementara periode 5 sampai 7 April sebanyak 40-60 persen.

"Jauh menurun dibanding tahun lalu, dulu bisa rata-rata 85-95 persen, dan [okupansi tinggi berlangsung] bisa 5-6 hari," tutur Deddy.

"Tahun ini rata-ratanya 50-65 persen, hanya 3 hari saja bisa rata-rata 80 persen di tanggal 2 April sampai 4 April," imbuhnya.

Deddy mengungkapkan turunnya okupansi dikarenakan oleh turunnya daya beli masyarakat. "Dan wisatawan lebih memilih penginapan yang murah seperti kos-kosan, homestay, atau vila rumah yang mungkin tidak berizin dan tidak membayar pajak akomodasi serta [tidak] sertifikasi hospitility," tukas Deddy.

Baca juga artikel terkait JOGJA atau tulisan lainnya dari Siti Fatimah

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Siti Fatimah
Penulis: Siti Fatimah
Editor: Fransiskus Adryanto Pratama