tirto.id - Terkait masa depan geothermal di Indonesia, pada 2025 peran minyak dalam bauran energi di Tanah Air akan dikurangi hingga 30 persen, sementara penggunaan panas bumi akan ditingkatkan. Diharapkan pembangkit tenaga listrik panas bumi dapat menyumbang 9.500 MW.
Hal itu disampaikan oleh Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arcandra Tahar ketika mengunjungi Pertamina Geothermal Energi (PGE) Area Kamojang melalui keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (8/1/2017). Target tersebut, lanjutnya, sesuai dengan Cetak Biru Perencanaan Energi 2005-2025.
Ia mengungkapkan, produksi listrik dari sumber energi panas bumi juga memiliki tingkat keandalan produksi yang stabil dan tidak terpengaruh cuaca. "Kestabilan ini membuat listrik dari panas bumi bisa menjadi base load penyediaan listrik bagi masyarakat oleh PLN," katanya, demikian seperti dikutip dari kantor berita Antara.
Sebagai base load, lanjutnya, ketika penggunaan listrik berada pada titik terendah, misalnya lebaran, maka Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) tetap hadir dengan kapasitas penuh, sedangkan pembangkit yang menggunakan BBM dan batubara dimatikan.
Tantangannya, lanjut Acandra, bagaimana membuat harga listrik panas bumi lebih kompetitif dibanding sumber energi lain sehingga hal itu menjadi satu hal yang harus dipikirkan bersama untuk jalan keluarnya.
Data Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menunjukkan, total potensi panas bumi di Tanah Air mencapai 29 GWe dan menyebar di 265 lokasi. Potensi besar itu membuat 40 persen sumber daya panas bumi dunia berada di Indonesia. Jika potensi itu diwujudkan, terjadi penghematan bahan bakar minyak (BBM) 1,2 juta barel per hari.
Sementara itu, Direktur Operasi PGE Ali Mundakir menyampaikan, sampai akhir 2016 kapasitas terpasang yang dimiliki PGE sebesar 537 MW setara listrik.
Dari 14 Wilayah Kerja Panas bumi (WKP), lanjutnya, terdapat empat area yang sudah berproduksi secara operasi sendiri (own operation), yaitu Area Kamojang (Jawa Barat), Sibayak (Sumatera Utara), Lahendong (Sulawesi Utara), dan Ulubelu (Lampung). Sementara itu, 5 WKP lain dioperasikan dengan mitra, meliputi WKP Sarulla (Sumatera Utara), Gunung Salak, Darajat, Wayang Windu, ketiganya di Jawa Barat, dan Bedugul di Bali.
Pada kesempatan itu, Arcandra juga mengunjungi Geothermal Information Center (GIC), wilayah operasi hingga PLTP, area wisata Kawah Kamojang, dan Pusat Konservasi Elang Kamojang (PKEK) yang dikembangkan oleh PGE bekerjasama dengan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat.
Turut hadir kunjungan tersebut, Dirjen Energi Baru dan Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Ridha Mulyana dan Direktur Panas Bumi Yunus Saefulhak.
Penulis: Ign. L. Adhi Bhaskara
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara