tirto.id - Suatu ketika Ardi Pritadi, mahasiswa pascasarjana di Universitas Indonesia, mesti berkendara sendirian, dari kediamannya di kawasan Bintaro ke kawasan Cibubur. Karena tidak tahu jalan, Ardi mempercayakan Google Maps sebagai navigatornya. Sayangnya, ketika berada di Tol JORR, Google Maps tiba-tiba menyuruhnya keluar di gerbang tol Jati Warna.
Pikir Ardi, gerbang tol tersebut akan mengarahkannya ke wilayah Bekasi, bukan ke wilayah Cibubur, yang menurut pengetahuannya, berada di Bogor. Namun, karena ia benar-benar buta arah menuju Cibubur, “gue ikutin aja,” kata Ardi.
Kecemasannya akan tersasar sirna. Selepas keluar dari gerbang Jati Warna, Peta Google mengarahkannya ke “jalan utama yang langsung mengarah ke Cibubur.” Seketika juga Ardi kembali percaya diri melanjutkan perjalanan.
Ardi merupakan satu di antara lebih dari semiliar pengguna aktif Google Maps di seluruh dunia. Berkat aplikasi dari perusahaan raksasa internet itu, Ardi tak cuma dituntun ke Cibubur, tetapi ia juga menggunakannya ke tempat-tempat jauh, termasuk mudik, yang rutenya tak selalu ia ketahui.
“Tiap nyasar pasti gue selalu ngandalin ini, dan pasti [Google Maps] selalu bantuin biar gue enggak nyasar lagi,” ujarnya.
Petunjuk jelas, prediksi kemacetan yang tepat, dan memori yang ringan di ponsel menjadi tiga alasan mengapa Ardi lebih memilih Google Maps dibandingkan aplikasi sejenis lain. Soal memori yang ringan, Google Maps punya versi “sederhana”, yakni Google Maps Go. Dengan hanya menempelkan fitur-fitur utamanya, Google Maps Go hanya memiliki ukuran file instalasi 167 kilobyte. Unggul dibandingkan aplikasi navigasi manapun.
Dalam menyambut musim mudik, aplikasi seperti Google Maps penting digenggam. Jika menelusuri di toko aplikasi Google Play, banyak aplikasi bertema mudik bermunculan.
BRI, misalnya. Bekerjasama dengan portal Detik, bank pelat merah itu meluncurkan aplikasi bernama Jalur Mudik 2018. Di laman Google Play, selain menghadirkan informasi bertema mudik dan Ramadan, seperti zakat misalnya, Jalur Mudik 2018 juga menghadirkan informasi-informasi terkait Bank BRI, semisal lokasi ATM. Sayangnya, alih-alih sebagai "hot spot" informasi mudik, aplikasi ini lebih menitik-beratkan pada fitur game, sebagimana banyak diulas para penggunanya. Seorang pengguna bernama Tripinto Laksono berkomentar tentang aplikasi tersebut bahwa fitur "game-nya seru bikin penasaran."
Ada pula Toyota yang merilis aplikasi bernama "Teman Mudik". Lagi-lagi, selain menghadirkan informasi mudik, dan terutama lebih berkutat pada info seputar Toyota—seperti bengkel Toyota—game menjadi salah satu fokus aplikasi ini. Bahkan, di laman aplikasi menyebutkan "... games dan musik yang menarik diharapkan dapat menambah kenyamanan dalam berkendara."
Baik aplikasi yang dirilis BRI maupun Toyota lebih cocok disebut gimmick pemasaran kedua merek tersebut dengan memanfaatkan momentum mudik dibandingkan menghadirkan informasi selengkap mungkin tentang mudik. Maka, Google Maps, yang tak mengandung embel-embel "mudik", dapat didaulat sebagai salah satu referensi utama bagi pemudik memperoleh informasi selama mereka pulang ke kampung halaman.
Mengandalkan Google Maps sebagai petunjuk jalan sebagaimana yang dilakukan Ardi tidak terlalu mengherankan. Pada 2013, merujuk data Statista, Google Maps pernah didaulat sebagai “most-used smartphone app” di seantero dunia. Saat itu 54 persen pengguna smartphone menggunakan Google Maps. Ia unggul jauh dari WhatsApp yang digunakan 17 persen pemakai smartphone.
Merujuk sumber yang sama, Google Maps merupakan satu-satunya layanan peta dengan fitur real-time traffic yang telah tersedia di 61 negara, termasuk Indonesia, unggul dibandingkan Here (52 negara) dan TomTom (52 negara).
Setidaknya, dalam melakukan perjalanan mudik, ada tiga informasi yang dibutuhkan: rute menuju tujuan, keadaan lalu-lintas, dan lokasi-lokasi pendukung perjalanan mudik seperti ATM, pom bensin, masjid, dan tempat makan. Google Maps mendukung ketiga informasi yang dibutuhkan tersebut.
Jason Tedjasukmana, kepala komunikasi Google Indonesia, mengatakan kepada Tirto bahwa “Maps memiliki sejumlah fitur seperti petunjuk arah yang akurat dan informasi lalu lintas real-time yang dapat membantu pengemudi mobil merencanakan perjalanan (mudik) dengan mudah.”
Hingga tahun 2015, keadaan lalu-lintas di 24 kota di Indonesia bisa dipantau melalui Google Maps secara real-time. Garis hijau (lancar), kuning (tersendat), merah (macet), dan merah tua (macet parah) jadi penanda signifikan bagi para pemudik yang hendak mengambil rute tertentu.
Fitur real-time sangat menentukan bagi pemudik. Waze, aplikasi petunjuk jalan yang dimiliki Google, pernah melakukan riset pada 2016. Hasilnya, terjadi peningkatan lalu-lintas hingga 64 persen saat Ramadan (termasuk saat mudik). Selain itu, terjadi peningkatan kecelakaan lalu-lintas hingga 80 persen. Bagi para pemudik yang ingin melakukan perjalanan dengan cepat dan efisien, tentu fitur real-time traffic sangat membantu.
Selain itu, guna menyempurnakan fitur rute perjalanan, Google menambahkan fitur rute khusus motor di Google Maps sejak Maret 2018.
Jason mengatakan rute khusus motor itu dibuat agar pengguna Google Maps “dapat melihat rute yang bisa dilalui oleh sepeda motor, mulai dari jalan besar hingga jalan-jalan kecil.” Bagi Google, penambahan rute khusus motor di Google Maps bernilai penting. Dalam klaim mereka, jumlah motor tujuh kali lebih banyak dibandingkan mobil.
Karena Maps merupakan anak kandung Google, segala keunggulan si mesin pencari dimiliki Maps. Tinggal mengetikkan “ATM”, “SPBU”, “Masjid”, atau “Restoran” di kolom pencarian Google Maps, para pemudik dengan mudah ditunjukkan lokasi-lokasi tersebut dan diurutkan dari yang terdekat. Tinggal klik di tempat yang dikehendaki, seketika Google Maps memberikan petunjuk arah.
Di musim Ramadan dan lebaran tahun 2017, merujuk Jason, kata “ATM” adalah yang paling banyak dicari di Google. Posisi ke-2 diduduki oleh masjid, disusul “SPBU” dan “Rest Area.”
Selain Google Maps, developer-developer lokal membangun aplikasi khusus mudiknya. Hal ini dilakukan Aditya Arya. Di bawah panji NW Apps, ia meluncurkan aplikasi bernama “Mudik Hebat 2018.” Kepada Tirto, Aditya mengaku aplikasi tersebut lebih ditujukan untuk “melihat demand seperti apa (pasar) aplikasi jenis ini.”
Namun, meski hanya ditujukan untuk melihat pasar, Mudik Hebat 2018 masih layak digunakan. Dari laman Google Play aplikasi tersebut mengklaim “terhubung dengan jaringan informasi CCTV NTMC Lalu Lintas Polri dan Dinas Perhubungan." Aditya mengatakan aplikasi buatannya memuat “informasi event-event, berita-berita mudik, serta cuplikan dari TV.”
Aplikasi mudik lain adalah “Info Mudik 2018.” Aplikasi buatan Tuturu Dev ini memuat beberapa informasi dari harga tiket hingga nomor-nomor penting saat mudik. Sebagaimana Mudik Hebat 2018, aplikasi ini juga mengompilasi informasi seputar mudik dari pusat pengendali lalu lintas nasional Polri, terutama dari akun Twitter resmi instansi tersebut.
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Fahri Salam