Menuju konten utama
IPS Sosiologi

Apa yang Dimaksud Heterogenitas Sosial dalam Bermasyarakat?

Pengertian heterogenitas sosial dalam kehidupan bermasyarakat dan contohnya.

Apa yang Dimaksud Heterogenitas Sosial dalam Bermasyarakat?
Warga dengan mengenakan kostum pewayangan dan superhero bersama warga keturunan Tionghoa makan bersama nasi berkat dan kue keranjang di Klenteng Tien Kok Sie, Pasar Gede, Solo, Jawa Tengah, Senin (31/1/2022).Kerukunan antar-warga yang berbeda agama, ras, dan suku di suatu daerah menjadi salah satu contoh heteogenitas sosial. ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/rwa.

tirto.id - Dalam kehidupan bermasyarakat, heterogenitas sosial merupakan istilah untuk menjabarkan perbedaan-perbedaan individu atau kelompok tertentu yang ada di dalamnya.

Mengutip catatan KBBI Daring, arti heterogenitas adalah sesuatu yang sifatnya ada “keanekaragaman” atau sesuatu yang terdiri dari “banyak macam”.

Jika dikaitkan dengan konsep sosiologi, maka arti heterogenitas adalah masyarakat (sebagai bagian dari kehidupan sosial) yang penuh keanekaragaman.

Melalui kehidupan sehari-hari, secara tak sadar mungkin sering terlihat berbagai macam perbedaan individu atau kelompok-kelompok tertentu.

Nyatanya, memang individu atau kelompok tersebut mempunyai perbedaan walaupun hidup di suatu lingkungan sosial tertentu.

Lantas, apa yang menyebabkan terjadinya heterogenitas sosial dan apa saja contohnya?

Penyebab Terjadinya Heterogenitas Sosial

Soekanto dalam Sosiologi Suatu Pengantar (2009) menyebut bahwa ada lapisan masyarakat yang sifatnya tetap. Pada dasarnya, ketetapan tersebut ternyata membuat suatu lapisan atau perbedaan tertentu di dalam masyarakat.

Istilah yang menyebabkan terjadinya heterogenitas sosial ini dikenal sebagai pelapisan sosial.

Pitirim A Sorokin menulis bahwa ada sistem yang membuat masyarakat dicirikan secara umum dan tetap. Kemudian, perbedaan tersebut memisahkan individu atau kelompok secara vertikal.

Penyebab terjadinya perbedaan yang vertikal ini adalah usaha, keturunan, dan macam-macam hal lainnya (Sari Oktafiana dkk., IPS, 2021, hlm. 130).

Sebut saja ada seorang anak raja, maka ia akan mewarisi takhta ayahnya. Dengan begitu, status yang lebih tinggi ia dapatkan dibanding masyarakat lain di lingkungannya. Maka, mereka dapat dikatakan berbeda.

Selain penyebab yang menghasilkan perbedaan vertikal, ada juga faktor terjadinya heterogenitas sosial yang sifatnya setara (horizontal).

Istilah perbedaan yang horizontal ini dikenal sebagai diferensiasi sosial. Berbeda dari yang vertikal, heterogenitas yang ada tidak terlalu membedakan status. Dengan kata lain, mereka punya kesetaraan kendati berbeda.

Anggap ada seorang individu dari Arab yang notabene dominasi kepercayaannya agama Islam. Ketika mereka bertamu di negara lain yang mayoritas agamanya berbeda, maka ia tak dianggap rendah. Dengan begitu, kesetaraan tercipta di masyarakat tersebut.

Contoh Heterogenitas Sosial

Heterogenitas sosial yang berarti keanekaragaman individu atau kelompok dalam suatu masyarakat terjadi di sekitar kita.

Sesuai dengan penyebabnya masing-masing, baik heterogenitas vertikal dan horizontal masih ada hingga saat ini.

Salah satu contoh heterogenitas yang bersifat vertikal terjadi di India. Di negara tersebut, ada beberapa macam kasta yang membedakan status seorang manusia.

Dengan begitu, ada suatu perbedaan yang akhirnya menjadi tolok ukur penakaran derajat seseorang.

Lantaran pedomannya berupa kepercayaan, maka perbedaan yang terjadi ini disebabkan oleh keturunan.

Kemudian, hal yang mungkin ada di sekitar kita adalah perbedaan terkait jabatan seseorang. Jika ada seorang berpangkat lebih tinggi, maka orang tersebut akan diberikan penghargaan lebih. Hal ini terjadi lantaran usaha orang tersebut dalam mendapatkan posisi tersebut.

Selanjutnya, ada banyak contoh lain dari heterogenitas sosial yang sifatnya horizontal. Di antaranya seperti hidupnya masyarakat yang berbeda agama di suatu lingkungan tertentu.

Kemudian, terdapat juga di kota-kota besar ketika masyarakat pendatang dari berbagai daerah berkumpul untuk mencari pekerjaan. Kendati suku dan rasnya berbeda, mereka hidup dalam satu lingkungan sosial.

Baca juga artikel terkait EDUKASI DAN AGAMA atau tulisan lainnya dari Yuda Prinada

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Yuda Prinada
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Dhita Koesno