tirto.id - Ungkapan cinta itu buta bisa menggambarkan dua insan yang saling jatuh hati meski perbedaan yang memisahkan mereka begitu besar.
Tirto pernah menurunkan artikel mengenai cinta beda agama, salah satunya mengenai beberapa kisah cinta para pahlawan Indonesia. Beberapa pahlawan nasional Indonesia, seperti Pierre Tendean, Sutan Sjahrir, dan dr. Soetomo terkenal memiliki pasangan beda agama.
Kisah cinta beda agama yang sempat membuat geger yakni pemimpin pergerakan pembebasan Palestina Yasser Arafat dengan Suha Al-Tawil. Yasser Arafat menikahi Suha Al-Tawil yang 34 tahun lebih muda. Yasser dan Suha juga berbeda agama. Namun, perbedaan usia dan keyakinan tak menyurutkan cinta keduanya.
Tetapi bagaimana bila terlanjur jatuh cinta pada orang yang beda agama? Psikolog Greta Vidya Paramita mengatakan ada satu hal yang harus disiapkan sejak awal bila memutuskan untuk menjalin hubungan dengan orang yang menganut kepercayaan berbeda.
“Kesiapan bertoleransi,” kata Greta dalam surel pada ANTARA News.
Toleransi yang ia maksud adalah bisa menerima bahwa Anda dan pasangan menganut nilai dan prinsip yang berbeda. Selain itu, Anda juga harus siap membuka diri terhadap perbedaan-perbedaan tersebut.
Greta melanjutkan, Anda harus siap memberi kesempatan pada pasangan untuk beribadah sesuai kepercayaannya. Juga tidak saling memaksakan agama satu sama lain.
Meski demikian, pada akhirnya perbedaan tersebut harus disikapi secara realistis. Menurut Greta, bila perbedaan yang ada terlalu besar untuk bisa diterima satu sama lain, pikirkan lagi solusi terbaik.
“Apabila Anda tidak dapat bertoleransi dan terlalu banyak yang harus dikompromikan maka perlu dipikirkan ulang sejauh mana Anda akan sanggup menjalani hubungan tersebut,” tutur dia.
Hubungan manusia tak pernah selalu mulus, ada kalanya melewati jalan berbatu dan berliku. Greta menyarankan untuk mempertimbangkan apakah Anda dan pasangan bisa melewati masa-masa sulit, misalnya ketika menghadapi konflik atau perbedaan pendapat.
“Harus selalu diingat bahwa sebuah hubungan tidak selalu dalam masa-masa menyenangkan,” imbuh dia.
Jadi siapkah menjalani hubungan beda agama setelah menjembatani konflik dan siap bertoleransi satu sama lain?
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri