tirto.id - Leptospirosis merupakan sebuah penyakit yang disebabkan oleh bakteri bernama Leptospira.
Dilansir dari laman Cleveland Clinic, Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis yang berarti penyakit ini ditularkan antara manusia dan hewan.
Penyakit ini bisa ditemukan di berbagai daerah, namun lebih umum ditemukan di area tropis dengan iklim yang lebih hangat dan lebih tinggi curah hujannya.
Lokasi-lokasi tersebut meliputi beberapa tempat seperti Oseania, Karibia, Afrika bagian sub-Sahara, sebagian Amerika Latin, serta Asia Selatan dan Asia Tenggara.
Penularan Penyakit Leptospirosis
Dilansir dari laman Canada.ca, penyakit ini ditularkan dan dibawa oleh hewan liar dan domestik seperti tikus, anjing, sapi, babi, kuda, domba, dan kambing.
Pembawa utama dari penyakit ini adalah hewan pengerat seperti tikus. Bakteri Leptospira ditularkan melalui urine dari hewan yang terinfeksi ke tanah atau air di lingkungan sekitar.
Tanah dan air yang telah terkontaminasi bisa menginfeksi manusia melalui kulit terutama kulit yang memiliki bekas luka atau sayatan, serta melalui hidung, mulut, atau mata.
Dilansir dari laman WebMD, orang-orang yang lebih rentan dan berisiko untuk terinfeksi penyakit ini adalah orang-orang dengan profesi seperti petani, dokter hewan, pekerja bawah tanah (penggali atau tambang), pekerja rumah jagal, serta militer.
Gejala Penyakit Leptospirosis pada Hewan dan Manusia
Gejala-gejala penyakit ini bisa dilihat pada hewan maupun manusia yang terinfeksi. Hewan dan manusia yang terinfeksi bisa saja tidak menunjukkan gejala apa pun.
Dilansir dari laman CDC, berikut adalah gejala-gejala penyakit Leptospirosis pada hewan dan manusia.
Gejala Leptospirosis pada hewan:
- Demam tinggi
- Muntah-muntah
- Sakit pada perut
- Diare
- Hilang napsu makan
- Lemah dan letih
- Nyeri otot
- Kemandulan
- Demam tinggi
- Sakit kepala
- Meriang
- Nyeri otot
- Muntah-muntah
- Kulit menguning
- Mata merah
- Nyeri perut
- Diare
- Ruam-ruam
Pada umumnya Leptospirosis terjadi dalam dua fase, yaitu:
- Fase satu terjadi dengan munculnya gejala seperti demam, meriang, sakit kepala, nyeri otot, muntah, atau diare. Setelah itu, orang yang terinfeksi bisa mulai sembuh sementara sebelum mulai sakit lagi.
- Fase kedua terjadi jika penyakit ini menjadi lebih parah. Fase kedua bahkan bisa menyebabkan orang yang terinfeksi mengalami gagal ginjal, penyakit hati atau meningitis
Penulis: Muhammad Iqbal Iskandar
Editor: Dhita Koesno