Menuju konten utama

Benarkah Vaksin HPV Bisa Sebabkan Mandul & Penjelasan Lengkapnya

Benarkah vaksin HPV bisa sebabkan mandul pada perempuan, dan mitos fakta soal vaksin HPV.

Benarkah Vaksin HPV Bisa Sebabkan Mandul & Penjelasan Lengkapnya
Ilustrasi vaksin HPV. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Hoaks tentang vaksin HPV sedang ramai di media sosial. Kabar bohong tersebut menyebutkan bahwa vaksin HPV diberikan dengan tujuan untuk membuat perempuan mandul.

Hoaks yang menuai kontroversi itu juga menyebutkan bahwa pemerintah tengah berupaya mengurangi populasi pribumi di Indonesia. Caranya dengan menggalakkan program pemberian vaksin HPV yang memang diwajibkan untuk untuk anak-anak perempuan.

Hoaks ini tentunya sangat berbahaya jika ditelan mentah-mentah karena akan menimbulkan salah paham. Sebab, faktanya vaksin HPV adalah salah satu vaksin penting yang bisa menjaga kesehatan perempuan.

Apa Itu Vaksin HPV dan Tujuannya?

Vaksin HPV adalah vaksin untuk mencegah infeksi human papillomavirus (HPV) yang dapat menyebabkan penyakit kanker serviks atau kanker leher rahim pada perempuan. Vaksin ini wajib diberikan pada semua perempuan yang sudah berusia di atas 12 tahun, terutama mereka yang belum aktif secara seksual.

Di Indonesia, vaksin HPV termasuk vaksin wajib yang masuk dalam program imunisasi nasional. Berdasarkan program tersebut, vaksin ini harus diberikan kepada seluruh anak perempuan yang duduk di kelas 5 dan 6 Sekolah Dasar (SD/MI/sederajat).

Lantaran termasuk vaksin wajib, pemberian vaksin HPV pun dibiayai oleh negara dan gratis untuk anak-anak. Sementara itu, remaja dan perempuan dewasa tidak termasuk sasaran program imunisasi nasional gratis.

Meski demikian, perempuan usia remaja dan dewasa tetap bisa mendapatkan vaksin HPV secara mandiri/berbayar di fasilitas kesehatan terdekat.

Menurut Kementerian Kesehatan, kanker serviks adalah jenis kanker penyebab kematian tertinggi nomor dua di Indonesia setelah kanker payudara. Tingkat kematian kanker serviks mencapai 50 persen, hal ini karena kebanyakan pengidapnya terlambat menyadari atau penyakitnya sudah masuk stadium yang lebih parah.

Meski tergolong mematikan, kanker serviks dapat dicegah, salah satunya dengan pemberian vaksin. Dengan vaksin HPV, setiap perempuan diharapkan terbebas dari infeksi human papillomavirus dan kanker serviks sehingga terwujud generasi yang lebih sehat.

Prosedur Vaksin HPV

Vaksin HPV diberikan melalui injeksi intramuskular atau suntikan ke dalam otot. Suntikan ini umumnya dilakukan pada lengan kiri bagian atas dengan jumlah vaksin sebanyak 0,5 ml dalam sekali suntik.

Dikutip dari laman resmi Kabupaten Lamongan, berikut prosedur pemberian vaksin HPV:

1. Area tubuh yang akan disuntik dibersihkan dahulu dengan kapas yang sudah diberi alkohol.

2. Petugas medis kemudian menjepit kulit di sekitar area suntik dengan tangan.

3. Vaksin HPV disuntikkan hingga ke dalam otot melalui permukaan kulit.

4. Petugas lalu memberikan kain kasa beralkohol dan menekannya di area suntikan ketika jarum suntik dilepas. Hal ini berguna untuk mencegah terjadinya perdarahan.

5. Proses pemberian vaksin HPV selesai. Namun, pasien disarankan untuk tidak segera pergi dan menunggu selama sekitar 15 menit setelah penyuntikan. Hal ini bertujuan untuk memantau kondisi pasien sekaligus mengantisipasi kemungkinan terjadinya efek samping.

Efek Samping Vaksin HPV

Pemberian vaksin HPV jarang menimbulkan efek samping. Efek samping yang mungkin terjadi setelah vaksinasi HPV antara lain:

  • Area bekas suntikan terasa nyeri, kemerahan, membengkak
  • Sakit kepala
  • Demam
  • Mual dan muntah
  • Tubuh terasa lemas dan lelah
  • Nyeri otot/sendi
Pasien yang baru mendapatkan vaksin HPV juga diharapkan segera mendatangi fasilitas kesehatan terdekat apabila mengalami keluhan sebagai berikut:

  • Wajah dan tenggorokan membengkak
  • Kesulitan bernapas
  • Seluruh tubuh gatal
  • Kepala pusing dan terasa berputar-putar
  • Penglihatan berkunang-kunang

Baca juga artikel terkait VAKSIN HPV atau tulisan lainnya dari Erika Erilia

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Erika Erilia
Penulis: Erika Erilia
Editor: Nur Hidayah Perwitasari