tirto.id - Salah satu narasi di media sosial menyebut ada uji coba sistem siaran darurat (emergency broadcast system/EBS) yang akan memberi sinyal frekuensi.
Sinyal tersebut diklaim bisa mengganggu kesehatan manusia. Beberapa pegiat media sosial kemudian mengaitkan hal ini dengan teori konspirasi vaksin Covid-19.
Dikatakan, tes ini bakal mengaktifkan grafena oksida (graphene oxide) di tubuh manusia, yang sebelumnya telah dimasukkan lewat vaksin Covid-19.
Isu ini diunggah di media sosial dalam bentuk potongan video yang menunjukkan seorang pria menyampaikan pesan berdurasi sekitar 50 detik.
Pria itu menyebut, Badan Manajemen Darurat Federal (Federal Emergency Management Agency/FEMA) akan mengirimkan sinyal pengaktifan senyawa grafena oksida pada 4 Oktober 2023, pukul 14.22 waktu setempat, lewat rangkaian yang disamarkan sebagai tes sistem siaran darurat.
"Beberapa hari yang lalu dia merilis video ini dengan mengatakan bahwa pada 4 Oktober, (hari EBS di Amerika Serikat/AS akan diuji), mereka akan menggunakan EBS untuk memancarkan beberapa frekuensi melalui peranti elektronik kami yang akan memberi kesan negatif kepada yang divaksin," begitu bunyi keterangan yang terpampang di dalam video. Dijelaskan pula kalau orang dalam video adalah Ketua Pegawai Eksekutif Unified Jason Shurka.
Narasi ditutup dengan penyampaian saran untuk mematikan telepon genggam saat periode waktu tersebut guna menghindari dampak negatif di tubuh.
Dari pengamatan Tim Riset Tirto, narasi serupa ditemukan di unggahan pengguna Facebook lain, ada pula di platform TikTok.
Lalu, benarkah ada upaya menggunakan uji coba sistem siaran darurat untuk memancarkan frekuensi negatif terhadap tubuh yang menerima vaksin?
Penelusuran Fakta
Hasil pencarian menunjukkan, memang benar akan ada uji coba sistem siaran darurat oleh FEMA pada 4 Oktober 2023. Hal ini disampaikan melalui siaran pers pada 3 Agustus 2023 lalu.
FEMA menjelaskan, pihaknya lewat koordinasi dengan Komisi Komunikasi Federal AS (FCC) bakal melaksanakan uji coba nasional sistem peringatan darurat dan peringatan darurat nirkabel, tepatnya pada 4 Oktober pukul 14.20 waktu setempat.
Pengujian dilakukan dengan mengirimkan pesan singkat ke pengguna gawai dan peringatan di stasiun televisi dan radio. Pengujian secara nasional via telepon genggam adalah yang ketiga kalinya dilakukan, sementara peringatan darurat dari televisi merupakan yang ketujuh kali dilakukan dalam skala satu negara.
FEMA menyebut, tujuan dari pengujian ini adalah untuk memastikan kalau sistem peringatan bencana yang ada masih efektif. Disebutkan juga jika pengujian tanggal 4 Oktober harus tertunda, sudah disiapkan tanggal 11 Oktober sebagai tanggal pengujian pengganti.
Nantinya, pada 4 Oktober 2023, mulai pukul 14.20 waktu setempat, tower penyedia layanan seluler akan menyiarkan kabar selama kurang lebih 30 menit. Siaran tower selular ini mengirimkan pesan ke telepon seluler yang digunakan pengguna.
Bergantung dari bahasa yang disetel di gawai pengguna, nantinya akan masuk satu pesan yang berbunyi, "ini adalah sebuah tes dari Sistem Pengingat Darurat Nirkabel Nasional. Tidak perlu tindakan apa pun". Hal serupa akan terjadi untuk siaran radio dan televisi.
Jadi, benar kalau akan dilakukan pengujian dari FEMA pada 4 Oktober 2023 yang bakal mengirimkan pesan ke gawai pengguna di AS.
Adapun yang disebarkan dari pengujian ini hanyalah pesan singkat untuk memastikan sistem peringatan darurat di AS masih berjalan dengan baik.
Terkait dengan pesan yang disampaikan di media sosial oleh Jason Shurka (tentang tes yang akan mengaktifkan grafena oksida dalam tubuh orang yang divaksin), sudah ada beberapa argumen yang menyanggahnya.
Soal kandungan grafena oksida dalam vaksin Covid-19, sebelumnya Tirto pernah menyangkal mengenai hal ini. Berdasar penelusuran pada Januari 2022 lalu, diketahui kalau senyawa ini tidak ditemukan dalam kandungan vaksin Covid-19 yang telah disetujui WHO.
Kominfo pun membuat sanggahan terkait kandungan grafena oksida tersebut di vaksin Covid-19. Dengan demikian, klaim yang tersebar di media sosial itu tidak berdasar.
Kantor berita AFP juga membuat bantahan dan menyebut informasi ini sebagai hoaks.
Pihak FEMA yang menjelaskan kalau sinyal suara uji coba yang disebarkan 4 Oktober 2023 nanti sama dengan yang telah dipakai sejak tahun 1963.
"FEMA tidak mengetahui adanya dampak buruk terhadap kesehatan yang disebabkan oleh sinyal audio," begitu bunyi pesan dari juru bicara lembaga yang dikutip AFP.
Sementara itu, Profesor Fisika dari Universitas Pittsburgh Eric Swanson menuturkan kalau pesan yang nantinya diterima akan sama dengan energi atau gelombang radio dari pesan singkat yang masuk ke gawai pada umumnya.
"Suaranya tidak akan berbeda juga dengan suara lainnya," terang dia.
Swanson menjelaskan, speaker kecil di telepon genggam hanya menghasilkan daya sekitar satu watt. Tenaga sebesar itu hanya akan memberikan getaran sederhana pada tubuh yang tidak berbahaya.
Bahkan, jika telepon genggam memancarkan radiasi elektromagnetik paling maksimum, pengaruhnya akan sangat minimal terhadap tubuh manusia.
Mengingat pengujian ini bertujuan untuk memastikan sistem pengingat darurat dapat bekerja dan menginformasikan keadaan bahaya kepada publik luas, upaya mematikan ponsel akan kontraproduktif.
Kesimpulan
Informasi mengenai adanya upaya menggunakan uji coba sistem siaran darurat untuk memancarkan frekuensi negatif terhadap tubuh yang menerima vaksin, tidak dapat dibuktikan kebenarannya.
Uji coba yang akan dilakukan pada 4 Oktober 2023 mendatang hanya berupa pengiriman pesan di gawai dan siaran televisi dan radio.
Pihak FEMA memastikan kalau uji coba serupa sudah pernah dilakukan sebelumnya dan tidak ditemukan adanya dampak negatif terhadap kesahatan.
Sementara menurut ahli, sinyal dari telepon genggam hanya dapat menghasilkan daya sekitar satu awatt yang tidak berbahaya bagi tubuh.
Adapun senyawa grafena oksida—yang disebut akan aktif saat menerima sinyal frekuensi tersebut—tidak ada dalam kandungan vaksin Covid-19.
Oleh sebab itu, informasi mengenai adanya upaya penyebaran frekuensi negatif terhadap tubuh yang divaksin saat uji coba sistem siaran darurat bersifat salah dan menyesatkan (false and misleading).
==
Bila pembaca memiliki saran, ide, tanggapan, maupun bantahan terhadap klaim Periksa Fakta dan Periksa Data, pembaca dapat mengirimkannya ke email factcheck@tirto.id.
Editor: Shanies Tri Pinasthi