Menuju konten utama

Apa Saja Bentuk-bentuk Konflik di Masyarakat dan Beragam Contohnya?

Ada sejumlah bentuk konflik yang biasa terjadi di masyarakat. Bentuk-bentuk konflik sosial tersebut bisa dibedakan dari 3 hal.

Apa Saja Bentuk-bentuk Konflik di Masyarakat dan Beragam Contohnya?
Ilustrasi Sosiologi. foto/Istockphoto

tirto.id - Konflik sosial sering terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Sebab, konflik adalah hasil interaksi yang sengaja di antara dua orang atau lebih dalam keadaan kompetitif.

Interaksi dalam kondisi kompetitif itu berarti ada perbedaan kepentingan dan masing-masing pihak berupaya mempertahankan keinginannya. Jika tidak terdamaikan, perbedaan kepentingan itu akan menimbulkan konflik. Jika terjadi di masyarakat, fenomena ini biasa disebut konflik sosial.

Pada dasarnya semua konflik sosial melibatkan kepentingan. Lewis A. Coser, mendefinisikan konflik sebagai perebutan nilai terhadap status, kekuatan, dan sumber daya yang langka.

Menurut Coser, adanya konflik tidak hanya bertujuan untuk memperjuangkan nilai yang diinginkan, tetapi juga menetralisasi, melukai, dan melenyapkan saingan.

Merujuk pada modul Sosiologi terbitan Kemdikbud, konflik adalah salah satu bentuk interaksi sosial yang mendasar sekaligus berkaitan dengan sikap kerja sama dalam masyarakat. Pemahaman itu berdasarkan pendapat Georg Simmel, seorang pakar sosiologi fungsional Jerman.

Simmel berpandagan bahwa konflik merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindari karena berfungsi untuk mengatasi ketegangan di antara hal-hal yang bertentangan dalam keidupan masyarakat.

Sosiolog lainnya, juga asal Jerman, Leopold von Wiese berteori bahwa akar konflik ialah perbedaan pendirian dan perasaan, perbedaan kebudayaan, perbedaan kepentingan, dan perubahan sosial.

Pelbagai perbedaan tersebut dapat memicu konflik antargolongan karena masing-masing kelompok akan mempertahankan ide masing-masing. Dalam kasus perubahan sosial yang berjalan cepat, ia memicu konflik karena muncul perbedaan nilai-nilai dalam masyarakat.

Bentuk-Bentuk Konflik Sosial dan Contohnya

Dikutip dari penjelasan dalam modul Tema Sosiologi terbitan Kemdikbud, konflik dapat melibatkan pertentangan antar-individu, individu dengan kelompok, atau antar-kelompok dalam masyarakat.

Misalnya, konflik bisa terjadi antar-warga yang bertetangga, antara seorang karyawan dan direktur perusahaan, antara komunitas suku dengan suku lainnya, antar umat beragama satu dengan umat agama lain, antara suporter satu klub bola dengan pendukung tim lainnya, bahkan antarnegara.

Selain itu, dari segi bentuknya, konflik sosial bisa dibedakan menjadi bermacam-macam jenis yang sesuai dengan karakter sifat, arah, dan akar masalah. Menukil penjelasan di buku materi Sosiologi terbitan Kemdikbud, berikut ini macam-macam bentuk konflik sosial.

1. Bentuk Konflik Berdasarkan Sifatnya

Sosiolog membagi konflik menjadi dua yang masing-masing memiliki sebab yang berbeda dalam proses kemunculannya. Keduanya adalah konflik destruktif dan fungsional.

Konflik destruktif adalah konflik yang menyebabkan benturan fisik yang membawa kerugian jiwa dan harta. Contohnya, konflik yang terjadi di Palestina; konflik yang terjadi pada Mei 1998; perang dunia 1 dan perang dunia 2, konflik di Papua, dan lain sebagainya.

Sementara konflik fungsional adalah konflik yang menghasilkan konsensus baru atau perubahan yang bermuara pada kebaikan. Biasanya, konflik jenis ini terjadi karena perbedaan pendapat untuk memecahkan permasalahan yang sama. Contohnya, konflik penentuan tanggal hari raya, konflik penentuan fatwa, dan konflik antara ilmuwan di laboraturium untuk menghasilkan vaksin, dan lain sebagainya.

2. Bentuk Konflik Berdasarkan Arahnya

Konflik berdasarkan arahnya dibagi menjadi dua jenis, yaitu konflik horizontal dan konflik vertikal. Keduanya berbeda karena melibatkan aktor konflik yang berlainan.

Konflik horisontal adalah konflik yang terjadi di antara warga atau komunitas di dalam masyarakat.

Pemicunya bisa primordialisme atau SARA (suku, agama, ras, dan antar golongan). Contohnya, konflik antar pendukung partai politik; konflik di Sambas, Kalimantan Barat; dan perusakan toko-toko milik warga keturunan Tionghoa.

Sementara konflik vertikal adalah konflik yang terjadi antara warga/masyarakat dengan penguasa. Contohnya, konflik di Pancoran, konflik di Wadas, demonstrasi massa, dan demonstrasi mahasiswa.

3. Bentuk Konflik Berdasarkan Akar Permasalahannya

Konflik berdasarkan akar permasalahannya dibagi menjadi: konflik agama, konflik ideologi, konflik politik, konflik SARA, konflik sumber daya alam (SDA), konflik ekonomi, dan konflik lingkungan hidup. Berikut ini penjelasannya.

a. Konflik Agama

Salah satu pemicu konflik di masyarakat atau hubungan antar-bangsa adalah masalah agama atau prinsip keagamaan. Contohnya, di Indonesia hingga kini masih kerap terjadi konflik terkait tempat ibadah milik warga minoritas yang ditolak mayoritas.

b. Konflik Ideologi

Antoine Destutt de Tracy mencetuskan kata “ideologi” yang artinya adalah ilmu tentang pemikiran manusia yang dapat menunjukkan arah yang benar menuju masa depan. Ideologi sebagai produk pemikiran sosial dapat digunakan sebagai pemicu untuk menggapai sesuatu yang dicita-citakan. Sering kali, perbedaan ideologi menjadi pemicu konflik. Misalnya, perbedaan ideologi yang dianut di Korea Utara dan Korea Selatan menyebabkan perpecahan di antara kedua negara.

c. Konflik Politik

Konflik ini mencakup hampir semua aspek yang ada seperti kepentingan ekonomi, sosial, agama, dan lingkungan hidup. Konflik yang terjadi adalah pertentangan kekuasaan, dan sumber-sumber ekonomi yang terbatas di masyarakat. Pihak yang berselisih berusaha memperkuat solidaritas di dalam kelompok.

d. Konflik SARA

Konflik antarkelompok yang berbeda suku, agama, ras, dan golongan bisa terjadi karena telah ada riwayat persaingan panjang, ataupun rasa benci yang dilatarbelakangi oleh sesuatu yang bersifat ideologis, politis, etnis, dan lainnya. Perbedaan nilai budaya sering kali juga memunculkan konflik. Misalnya, konflik yang terjadi di Ambon, Sambas, dan lain sebagainya.

e. Konflik SDA

Konflik SDA timbul akibat hubungan tidak harmonis antara aktor sosial yang berkembang di daerah sumber daya alam. Konflik ini biasa melibatkan masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan investor.

Contohnya, konflik antara PT Freeport dengan warga Papua, konflik antara warga di pegunungan Kendeng, Pati, Jawa Tengah dengan PT Semen Indonesia, dan lain sebagainya.

Konflik SDA tidak selalu terjadi akibat adanya eksploitasi sumber daya alam oleh pengusaha atau pemerintah, tapi bisa juga karena perebutan lahan atau sumber daya alam antarwarga.

f. Konflik Ekonomi

Perubahan sosial di negara-negara Eropa salah satu pemicu terbesarnya adalah ekonomi. Konflik disebabkan karena adanya ketimpangan antara pemilik modal dengan pekerja. Contohnya, konflik buruh PT Alpen Food Industry (AFI).

g. Konflik Lingkungan Hidup

Konflik ini terjadi karena perbedaan kepentingan terkait pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan. Contohnya, polusi kabut asap di Kalimantan dan Sumatra yang disebabkan oleh pengelolaan hutan yang salah, sehingga memunculkan protes dari masyarakat.

Baca juga artikel terkait KONFLIK SOSIAL atau tulisan lainnya dari Elvinda Farhaniyatus Saffana

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Elvinda Farhaniyatus Saffana
Penulis: Elvinda Farhaniyatus Saffana
Editor: Addi M Idhom