Menuju konten utama

Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater & Tips Memilih Terapis

Psikiater adalah dokter yang ahli dalam penyakit jiwa, sementara psikolog adalah ahli psikologi. Apa perbedaan kedua profesi ini?

Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater & Tips Memilih Terapis
Ilustrasi Psikolog Psikiater. tirto.id/Lugas

tirto.id - Mungkin ada banyak yang tidak mengetahui apa perbedaan psikolog dan psikiater. Dua profesi tersebut berbeda karena keduanya sama-sama menyediakan pelayanan terapi. Padahal, psikolog dan psikiater memiliki perbedaan konten dan ruang lingkup mereka.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring, psikiater adalah dokter yang ahli dalam penyakit jiwa. Sementara psikolog adalah ahli psikologi.

Seorang psikiater, dilansir laman Very Well Mind, merupakan dokter medis yang dapat meresepkan obat. Hal tersebut dilakukan secara bersamaan dengan pemberian psikoterapi, meskipun intervensi medis dan farmakologis sering menjadi fokus mereka.

Sedangkan psikolog, meskipun memiliki gelar doktor, tetap bukan dokter medis. Sebagian besar dari para psikolog tidak dapat meresepkan obat. Sebaliknya, mereka hanya menyediakan psikoterapi, yang mungkin melibatkan intervensi kognitif dan perilaku.

Secara umum, terdapat tiga perbedaan utama antara psikiater dan psikolog. Pertama, psikiater adalah dokter medis, sementara psikolog tidak. Kedua, psikiater bisa meresepkan obat, sementara psikolog tidak bisa.

Ketiga, psikiater mendiagnosis penyakit, mengelola perawatan, dan menyediakan berbagai terapi untuk penyakit mental yang kompleks dan serius. Sementara psikolog hanya fokus pada pemberian psikoterapi (terapi bicara) untuk membantu pasien.

Perbedaan Psikolog dan Psikiater

Berikut adalah perbedaan spesifik antara kedua profesi tersebut dilansir dari laman Your Health Mind:

1. Pendidikan dan Pelatihan

Psikiater adalah dokter medis dengan setidaknya 11 tahun pelatihan. Pertama-tama mereka mengambil gelar kedokteran di universitas. Selanjutnya, mereka menghabiskan setidaknya 1 atau 2 tahun pelatihan sebagai dokter umum. Untuk memperoleh gelar psikiater, mereka akan menyelesaikan setidaknya 5 tahun pelatihan dalam diagnosis dan perawatan penyakit mental.

Sementara psikolog memiliki setidaknya 6 tahun pelatihan di universitas dan pengalaman di bawah pengawasan. Mereka juga dapat memiliki kualifikasi tingkat Master atau Doktor dalam bidang psikologi. Jika mereka memiliki gelar Doktor (PhD), seorang psikolog dapat menyebut diri mereka 'Dr', tetapi mereka bukan dokter medis. Ada beberapa klasifikasi psikolog. Salah satunya adalah psikolog klinis yang telah memiliki pelatihan khusus dalam diagnosis dan perawatan penyakit mental.

2. Perawatan yang disediakan

Psikiater dapat menyediakan berbagai macam perawatan, sesuai dengan masalah tertentu dan apa yang akan bekerja paling baik. Ini termasuk obat, perawatan medis umum, termasuk memeriksa kesehatan fisik Anda dan efek dari pengobatan serta perawatan psikologis dan terapi stimulasi otak seperti terapi electroconvulsive (ECT). Sementara, psikolog fokus pada penyediaan perawatan psikologis.

3. Kondisi yang dirawat

Psikiater cenderung memperlakukan orang yang memerlukan pertimbangan medis, psikologis dan sosial. Ini biasanya orang dengan kondisi kompleks, misalnya depresi berat, skizofrenia, hingga gangguan bipolar.

Seseorang yang telah mencoba bunuh diri atau memiliki pikiran untuk bunuh diri biasanya akan dilihat oleh seorang psikiater.

Sementara, psikolog lebih cenderung melihat orang dengan kondisi yang dapat dibantu secara efektif dengan perawatan psikologis. Ini mungkin termasuk masalah perilaku, kesulitan belajar, depresi dan kecemasan.

4. Cara berkonsultasi

Seperti halnya semua spesialis medis, untuk menemui psikiater Anda memerlukan rujukan dari dokter umum Anda. Sementara untuk menemui psikolog, Anda tidak perlu rujukan. Namun, di Australia dokter umum dapat merujuk Anda ke psikolog sebagai bagian dari Rencana Perawatan Kesehatan Mental.

Cara Menemukan Psikolog atau Terapis yang Tepat

Orang yang mengalami penyakit mental tentu membutuhkan bantuan untuk menghadapi masalah-masalah di kehidupannya.

Menemukan terapis atau psikolog seharusnya tidak menjadi keputusan yang terburu-buru. Ini akan membutuhkan sedikit waktu dan usaha.

Dilansir dari laman Psychcentral, berikut ini beberapa tips yang bisa dilakukan untuk memilih terapis yang tepat:

1. Riset.

Meneliti seorang terapis sangatlah penting. Tidak hanya penting melakukan penelitian tentang terapis, tetapi juga meneliti dan membiasakan diri dengan jenis terapi yang ditawarkan.

2. Carilah yang berpengalaman.

Jika ingin menemui terapis untuk masalah tertentu, carilah terapis yang berpengalaman di bidang tersebut.

Ada terapis yang berspesialisasi dalam berbagai masalah; beberapa mungkin mengkhususkan diri pada beberapa bidang. Carilah yang pengalaman untuk menemukan masalah Anda.

3. Cobalah untuk membuat koneksi awal.

Lihat apakah terapis yang Anda cari menawarkan konsultasi. Ini memberikan kesempatan bagi Anda untuk mengajukan pertanyaan dan mendapatkan "perasaan" umum dari terapis.

Selama waktu ini, Anda dapat mengajukan pertanyaan penting tentang filosofi pengobatan mereka, bagaimana mereka bekerja untuk membantu orang lain dan bagaimana mereka merasa dapat membantu Anda, atau pertanyaan penting lainnya yang mungkin dimiliki.

Jika merasa nyaman dengan perasaan Anda, maka kemungkinan dia adalh terapis yang memang Anda butuhkan.

4. Periksa perizinan.

Semua terapis tidak memiliki izin dan ini tidak masalah. Namun, jika Anda memilih untuk menemui terapis berlisensi, periksa lisensi mereka, dan lihat reputasinya baik atau tidak.

5. Tidak pernah puas.

Jika merasa tidak nyaman dengan terapis yang dipilih, jangan ragu untuk mengganti terapis. Anda mungkin perlu menemui beberapa orang sebelum menemukan terapis yang tepat untuk Anda.

Lakukan riset lagi sampai Anda merasa bahwa terapis yang Anda cari memang sesuai dengan yang diharapkan.

Mengambil langkah mencari bantuan untuk masalah Anda adalah langkah besar. Dengan tetap terbuka, jujur, dan bersedia menerima bantuan, proses terapeutik bisa sangat produktif dan bermanfaat.

Baca juga artikel terkait PSIKOLOGI atau tulisan lainnya dari Dinda Silviana Dewi

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Dinda Silviana Dewi
Penulis: Dinda Silviana Dewi
Editor: Alexander Haryanto
Penyelaras: Yulaika Ramadhani