tirto.id - Beredar video di media sosial yang menunjukkan fenomena alam berupa air laut surut di Pantai Sampur, Desa Kebintik, Bangka Belitung.
Video yang memperlihatkan air laut surut hingga terlihat hamparan pasir pantai yang sangat luas itu pun lantas menjadi perbincangan warganet dan viral di media sosial. Tak sedikit netizen yang mengaitkan fenomena alam tersebut sebagai tanda-tanda akan terjadinya tsunami besar.
Lantas apa penyebab air laut di Pantai Sampur Bangka Belitung itu surut dan apakah benar menjadi tanda akan adanya tsunami besar?
Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Iman Fatchurochman mengatakan, bahwa fenomena alam di Pantai Sampur Bangka Belitung berupa air laut surut adalah hal yang biasa dan tak berhubungan dengan ancaman tsunami.
"Kejadian air laut yang surut di Bangka Belitung tidak terkait dengan tsunami. Itu hanya fenomena pasang surut biasa dan mungkin kondisi air surut terendah saja," tegas Iman saat dihubungi redaksi Tirto.
Iman juga mengatakan bahwa memang benar salah satu tanda-tanda akan terjadi tsunami adalah air laut yang surut. Dalam hal ini disebabkan karena adanya kejadian gempa besar yang memicu kenaikan muka laut di lokasi gempa dan penurunan air laut di garis pantai.
"Dalam hal ini, kejadian air laut surut di Bangka tidak disertai kejadian gempa bumi. Sehingga pada kasus ini tidak ada kaitan dengan tsunami," katanya.
Sedangkan fenomena air laut yang surut di Bangka Belitung bukanlah dipicu oleh kejadian gempa. Fenomena di Pantai Sampur Bangka Belitung adalah hal biasa dan terjadi berulang, hanya frekuensinya jarang untuk mencapai kondisi surut terendah.
"Salah satu faktor yang mempengaruhi kondisi pasang surut air laut adalah gravitasi bulan. Pada saat bulan purnama mungkin akan berbeda dibanding saat tidak purnama," ujarnya.
Iman menegaskan bahwa masyarakat tidak perlu panik dengan fenomena air laut yang surut di Bangka Belitung dan mengimbau masyarakat agar mencari info melalui kanal-kanal diseminasi BMKG, sebab jika ada tsunami akan muncul peringatan dini tsunami dari BMKG.
Editor: Iswara N Raditya