tirto.id - Gerakan "Wear Green for Palestine" diramaikan warganet di media sosial. Gerakan ini dicetuskan seiring dengan peringatan Hari Kemerdekaan Palestina 15 November 2023.
Gerakan ini tidak hanya digaungkan oleh warganet Indonesia. Pada media sosial TikTok dan X (dulu Twitter), ada banyak pengguna akun luar negeri yang juga menyuarakan gerakan Wear Green termasuk dari Malaysia dan Brunei Darussalam.
Melalui gerakan ini, para warganet mengajak semua orang untuk berpakaian serba hijau pada Rabu (15/11/2023). Unggahan-unggahan gerakan Wear Green di media sosial juga dilengkapi dengan tagar-tagar slogan yang mendukung Palestina.
Lantas, apa itu Wear Green yang ramai di Hari Kemerdekaan Palestina dan apa artinya?
Arti Wear Green di Hari Kemerdekaan Palestina 2023
Dikutip dari situs NU Online, gerakan “Wear Green for Palestine” yang ramai di media sosial adalah bentuk kampanye solidaritas internasional terhadap kemerdekaan Palestina.
Arti Wear Green for Palestine dalam bahasa Indonesia adalah pakai warna hijau untuk Palestina. Sesuai namanya, kampanye ini mengajak seluruh komunitas dunia untuk mengenakan pakaian hijau selama tanggal 15 November 2023.
Tanggal 15 November sendiri diperingati sebagai Hari Kemerdekaan Palestina yang ke-35. Namun, mengapa menggunakan warna hijau atau bukan warna yang lain?
Melansir MyNewsHub, warna hijau punya makna penting dalam menunjukkan identitas negara Palestina. Hal ini dapat dibuktikan lewat keberadaan warna hijau pada bendera Palestina.
Warna hijau dimaknai sebagai harapan untuk mencapai perdamaian, kemakmuran, dan kebangkitan. Warna hijau juga melambangkan pembaruan dan harmoni yang senantiasa didambakan di Palestina.
Oleh karena itu, warganet saat ini ramai-ramai mengunggah foto dan gambar mengenakan pakaian hijau di media sosial. Mereka juga melengkapi unggahan tersebut dengan tagar #WearGreenForPalestine,#SavePalestine, #FreedomPalestine, dan sebagainya.
Melalui unggahan Wear Green, komunitas dunia menunjukkan dukungan mereka untuk rakyat Palestina bisa terbebas dari krisis kemanusiaan yang terjadi saat ini.
Cikal Bakal Hari Kemerdekaan Palestina 15 November
Tanggal 15 November ditetapkan sebagai Hari Kemerdekaan Palestina karena bertepatan dengan peristiwa Deklarasi Negara Palestina 35 tahun lalu.
Deklarasi ini dilakukan oleh Dewan Nasional Palestina atau Palestine National Council (PNC). PNC adalah sebuah badan legislatif milik Palestine Liberation Organization (PLO) atau Organisasi Pembebasan Palestina.
Deklarasi kemerdekaan Palestina oleh PNC diselenggarakan pada sidang ke-19 mereka di Algiers, Aljazair pada 15 November 1998. Dengan kata lain, deklarasi kemerdekaan itu tidak dilakukan di Palestina, melainkan di negara lain.
Ada dua tokoh PNC yang berperan dalam peristiwa deklarasi kemerdekaan Palestina. Pertama adalah Mahmoud Darwish seorang tokoh penyair ternama asal Palestina.
Darwish berperan dalam menyusun teks deklarasi kemerdekaan Palestina asli dalam bentuk bahasa Arab. Tokoh kedua adalah Edward Said, seorang aktivis dan politisi berkebangsaan Palestina-Amerika.
Said berperan dalam menerjemahkan teks asli yang dibuat oleh Darwish ke dalam bahasa Inggris. Berkat terjemahan ini, teks deklarasi kemerdekaan Palestina bisa disebarkan ke seluruh penjuru dunia.
Menurut data dari The Carim-East, teks deklarasi kemerdekaan Palestina turut memuat memuat pengakuan atas keputusan Majelis Umum PBB terhadap Resolusi 181 tahun 1947. Resolusi tersebut memutuskan bahwa wilayah Palestina akan dibagi menjadi dua negara.
Pembagian negara ini menjadi dasar hukum bagi hak rakyat Arab Palestina atas kedaulatan nasional mereka. Resolusi tersebut juga telah diakui oleh PLO, terlepas dari isu pembagian tanah yang dinilai tidak adil bagi rakyat Palestina.
Pasalnya, berdasarkan resolusi PBB lebih dari 60 persen tanah yang dahulunya milih Palestina akan menjadi milik Israel. Palestina hanya kebagian 22 persen saja atas wilayahnya, yang mencakup Tepi Barat termasuk Yerusalem Timur dan Jalur Gaza.
Meskipun telah menyatakan kemerdekaan, situasi keamanan dan politik di Palestina masih jauh dari kata aman. Konflik senjata masih terus terjadi di wilayah tersebut dan terus memakan korban jiwa.
Bahkan, gencatan senjata yang terjadi sejak 7 Oktober 2023 hingga hari ini merupakan salah satu yang terburuk.
Dikutip dari Al Jazeera, Kementerian Kesehatan Palestina menyebut jumlah korban jiwa yang jatuh akibat serangan Israel mencapai lebih dari 11.000 orang pada Senin (13/11/2023).
Editor: Iswara N Raditya