tirto.id - Agresi militer yang dilakukan pemerintah Israel di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, ke Palestina pada Selasa (18/3/2025) mendapat kecaman dari dalam negeri Israel maupun luar negeri.
Kementerian Luar Negeri Qatar mengutuk tindakan Israel yang kembali melakukan agresi militer ke arah Jalur Gaza, Palestina. Dikutip dari Euro News, Rabu (19/3/2025), tindakan yang dilakukan Israel tersebut akan mengancam stabilitas regional lantaran sebelumnya telah ada upaya gencatan senjata antara Hamas dan Israel.
Selain kecaman dari Qatar, Mesir yang berbatasan langsung dengan Palestina ikut mengutuk serangan Israel. Mesir, yang selama ini memiliki peran penting dalam proses gencatan senjata Israel dan Palestina, menilai aksi Israel tersebut merusak tatanan perdamaian yang saat ini sedang digulirkan.
Protes dan kutukan tidak hanya muncul dari masyarakat internasional, tetapi juga warga dalam negeri Israel. Masyarakat Israel melakukan aksi unjuk rasa dan berkumpul di luar kantor pemerintahan Yerusalem setelah negara tersebut menyerang Palestina dan menewaskan lebih dari 400 warganya.
Salah seorang warga Israel, Efrat Ben Barak, mengaku khawatir dengan kondisi keluarganya yang saat ini masih disandera oleh Hamas. Menurutnya, eskalasi serangan Israel ke Palestina semakin menjauhkan dari proses perdamaian dan pembebasan para tahanan.
“Saya tidak bisa duduk di kantor hari ini setelah malam yang telah kita lalui, setelah langkah kejam yang diambil Netanyahu dan pemerintahannya,” kata Efrat.
Demonstran lain yang protes terhadap serangan Israel tersebut berpendapat jika serangan militer itu dilakukan karena Netanyahu sedang memperkuat daya tahan agar terhindar dari proses penyelidikan terhadap dirinya.
Melalui tekanan dari masyarakat Israel dan pemerintah internasional membuat kondisi Netanyahu kian terjepit. Dia diminta menghentikan serangan militer oleh warga Israel yang keluarganya ditahan oleh Hamas dan dia juga menghadapi tekanan dari anggota koalisi sayap kanan untuk melanjutkan perang dan mengakhiri Hamas.
Di sisi lain, pemerintah Israel melalui pernyataan resminya, menyampaikan jika Hamas menolak damai dan gencatan senjata yang telah diajukan melalui Amerika Serikat sebagai perantara. Israel berkilah bahwa Hamas menolak untuk membebaskan para sandera yang notabene merupakan warga Israel.
Penulis: Irfan Amin
Editor: Andrian Pratama Taher