tirto.id - Teks rekon menjadi salah satu cara untuk menyampaikan kembali cerita atau pengalaman masa lalu. Apa itu teks rekon, ciri, dan fungsinya?
Teks rekon menjadi bacaan yang cukup menarik untuk disimak. Isi teksnya disampaikan secara runtut sehingga pembaca lebih paham dengan alurnya.
Oleh sebab itu, menyimak teks rekon bisa cukup menghibur. Pembaca dapat sekaligus mengembangkan imajinasinya saat mengikuti alur yang diceritakan.
Pengertian Teks Rekon
Teks rekon adalah jenis teks yang menceritakan suatu peristiwa yang pernah terjadi. Fadillah Tri dan Sefi Indra dalam Cerdas Cergas Berbahasa dan Bersastra Indonesia (2021, hlm. 125), menjelaskan, teks rekon memuat kronologi peristiwa masa lalu.
Pembuatan teks rekon dimaksudkan untuk menginformasikan fakta, atau bahkan hanya sekadar menghibur pembaca. Isi teks disampaikan berdasarkan urutan peristiwanya. Dengan demikian, alurnya bisa diketahui pula urutan sebab-akibatnya atas sebuah kejadian.
Ciri-Ciri Teks Rekon
Ciri-ciri teks rekon tidak lepas dari pengertiannya. Meski demikian, teks rekon juga mempunyai ciri lain untuk menggambarkan sebuah dikategorikan sebagai teks rekon. Ciri tersebut yaitu:
- Berisi kejadian di masa lalu;
- Menyajikan urutan peristiwa;
- Mengandung fakta (jika menceritakan kejadian nyata secara ilmiah);
- Mengandung hiburan (jika dikisahkan dengan tujuan hiburan).
Jenis Teks Rekon
Teks rekon terdiri dari tiga jenis dilihat dari cara pembahasannya. Jenis teks rekon tersebut terdiri dari
1. Rekon pribadi
Teks rekon pribadi ditulis berdasarkan pengalaman penulisnya. Oleh sebab itu, alurnya berdasarkan hal yang dialami dan dirasakan penulis tersebut. Contohnya penulis menyajikan cerita perjalananya, kegiatan sehari-hari, dan sebagainya.
2. Rekon faktual
Teks rekon faktual menyoroti sebuah fakta masa lalu yang dituliskan menggunakan data-data tertentu. Penulis tidak terlibat dalam isi di dalamnya. Contoh teks rekon ini seperti teks berita, karya ilmiah, hingga laporan kejadian.
3. Rekon imajinatif
Teks rekon imajinatif dibuat berdasarkan imajinasi atau fantasi penulisnya. Alur yang disajikan tidak nyata, namun seolah terasa pernah terjadi dalam penggarapannya. Contoh teks ini seperti dongeng, atau cerita fiksi.
Fungsi Teks Rekon
Penulisan teks rekon bertujuan menyajikan peristiwa atau pengalaman yang pernah terjadi. Alur kronologis seperti ini membuat pembaca bisa memahami secara jelas. Ada pun fungsi teks rekon yaitu:
- Menyajikan kisah peristiwa atau pengalaman yang diamati.
- Menyajikan cerita secara berurutan
- Memberikan pesan moral dalam teks sehingga pembaca bisa menghindari kejadian yang ada di dalam cerita.
Struktur Teks Rekon
Teks rekon mempunyai tiga struktur dalam penulisannya. Struktur tersebut meliputi:
1. Orientasi
Orientasi yaitu bagian awal dari teks rekon. Isinya tentang pengenalan peristiwa seperti menyebutkan tokoh-tokoh yang terlibat, waktu, dan tempat kejadian. Bagian ini dapat membantu pembaca lebih paham mengenai konteks cerita.
2. Urusan kejadian
Dalam bagian ini, penulis mulai menjelaskan peristiwa atau kejadian secara berurutan. Cerita dimulai dari awal hingga akhirnya yang disusun secara kronologis. Dari sinilah keseluruhan cerita menjadi jelas saat disimak.
3. Reorientasi
Reorientasi merupakan penutup dari teks rekon. Isinya berupa kesimpulan atau komentar singkat penulis terkait peristiwa yang disajikannya. Penulis dapat pula menyampaikan penilaian hingga refleksi atas peristiwa tersebut.
Contoh Teks Rekon
Contoh teks rekon dapat ditemukan dalam berbagai literatur, baik dari buku atau bacaan elektronik. Contoh teks rekon sebagai berikut:
Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928
(Orientasi)
Sumpah Pemuda lahir dari Kongres Pemuda II yang berlangsung pada 28 Oktober 1928. Dari sejarah ini, lahir beberapa poin penting terkait persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
(Urutan Kejadian)
Sebenarnya, Sumpah Pemuda 1928 diawali oleh dua pertemuan pemuda-pemuda Indonesia. Pertama, ada Kongres Pemuda I yang diadakan pada 1926.
Kemudian, diskusi berlanjut pada Kongres Pemuda II. Pertemuan kedua ini diadakan pada 27-28 Oktober 1928.
Setelah mengadakan pertemuan, Ketua Kongres Pemuda II, Sugandi Djojopuspito menandatangani tulisan yang berisi poin-poin persatuan. Tulisan tersebut dibuat oleh Mohammad Yamin. Setelah itu, diikuti anggota kongres lain. Kini, Sumpah Pemuda diabadikan di Museum Sumpah Pemuda.
(Reorientasi)
Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa Sumpah Pemuda tidak muncul begitu saja. Semua poin di dalamnya bermula dari pertemuan pertama tahun 1926. Kemudian, disempurnakan lagi pada 1928 lewat Kongres Pemuda II.
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Dhita Koesno
Penyelaras: Ilham Choirul Anwar