Menuju konten utama

Airlangga soal Rupiah Terus Melemah: Kita Monitor Saja

Airlangga menilai pelemahan rupiah yang terus terjadi karena perekonomian AS kian membaik diikuti dengan mata uang dolar AS yang juga menguat.

Airlangga soal Rupiah Terus Melemah: Kita Monitor Saja
Menteri Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan keterangan pers Perkembangan Isu Perekonomian Indonesia di Gedung Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (18/4/2024). Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Bank Indonesia memastikan inflasi tanah air dalam kondisi terkendali dengan mengupayakan agar inflasi tetap dalam rentang 2,5 persen plus minus 1 persen di tengah ketidakpastian global yang dipicu serangan Iran ke Israel. ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin/YU

tirto.id - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menilai wajar terkait pelemahan rupiah yang terus terjadi saat ini. Dia menjelaskan hal tersebut karena perekonomian Amerika Serikat (AS) yang kian membaik diikuti dengan mata uang dolar AS yang menguat pada berbagai mata uang dunia.

“Kita monitor saja karena terhadap berbagai currency, dolar AS kuat, kan ekonomi Amerika Serikat membaik,” kata Airlangga usai acara Konferensi Pers Pengembangan King’s College London, Jakarta, Kamis (20/6/2024).

Nilai tukar rupiah dalam data Bloomberg pada pukul 16.20 WIB tercatat melemah 60 poin, atau 0,40 persen mencapai Rp16.430 per dolar AS. Merespons pelemahan kurs ini, Airlangga menyampaikan akan terus melakukan pengawasan terhadap pergerakan rupiah. Dia juga turut memantau pelemahan tersebut bersama Bank Indonesia.

“Kita monitor saja, karena itu Bank Indonesia yang akan terus memonitor secara daily,” ujar Airlangga.

Sementara itu, Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan (BI 7-Day Reverse Repo Rate) di level 6,25 persen pada Juni 2024. Selain itu, suku bunga deposit facility dan suku bunga lending facility juga tetap dijaga di level 5,5 persen dan 7 persen.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menuturkan, keputusan untuk menahan suku bunga ini didasarkan pada evaluasi menyeluruh terhadap berbagai indikator ekonomi. Selain itu, keputusan ini juga diambil dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi global dan domestik, serta proyeksi inflasi yang masih berada dalam kisaran target.

Sementara itu, untuk menjaga agar aliran modal asing dan pertumbuhan ekonomi nasional tetap tumbuh, keputusan menahan suku bunga juga didukung oleh kebijakan makroprudensial longgar. Hal ini juga penting untuk mendorong kredit pembiayaan perbankan kepada dunia usaha dan rumah tangga.

Pada saat yang sama, kebijakan sistem pembiayaan diarahkan untuk memperkuat keandalan infrastruktur dan struktur industri sistem pembiayaan, serta memperluas akselerasi digitalisasi sistem pembiayaan.

“Sebagian dari itu, terus memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial dan sistem pembiayaan untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di tengah tingginya ketidakpastian pasar keuangan global,” kata Perry.

Baca juga artikel terkait RUPIAH atau tulisan lainnya dari Faesal Mubarok

tirto.id - Flash news
Reporter: Faesal Mubarok
Penulis: Faesal Mubarok
Editor: Intan Umbari Prihatin