Menuju konten utama

Ahlan wa Sahlan Artinya Apa dan Bagaimana Cara Menjawabnya?

Ungkapan "Ahlan wa sahlan" merupakan bagian dari tradisi Arab untuk memuliakan tamu di masa silam.

Ahlan wa Sahlan Artinya Apa dan Bagaimana Cara Menjawabnya?
Ilustrasi Halal Bihalal. foto/Istockphoto

tirto.id - Dalam tradisi Arab, selain mengucapkan salam, kadang kala juga diiringi dengan pernyataan "Ahlan wa sahlan" yang merupakan ungkapan selamat datang.

Seiring meluasnya Islam yang lahir dari tanah Arab, ungkapan "Ahlan wa sahlan" turut menyebar ke pelosok-pelosok negeri yang menerima dakwah Islam.

Dari sejarahnya, pernyataan ini diungkapkan seorang tuan rumah untuk menyambut tamunya.

Seiring perkembangan zaman, pernyataan "Ahlan wa sahlan" dinyatakan untuk menyambut seseorang secara umum atau ungkapan keakraban.

Lantas, ketika seseorang mengucapkan "Ahlan wa sahlan", bagaimana cara menjawabnya?

Cara Menjawab Ungkapan "Ahlan wa Sahlan"

Ketika disampaikan "Ahlan wa sahlan" (أهلا و سهلا), cara menjawabnya ada tiga sebagai berikut.

Pertama, orang yang diucapkan "Ahlan wa sahlan" dapat membalas dengan ungkapan "Ahlan bik" (أهلا بك) yang artinya, selamat datang juga.

Kedua, pernyataan tersebut juga dapat dijawab dengan ungkapan lengkap: "Ahlan wa sahlan bik" (أهلا و سهلا بك).

Ketiga, ungkapan sapaan itu juga dapat ditambah lagi dengan pernyataan: "Ahlan wa sahlan wa marhaban bik" (أهلا و سهلا ومرحبا بك).

Ungkapan kata "bik" (بك) dalam "Ahlan bik" itu ditujukan kepada satu orang. Apabila ditujukan kepada lebih dari dua orang, katanya diganti dengan ungkapan "bikum" (بكم). Misalnya, "Ahlan wa sahlan bikum" (أهلا و سهلا بكم).

Apa Arti dan Makna Ahlan wa Sahlan

Dalam bahasa Arab, ungkapan "Ahlan wa sahlan" merupakan kependekan dari "Shadaqta ahlan wa watha'na sahlan" (صادقت أهلا ووطئت سهلا).

Terjemahan bebasnya adalah "Engkau telah kami anggap sebagai keluarga dan engkau singgah (di kediaman kami) dengan tentram dan tanpa kesulitan".

Ungkapan "Ahlan wa sahlan" merupakan bagian dari tradisi Arab untuk memuliakan tamu di masa silam, sebagaimana dikutip dari Suara Muhammadiyah.

Tradisi mulia ini dipertahankan oleh Rasulullah SAW ketika ia menyampaikan dakwah Islam.

Hal ini tergambar dalam sabda Nabi Muhammad SAW: “Barang siapa mengaku beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka muliakanlah tamunya” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Bangsa Arab menganggap bahwa orang yang menghormati tamu adalah orang dermawan, terhormat, dan sosok mulia. Sebab, orang yang perangainya buruk, apalagi jahat mustahil akan didatangi (banyak) tamu, kecuali yang seperangai dengannya.

Walhasil, orang yang menerima banyak tamu dianggap sosok baik dan berbudi-pekerti luhur. Ungkapan "Ahlan wa sahlan" merupakan bentuk penghormatan tuan rumah kepada tamunya tersebut.

Pernyataan yang mendekati dalam bahasa Indonesia adalah "Anggap saja rumah sendiri atau jangan sungkan-sungkan".

Namun, maknanya dalam bahasa Indonesia terdistorsi, sebab arti "Ahlan wa sahlan" sebenarnya memiliki makna sangat dalam di kalangan bangsa Arab.

Menurut tradisi Arab tradisional, orang yang menerima tamu harus melindungi tamu tersebut dari marabahaya, memberi tempat singgah nyaman, dan memperlakukannya dengan terhormat.

Bahkan, walaupun tamu itu seorang pelarian, namun sudah diberi tempat singgah, maka tuan rumah akan melindungi jiwa dan kehormatan sang tamu.

Tamu yang celaka ketika sedang bertandang di kediaman tuan rumah, apalagi sampai kehilangan nyawa dianggap tercela secara moral di kalangan Arab tradisional.

Hanya saja, apakah ungkapan "Ahlan wa sahlan" yang dipraktikkan sekarang memegang tradisi mulia itu atau sekadar ungkapan basa-basi belaka?

Baca juga artikel terkait AHLAN WA SAHLAN atau tulisan lainnya dari Abdul Hadi

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Abdul Hadi
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Dhita Koesno