Menuju konten utama
Pandemi COVID-19

730 Dokter Meninggal Karena COVID, IDI: Kita Kehilangan Cukup Besar

Hingga 9 September 2021 terdapat 730 dokter yang meninggal karena COVID-19, 43 dokter di antaranya merupakan guru besar.

730 Dokter Meninggal Karena COVID, IDI: Kita Kehilangan Cukup Besar
Sejumlah perawat beristirahat dengan mengenakan alat pelindung diri di Instalasi Gawat Darurat khusus penanganan COVID-19 di RSUD Arifin Achmad, Kota Pekanbaru, Riau, Jumat (5/6/2020). ANTARA FOTO/FB Anggoro/pras.

tirto.id - Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Adib Khumaidi mengatakan hingga 9 September 2021 terdapat 730 dokter yang meninggal karena COVID-19. Angka itu merupakan kehilangan besar, terlebih 43 dokter di antaranya merupakan guru besar.

"Pada hari ini kami sampaikan tentang kematian teman sejawat dokter sampai hari ini terhitung 730 dokter yang meninggal," kata Adib dalam webinar yang diselenggarakan Tim Mitigasi PB IDI, Kamis (9/9/2021).

Adib menyebut dari 730 dokter yang meninggal terbanyak merupakan dokter umum yakni 385. Kemudian diikuti dokter spesialis kebidanan dan kandungan, spesialis penyakit dalam, serta spesialis anak.

Selain itu dari 730 dokter itu juga ada puluhan di antaranya berstatus guru besar."Kita berharap tidak ada lagi korban yang wafat dari para teman sejawat kita. Kita sudah kehilangan cukup besar. Kita sudah kehilangan 43 guru besar yang tentunya itu akan sangat berarti bagi profesi, bagi negara dan sangat berarti juga bagi masyarakat," katanya.

Adib mengatakan berdasarkan data yang dihimpun sejak Maret 2020 hingga September 2021 ini jumlah kematian dokter terbanyak terjadi pada Juli 2021 yakni sebanyak 216 dokter, lalu pada bulan berikutnya Agustus 2021 terdapat 72 dokter yang meninggal.

"Artinya ini masih cukup tinggi. Kita berharap pada bulan September dan selanjutnya tidak ada kematian teman sejawat," ujarnya.

Jika dilihat berdasarkan sebaran dokter yang meninggal paling banyak ada di Jawa Timur yakni 165, kemudian diikuti Jawa Barat, Jawa Tengah, dan DKI Jakarta. Sementera berdasarkan distribusi umur, kematian dokter terbanyak yakni pada umur 50-60 tahun kata Adib.

Untuk menekan angka kematian dokter, upaya-upaya mitigasi terus dilakukan kata Adib. Koordinasi dengan tim mitigasi wilayah dan cabang terus dijalin, termasuk dalam menjamin pemenuhan alat pelindung diri (APD) untuk menjamin keselamatan.

"Kita juga telah memberikan sumbangan APD kepada teman-teman di daerah di antaranya Gorontalo, Papua, Kupang dan Lamongan Jawa Timur dan untuk di wilayah Jabodetabek langsung kita salurkan ke tenaga kesehatan di rumah sakit dan puskesmas," ujar Adib.

Baca juga artikel terkait COVID-19 atau tulisan lainnya dari Irwan Syambudi

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Irwan Syambudi
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Restu Diantina Putri