Menuju konten utama

7 Rekomendasi Film Indonesia di Netflix: Gie Hingga Beta Maluku

Berikut ini rekomendasi 7 film Indonesia yang tayang di Netflix, dari Sang Pemimpi, Gie hingga Beta Maluku.

7 Rekomendasi Film Indonesia di Netflix: Gie Hingga Beta Maluku
Ilustrasi Netflix. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Menunggu waktu berbuka puasa tanpa adanya kegiatan yang menyenangkan akan menimbulkan rasa bosan, terlebih saat ini masyarakat masih belum bisa beraktivitas secara normal karena pandemi COVID-19.

Saat berpuasa, seseorang akan mengurangi segala aktivitas yang membutuhkan banyak tenaga, karena ditakutkan akan membuat orang tersebut cepat merasa lapar dan haus sehingga berkeinginan untuk berbuka puasa sebelum bedug magrib berkumandang.

Banyak kegiatan yang dapat dilakukan sembari menunggu waktu berbuka puasa, namun tidak membutuhkan banyak tenaga seperti membaca buku, memasak hingga menonton film.

Banyak layanan streaming film yang menayangkan film Indonesia hingga luar negeri. Netflix merupakan layanan streaming film yang dapat digunakan bagi para penonton menyaksikan film yang dulu pernah terlewatkan saat masih ditayangkan di bioskop.

Berikut adalah film Indonesia yang tayang di Netflix dan menduduki trending di Netflix.

Sang Pemimpi

Jika anda menyukai film Laskar Pelangi, maka anda harus menonton film selanjutnya, yaituSang Pemimpi.

Film yang bercerita tentang Ikal (Vikri Setiawan), Arai (Rendy Ahmad) dan Jimbron (Azwar Fitrianto) mengisahkan tentang anak remaja yang tengah mencari identitas diri dan seksual pada usia 17 tahun.

Film yang diadaptasi dari novel karya Andrea Hirata ini tidak hanya mengisahkan tentang sekolah dan bertahan hidup, namun juga kisah cinta ketiga pemeran utama. Dilansir dari IMDb, film inimendapatkan nilai 6,8/10.

3 Srikandi

3 Srikandi merupakan film Indonesia dengan setting tahun 1980-an. Film ini bercerita tentang perjuangan tiga atlet panahan wanita terbaik yang dimiliki Indonesia, yang akan mempersiapkan diri untuk mengikuti Olimpiade ke 24 di Seoul, Korea.

Film yang diangkat dari kisah nyata ini dibintangi oleh Nurfitriyana (Bunga Citra Lestari), Lilies (Chealsea Islan), Kusuma (Tara Basro) yang berperan sebagai tida atlit panahan serta Donald (Reza Rahardian) sebagai pelatih mereka. 3 Srikandi mendapatkan penilaian 7/10 dari Film Indonesia.

Bumi Manusia

Film yang ditayangkan pada 2019 ini menceritakan tentang kisah cinta dua orang yang berbeda kasta saat masa penjajahan Belanda di Indonesia. Banyak pertentangan terhadap kisah cinta mereka.

Diperankan oleh Iqbaal Ramadhan (Minke) dan Mawar de Jongh (Annalies). Dilansir dari Film Indonesia, Bumi Manusia merupakan film yang diangkat dari novel karya Pramoedya Ananta Toer yang pernah masuk dalam 15 film Indonesia dengan jumlah penonton terbanyak di tahun 2019, dengan jumlah penonton 1.316.583.

Film garapan Hanung Bramantyo ini mendapatkan nilai 6,5/10 dari IMDb.

Gie

Gie menjadi film karya Riri Riza lainnya yang tayang di Netflix. Film yang telah rilis perdana pada lima belas tahun lalu (2005) ini bercerita tentang kisah hidup Soe Hok Gie (Nicholas saputra), seorang aktivis dan penulis pada tahun 1960-an.

Soe Hok Gie merupakan orang yang jujur, lurus dan tidak mengenal kompromi. Ia seringkali melakukan pergerakan karena ketidak sukaannya terhadap apa yang saat itu terjadi.

Saat orang-orang disekitarnya mulai menyesuaikan diri dengan rezim yang ada, meski ia dapat masuk ke lingkaran kekuasaan dan militer.

Sifat idealismenya ternyata membuatnya ditinggalkan sahabat hingga kekasihnya. Hingga akhirnya hanya alam yang dapat menerima dia seutuhnya.

Dilansir dari Film Indonesia, Gie telah mendapatkan banyak penghargaan pada acara Festival Film Indonesia 2005 yang diterima oleh para crew dan pemeran di dalamnya, antara lain:

- Film Terbaik (Mira Lesmana)

- Tata Sinematografi Terbaik (Yudi Datau)

- Aktor Terbaik (Nicholas Saputra)

- Aktris Pendukung Terbaik (Wulan Guritno)

- Aktor Pendukung Terbaik (Lukman Sardi)

- Penulis Skenario Terbaik (Riri Riza)

- Sutradara Terbaik (Riri Riza)

- Penyunting Terbaik (Sastha Sunu)

- Tata Artistik Terbaik (Iri Supit)

- Tata Suara Terbaik (Satrio Budiono, Handy Ilfat, Adityawan Susanto)

- Tata Musik Terbaik (Thoersi Argeswara)

Film ini mendapatkan nilai 7,6/10 dari IMDb.

Sang Penari

Film karya sutradara Ifa Isfansyah ini bercerita tentang kisah cinta yang terjadi di sebuah desa miskin di Jawa Tengah.

Rasus (Oka Antara) merupakan seorang tentara yang tengah mencari cintanya yang hilang, Srintil (Prisia Nasution).

Srintil merupakan penari yang sangat berbakat, hingga tetua dukuh percaya jika Srintil adalah titisan ronggeng, yang menjadi milik seluruh warga Dukuh Paruk.

Hal inilah yang membuat Rasus dilema dan merasa cintanya dirampas, karena itulah Rasus memilih untuk meninggalkan dukuh dan menjadi seorang tentara.

Namun setelah itu, ia menyadari bahwa ia masih mencintai Srintil, dan memutuskan untuk kembali. Namun, ternyata ia telah kehilangan jejak Srintil. dan akhirnya ia menemukan Srintil setelah sepuluh tahun pencariannya.

Film ini merupakan adaptasi dari trilogi Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kemukus Dini Hari dan Jentera Bianglala karya Ahmad Tohari. Yang sebelumnya pernah difilmkan dengan judul Darah dan Mahkota Ronggeng (1983).

Setelah ditayangkan, Sang Penari mendapatkan nilai 7,1/10 dari IMDb.

Soekarno

Soekarno merupakan film biografi yang menceritakan kehidupan masa kecil Sang Proklamator hingga berhasil memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945.

Dilansir dariIMDb film ini mendapatkan nilai 7/10 dan mendapatkan penghargaan secara nasional hingga internasional, antara lain:

- Pemenang Penghargaan ASEAN International Film Festival and Awards (2015) kategori Skenario Terbaik.

- Pemenang Piala Citra pada Festival Film Indonesia (2014) kategori Art Direction terbaik, Aktris pendukung terbaik, Editing terbaik, Desain Kostum Terbaik.

Beta Maluku

Film yang sering juga dikenal dengan nama Cahaya dari Timur “Beta Maluku” ini merupakan film yang disutradarai oleh Glenn Fredly dan Angga Sasongko.

Beta Maluku yang diangkat dari kisah nyata Sani Tawainela, seorang mantan pesepak bola yang berasal dari Tulehu, Ambon.

Sani pernah membela Tim Nasional U-15 Indonesia di ajang Piala Pelajar Asia tahun 1996. Namun sayangnya ia tidak menjadi pemain sepak bola profesional, dan akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke desa tempat ia tinggal dan menjadi tukang ojek.

Situasi di Ambon saat itu yang tidak kondusif karena konflik, akhirnya membuat ia memutuskan untuk mengadakan latihan sepak bola yang dibantu oleh Hari lestaluhu, mantan pemain sepak bola profesional, yang saat itu tengah pulang ke daerah asalnya, hal ini ia lakukan untuk mengalihkan perhatian anak-anak atas konflik yang terjadi.

Lambat laun sekolah sepak bola yang mereka rintis mulai berkembang, banyak anak-anak yang akhirnya menjadi pemain sepak bola berbakat. Namun, hubungan Sani dan Hari menjadi tidak baik karena Hari menganggap sekolah tersebut miliknya dan keluarga.

Tim Sani dan Tim Hari akhirnya bertemu dalam sebuah kompetisi antar kampung, Tim Hari pun menang, namun Sani ditunjuk untuk menjadi pelatih di Tim Maluku.

Tim ini pun akhirnya berhasil mengikuti kompetisi nasional di Jakarta. Namun, keputusan untuk menyatukan anak-anak dengan segala perbedaan yang ada justru memicu perpecahan. Dilansir dari IMDb, film ini mendapat nilai 8,2/10.

Baca juga artikel terkait FILM INDONESIA atau tulisan lainnya dari Endah Murniaseh

tirto.id - Film
Kontributor: Endah Murniaseh
Penulis: Endah Murniaseh
Editor: Yandri Daniel Damaledo