Menuju konten utama

7 Pabrik Baja Tutup Diserbu Impor, Krakatau Steel Bisa Bangkrut

Dirut Krakatau Steel (KS) mengeluhkan terjangan baja impor di sektor hilir karena bisa membuat perusahaannya kehilangan permintaan.

7 Pabrik Baja Tutup Diserbu Impor, Krakatau Steel Bisa Bangkrut
Dirut PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (PT KS) Silmy Karim memberi sambutan saat acara penyalaan perdana Blast Furnace Complex PT KS di Cilegon, Banten, Kamis (20/12/2018). ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman

tirto.id - Direktur Utama PT Krakatau Steel (KS), Silmy Karim mengeluhkan terjangan baja impor di sektor hilir. Silmy bilang, banjir impor di sektor hilir membuat 7 pabrik pengolahan baja dalam negeri tutup.

Krakatau Steel khawatir impor yang tak terbendung itu membuat perusahaannya ikut gulung tikar.

“Kita saat ini mengimpor banyak produk-produk hilir baja. Ini akan mematikan industri hilir, belum KS. Ketika industri hilir baja yang saat ini sudah tutup tujuh pabrik, kita kehilangan demand. KS-nya juga bisa mati,” ucap Silmy kepada wartawan saat ditemui di Kantor Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Jumat (13/12/2019).

Silmy mengatakan ia dan perusahaan baja lainnya ingin menutup pintu masuk baja hilir. Hal ini dilakukan untuk mengatasi penyebab berbagai industri baja merugi termasuk KS.

Silmy pun enggan disalahkan atas inefisiensi perusahaannya. Ia bilang KS telah melakukan pengurangan karyawan dan sejumlah usaha beberapa waktu lalu, tapi menurutnya hal itu masih terbebani baja impor.

Silmy bilang jika tidak ada baja impor, Pendapatan perusahaan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi atau EBITDA bisa menyentuh 150-250 juta dolar AS. Bahkan nilainya bisa naik ke 300 juta dolar AS. Hanya saja, syaratnya KS tidak sebaiknya berhadap-hadapan dengan impor baja hilir.

“EBITDA kita bisa 150, 250 juta dolar AS karena tergantung kebijakan impor. Kalau efektif (ditutup) ya tahun berapa pun bisa segitu,” ucap Silmy.

Baca juga artikel terkait IMPOR BAJA atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Hendra Friana