tirto.id - Perdagangan internasional telah menjadi aspek penting dalam ekonomi global selama berabad-abad. Dasar-dasar mengenai perdagangan internasional bisa dipelajari melalui teori perdagangan internasional yang dicetuskan para ekonom.
Setidaknya ada enam teori perdagangan internasional yang dijelaskan oleh para ahli. Keenam teori tersebut berupa teori klasik, pra-klasik, dan teori modern.
Teori perdagangan internasional pra-klasik dicetuskan sebelum abad ke-17, bernama teori merkantilisme. Ada juga teori klasik yang dicetuskan oleh ekonom di abad ke-18 hingga ke-19, seperti teori perdagangan internasional Adam Smith dan David Ricardo.
Kemudian, teori perdagangan internasional modern dicetuskan setelah abad ke-20 oleh, seperti teori Heckscher-Ohlin, Teori Samuelson, hingga Teori Paul Robin Krugman. Teori modern banyak membahas soal ekspor dan impor.
Teori Perdagangan Internasional
Berikut ini 6 teori perdagangan internasional beserta penjelasannya:
1. Teori Perdagangan Internasional Merkantilisme
Teori merkantilisme merupakan teori perdagangan internasional yang dipercaya sejak tahun 1500-an. Menurut Nurjanah dan Fitriani dalam Ekonomi (2022), teori merkantilisme menyatakan bahwa kemakmuran suatu negara dilihat dari besarnya kepemilikan logam mulia (emas).
Selain itu, teori merkantilisme ini juga menilai negara yang makmur lebih banyak melakukan ekspor dibandingkan impor. Teori ini berkembang pesat di Eropa dan memicu perkembangan dagang dan ekspedisi antar negara.
2. Teori Perdagangan Internasional Adam Smith
Teori perdagangan internasional Adam Smith dikenal sebagai teori keunggulan mutlak. Sesuai sebutannya, teori ini dikembangkan oleh ekonom Inggris abad ke-18, Adam Smith.
Menurut Sri Nur Mulyati dalam Modul Pembelajaran SMA Ekonomi (2020), Smith berpendapat bahwa produksi barang dan jasa bisa dihasilkan dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan negara lain.
Melalui cara ini, Smith berpendapat bahwa perdagangan internasional akan memberikan manfaat kepada semua pihak melalui spesialisasi dan pertukaran.
3. Teori Perdagangan Internasional David Ricardo
Teori perdagangan internasional David Ricardo juga dikenal dengan nama teori keunggulan komparatif. Teori keunggulan komparatif ini berkembang sejak 1817.
Teori ini berpendapat bahwa sekalipun negara mengalami kerugian atau tidak unggul absolut dari negara lain dalam memproduksi komoditi, keuntungan masih tetap berjalan.
Artinya, suatu negara yang tidak memiliki keunggulan pun masih dapat memanfaatkan perdagangan internasional jika mereka memiliki keunggulan komparatif dalam biaya produksi.
Teori ini juga mengungkapkan bahwa negara harus berfokus pada penggunaan tenaga kerja yang lebih efisien untuk menghasilkan keunggulan komparatif suatu perdagangan.
4. Teori Perdagangan Internasional Heckscher-Ohlin
Teori Heckscher-Ohlin atau teori HO mulai berkembah di awal ke-20, oleh ekonom asal Swedia, tepatnya pada 1919 hingga 1933. Teori ini menjelaskan bahwa suatu negara akan mengekspor komoditi yang produksinya memerlukan lebih banyak faktor produksi melimpah dan murah.
Namun, di saat yang bersamaan negara juga akan mengimpor komoditi yang produksinya memerlukan lebih banyak faktor produksi yang relatif langka dan mahal di negara tersebut.
5. Teori Perdagangan Internasional Samuelson
Teori perdagangan internasional Samuelson, berkembang di tahun 1941. Teori ini dicetuskan atas tiga asumsi, yaitu skala hasil yang konstan, persaingan sempurna, dan kesetaraan jumlah faktor yang digunakan suatu produk.
Teori perdagangan internasional Samuelson menyebut bahwa kenaikan harga relatif komoditas dapat menaikan tingkat penghasilan faktor-faktor produksi.
Adapun faktor produksi yang harganya meningkat adalah faktor produksi yang paling intens digunakan.
6. Teori Perdagangan Internasional Paul Robin Krugman
Teori yang dicetuskan oleh Paul Robin Krugman merupakan teori perdagangan internasional modern. Menurut Maddaermmeng A. Panennungi dalam Jurnal Ekonomi dan Pengembangan Indonesia (2010), teori ini berkembang pada tahun 1980-an.
Teori ini menyebutkan bahwa negara akan mengekspor barang yang permintaan domestiknya besar pada kondisi increasing returns. Sebaliknya, negara akan mengimpor barang dalam kondisi decreasing returns.
Krugman juga berpendapat bahwa skala ekonomi perusahaan menentukan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk membuat produk. Teori Krugman juga dikenal dengan sebutan teori skala ekonomi.
Editor: Dhita Koesno