tirto.id - Dinamika perdagangan fisik aset kripto mengalami pasang surut sejak beberapa tahun terakhir. Nilai transaksi pada 2022 sempat menurun, namun pada Februari 2023 tercatat Rp13,8 triliun atau naik 13,7 persen dibandingkan Januari 2023 (MoM).
Secara total, nilai transaksi periode Januari-Februari 2023 sebesar Rp25,94 triliun atau turun 69 persen dibandingkan periode yang sama pada 2022 sebesar Rp83,76 triliun.
Mengutip laman Bappebti, ada lima Jenis aset kripto dengan nilai transaksi terbesar saat ini yaitu Tether (USDT), Bitcoin (BTC), Ethereum (ETH), Dogecoin (DOGE), dan Terra (LUNA).
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Nailul Huda mengatakan potensi perdagangan kripto di Indonesia cukup besar. Namun dia meminta hal ini harus dibarengi dengan literasi yang memadai.
"Kita kan melihat potensi akses atau investasi kripto di Indonesia kan besar. Kemudian jika melihat disini kan ya tingkat literasi digital, tingkat literasi keuangan masih relatif lebih rendah," ujarnya kepada Tirto, Kamis (22/6/2023).
Awal 2022 dan diperkirakan sampai dengan 2023, dunia masih mengalami fase crypto winter. Artinya, penurunan transaksi perdagangan aset kripto terjadi hampir sepanjang tahun. Namun sebaliknya, dari sisi jumlah pelanggan, terjadi penambahan cukup signifikan.
Pada Februari 2023, tercatat jumlah pelanggan 17 juta (rata-rata penambahan sebesar 500 ribu pelanggan per bulan) dari tahun sebelumnya sebesar 16 juta.
Dari sisi penguatan ekonomi nasional, perdagangan aset kripto memberikan manfaat terutama melalui kontribusinya dalam penerimaan negara melalui pajak.
Pada periode Mei-Desember 2022 berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan, telah terkumpul pajak atas perdagangan fisik aset kripto sebesar Rp246,5 miliar.
Sebelumnya, Investor sedang menunggu pembentukan bursa kripto yang dijanjikan pemerintah bisa terealisasi paling lama Juli 2023. Bursa kripto ini diyakini menjadi salah satu senjata menangkis penipuan investasi.
"Bursa kripto ini kan nanti ada uang kustodian, yang saya rasa itu (bursa kripto) akan lebih membuat transaksi di aset kripto ini akan jadi lebih aman," kata Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Nailul Huda kepada Tirto, Jakarta, Rabu (21/6/2023).
Nailul mengatakan, potensi akses investasi kripto cukup besar di Indonesia. Fenomena tersebut harus dibentengi dengan perlindungan yang kuat dan diiringi dengan literasi yang mumpuni.
"Kita seringkali melihat ada penipuan-penipuan, termasuk penipuan di investasi aset kripto. Makanya, kita sebenarnya butuh instrumen yang dapat melindungi investor," jelasnya.
Ke depan, dia berharap kasus seperti binance yang membawa kabur uang kustodian bisa diberantas. Sehingga tercipta ekosistem investasi yang sehat.
"Kasus binance itu kan uangnya dibawa kabur semua sama pemiliknya gitu kan, makanya dengan adanya bursa kripto ini kita menciptakan ekosistem sebenarnya, dan ekosistem ini yang relatif bisa melindungi investor," jelasnya.
Penulis: Hanif Reyhan Ghifari
Editor: Anggun P Situmorang