Menuju konten utama

5 Faktor Penyebab KDRT: Dominasi Gender hingga Masalah Ekonomi

Penyebab KDRT bisa dipicu oleh berbagai faktor, termasuk dominasi gender tertentu hingga masalah ekonomi.

5 Faktor Penyebab KDRT: Dominasi Gender hingga Masalah Ekonomi
Ilustrasi Kekerasan. foto/istockphoto

tirto.id - Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) bisa terjadi dalam hubungan pasangan yang tidak sehat. Penyebab KDRT bisa dipicu oleh berbagai faktor, termasuk dominasi gender hingga masalah ekonomi.

KDRT merupakan masalah yang serius, tidak hanya di Indonesia tapi di seluruh dunia. Banyak kasus KDRT yang menyebabkan korban mengalami cedera parah bahkan kematian.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan 42 persen wanita yang korban KDRT mengalami cedera. Selain itu, studi WHO yang dilakukan pada 2013 juga menemukan bahwa wanita yang mengalami KDRT 16 persen lebih mungkin mengalami keguguran dan 41 persen lebih mungkin melahirkan prematur.

Tidak hanya luka fisik, menurut Loma Linda University (LLU) korban maupun anak korban KDRT juga rentan mengalami trauma, depresi, memiliki keinginan bunuh diri, hingga mengembangkan perilaku serupa.

5 Faktor Penyebab KDRT

Ada banyak hal yang dapat menyebabkan KDRT, namun setidaknya ada lima faktor utama yang dapat meningkatkan risikonya. Berikut faktor-faktor tersebut:

Infografik SC kekerasan dalam Rumah tangga

Infografik SC kekerasan dalam Rumah tangga. tirto.id/Quita

1. Dominasi Gender

Faktanya, perempuan lebih rentan mengalami KDRT dibanding laki-laki. Menurut Kemen PPPA, risiko perempuan mengalami KDRT dari pasangannya 1,34 kali lebih besar dibanding laki-laki dengan pasangannya.

Ini menunjukkan adanya kecenderungan dominasi dari gender tertentu. Masih banyak kasus di mana pasangan belum memahami pentingnya konsep kesetaraan.

Akibatnya, banyak keluarga yang tumbuh dengan pola pikir bahwa hubungan suami istri mirip seperti "atasan dengan bawahan", "majikan dan buruh", atau "orang nomor satu dan orang belakang."

Hal ini kemudian menciptakan situasi di mana pasangan laki-laki merasa berhak mendominasi pasangan perempuannya, yang menyebabkan kekerasan fisik, verbal, bahkan seksual.

2. Budaya dan Kepercayaan

Psychcentral mengungkapkan bahwa adanya sistem budaya dan kepercayaan tertentu dapat memicu KDRT. Hal ini karena beberapa budaya dan sistem kepercayaan menerapkan hierarki antara laki-laki dengan perempuan maupun sebaliknya.

Misalnya, kepercayaan bahwa laki-laki lebih tinggi derajatnya dibanding perempuan. Selain itu, ada pula kasus KDRT pada pernikahan beda kasta dan status sosial di kebudayaan yang menganut sistem kasta.

Belum lagi adanya kepercayaan di mana melaporkan tindakan kasar suami dianggap sebagai mengumbar aib keluarga, sehingga jika dilakukan ia akan dosa besar.

Hal ini menyebabkan pelaku merasa pantas memperlakukan pasangannya dengan kasar, sedangkan korban merasa tidak berdaya atau bahkan berpikir bahwa dirinya pantas diperlakukan demikian.

3. Masalah Ekonomi

Menurut Kemen PPPA, aspek ekonomi merupakan aspek yang lebih dominan menjadi faktor KDRT dibandingkan dengan aspek pendidikan.

Hal ini dibuktikan kebanyakan KDRT dialami oleh wanita yang berasal dari rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan rendah. Wanita yang berasal dari rumah tangga kelompok 25 persen termiskin memiliki risiko 1,4 kali lebih besar mengalami KDRT dibanding kelompok 25 persen terkaya.

Selain itu, perempuan dengan suami menganggur berisiko 1,36 kali lebih besar mengalami KDRT dibanding perempuan yang pasangannya bekerja.

Ini dikaitkan dengan tingkat kesejahteraan rumah tangga yang tergolong rendah, sehingga memicu pertengkaran dalam rumah tangga serta KDRT.

4. Trauma Masa Kecil

WHO mengungkapkan bahwa trauma dan pengalaman masa kecil merupakan salah satu faktor pemicu KDRT.

Anak-anak laki-laki yang pernah mengalami KDRT cenderung dapat mengembangkan perilaku kekerasan pada pasangannya ketika dewasa. Sedangkan pada anak-anak perempuan korban KDRT, dapat kembali jadi korban KDRT lagi di masa depan.

Selain itu, anak-anak korban KDRT juga rentan mengalami masalah dengan kecanduan rokok, obat-obatan terlarang, alkohol, hingga perilaku seksual berisiko saat beranjak dewasa.

5. Poligami dan Selingkuh

Komisioner Komnas Perempuan Imam Nahe'i menyebut poligami merupakan salah satu penyebab KDRT. Selain itu, pernikahan yang tidak dicatatkan juga menjadi faktor lain penyebab KDRT.

"Poligami ini bisa kekerasannya fisik, yang mana itu sering terjadi; kekerasan seksual juga sering terjadi, kemudian bisa juga psikis itu sangat mungkin, dan penelantaran ekonomi," kata Imam di Kuningan, Jakarta Selatan pada 2018 lalu.

Sejalan dengan itu, Kemen PPA menyebutkan bahwa perempuan yang suaminya memiliki pasangan lain berisiko 1,34 kali lebih besar mengalami kekerasan fisik maupun seksual.

Sedangkan, perempuan yang suaminya berselingkuh cenderung mengalami KDRT 2,48 kali lebih besar dibandingkan yang tidak berselingkuh.

Baca juga artikel terkait KDRT atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Gaya hidup
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Yantina Debora