Menuju konten utama

5 Contoh Flexing dan Cara Menyikapinya dengan Bijak

Perilaku flexing seringnya tidak disadari dan ternyata dapat menganggu diri sendiri. Berikut ini contoh dan cara menyikapinya.

5 Contoh Flexing dan Cara Menyikapinya dengan Bijak
Ilustrasi flexing barang branded. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Flexing bukan hal yang asing bagi para pengguna sosial media. Perilaku ini bahkan menjadi fenomena sendiri dalam masyarakat masa kini. Lalu, apa contoh flexing dan bagaimana cara menyikapinya dengan bijak?

Istilah flexing berasal dari kata dalam bahasa Inggris “flex” yang berarti pamer. Cambridge Dictionary mendeskripsikan flexing sebagai perilaku yang dilakukan seseorang untuk menunjukkan bahwa dirinya sangat bangga atau sangat senang dengan sesuatu yang dilakukan atau dimiliki. Flexing biasanya dilakukan dengan cara yang membuat orang lain terganggu.

Hesti Firza Yuniar dkk dalam jurnal berjudul The Psychological Dynamics of Flexing Behavior among College Students (2022) mendeskripsikan flexing sebagai sebuah istilah dalam bahasa gaul, yang menggambarkan tindakan promosi diri yang berlebihan ketika seseorang memamerkan sesuatu.

Fenomena flexing semakin marak terjadi di media sosial, dengan banyak orang berlomba-lomba memamerkan kekayaan mereka. Tujuan flexing adalah untuk menunjukkan status sosial, kemampuan, dan keinginan membuat orang lain terkesan.

Dosen Psikologi di Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, Dewi Ilma Antawati, menjelaskan bahwa dalam psikologi klinis, perilaku flexing dikaitkan dengan rasa tidak percaya diri seseorang, sehingga ada dorongan untuk memamerkan apa yang menurutnya lebih unggul dari orang lain.

“Itu sebabnya ada orang yang merasa tidak percaya diri datang ke pesta atau acara tertentu jika tidak mengenakan barang bermerek, dan lebih nyaman jika datang mengenakan barang bermerek, karena kekhawatiran tidak diterima atau dipandang rendah oleh orang lain,” kata Dewi Ilma, Selasa (16/3/2022) dikutip laman resmi UM Surabaya.

Contoh Perilaku Flexing

Contoh flexing di media sosial biasanya berkaitan dengan orang yang kerap memamerkan kekayaan dan kemampuan. Biasanya pelaku flexing akan menggunakan berbagai fitur media sosial untuk aksi pamernya. Misalnya membuat foto dan video tertentu dengan keterangan bermakna pamer secara tersembunyi maupun terang-terangan.

Seseorang dapat dikatakan flexing apabila kerap menunjukkan kemewahan dan kemampuan yang mereka miliki dalam intensitas yang berlebihan. Berikut ini adalah beberapa contoh perilaku flexing yang mungkin pernah Anda temui.

1. Flexing Barang Mahal Baru

Contoh perilaku flexing yang paling umum terjadi adalah memamerkan barang mahal baru. Biasanya, pelaku flexing cenderung dengan sengaja mengunggah foto atau membuat video yang menampilkan barang mahal mereka. Misalnya, memfokuskan foto kepada simbol barang branded tertentu yang mereka miliki seperti tas, sepatu, handphone, pakaian, perhiasan, kartu bank kelas atas, dan lain sebagainya.

2. Flexing Pencapaian

Pelaku flexing pencapaian ini kerap membungkus perilaku pamernya dengan berkedok memberikan motivasi kepada orang lain. Padahal tujuan utama mereka adalah memamerkan pencapaian seperti kestabilan ekonomi, jabatan, atau keharmonisan dalam suatu hubungan.

3. Flexing Liburan

Liburan saat ini sudah menjelma sebagai status sosial bagi sebagian orang. Berlibur ke tempat idaman banyak orang, yang biasanya memerlukan biaya yang tidak sedikit, menjadi kebanggaan bagi para pelaku flexing. Contoh flexing liburan biasanya dapat dikenali saat mereka memposting foto atau video tiket pesawat atau paspor ke luar negeri.

Dikatakan flexing karena mereka umumnya akan mengunggah konten tersebut ke sosial media secara berlebihan.

4. Flexing Ibadah

Flexing ibadah tentu sedikit terdengar aneh, tetapi pada kenyataannya, memang banyak orang yang haus akan pengakuan terkait ketaatannya dalam beribadah. Pelaku flexing ibadah biasanya selalu membahas topik ibadah secara konstan, terutama mengenai ibadah apa saja yang telah mereka lakukan. Pelaku flexing ibadah juga acap unjuk kebolehan mengenai pemahaman ibadah mereka.

5. Flexing Tubuh Idaman

Pelaku flexing tubuh idaman biasanya secara terang-terangan memamerkan lekuk tubuh mereka. Mereka kerap berpose di depan kamera dan membahas apa capaian mereka dan apa saja yang telah mereka lakukan untuk mendapatkan tubuh idaman tersebut.

Cara Menyikapi Perilaku Flexing

Wahyu Putra Rizquna dalam studi berjudul The Phenomenon of Flexing Among Students and Effects According to the Theory of Consumptive Society menjelaskan bahwa pelaku flexing berlomba-lomba memamerkan kekayaan mereka untuk diakui dan dipuji oleh orang lain.

Bagi sebagian orang, melakukan flexing adalah hal yang biasa, namun dampak negatif flexing juga tidak boleh diabaikan, apalagi jika dilakukan dengan sengaja untuk menarik orang lain atau mencari konsumen yang menjadi target untuk mendapatkan keuntungan.

Perilaku flexing secara khusus dapat mendorong tingkat konsumsi, bukan untuk memenuhi kebutuhan tetapi untuk memuaskan keinginan yang tidak rasional. Lebih dari itu, seseorang yang menghadapi pelaku flexing akan merasa tidak nyaman, ini juga cenderung menjadi pemicu hubungan yang tidak sehat.

Lantas, bagaimana cara menyikapi flexing? Ada beberapa cara yang bisa dilakukan, antara lain:

1. Ganti Topik Pembicaraan

Apabila seseorang melakukan flexing, cara paling gampang adalah mengganti topik pembicaraan. Hindari topik yang membuat mereka merasa tinggi hati dan secara terang-terangan melakukan flexing.

2. Jangan Beri Tanggapan

Hindari memberi tanggapan tentang apa yang mereka banggakan atau pamerkan, terutama respons yang dapat memicu mereka semakin bersemangat memamerkan diri.

3. Jangan Berkompetisi

Ketika berhadapan dengan tukang pamer, terkadang mungkin timbul rasa ingin melawannya dengan melakukan flexing juga. Tapi, berkompetisi dalam hal ini bukanlah langkah yang tepat, karena tidak akan pernah ada pemenangnya.

4. Berdamai dengan Perilakunya

Dalam kehidupan ini, memang ada orang-orang yang menyebalkan seperti tukang pamer. Berdamailah dengan perilaku tersebut dan anggap saja sebagai warna kehidupan. Jika pun tidak bisa, hindari mereka dan atau lakukan cut off.

Baca juga artikel terkait PAMER atau tulisan lainnya dari Balqis Fallahnda

tirto.id - Diajeng
Kontributor: Balqis Fallahnda
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Dhita Koesno