tirto.id - Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Wamendiktisaintek), Stella Christie, mengatakan bahwa setidaknya ada 45 orang penerima program Beasiswa Indonesia Maju (BIM) dan Beasiswa Garuda yang terkendala dalam menjalani studi ke negara tujuan.
Salah satunya adalah akibat penghentian sementara layanan visa baru oleh pemerintah Amerika Serikat (AS).
“Ada 45 orang yang sudah diterima di Amerika Serikat. Dan pada hari itu waktu Amerika Serikat bahwa tidak ada appointment visa baru,” ujar Stella kepada wartawan di Gedung Kemendiktisaintek, Senayan, Jakarta Pusat pada Senin (16/6/2025).
Stella mengatakan bahwa atas kendala ini, pihaknya telah mengambil langkah solutif agar para calon mahasiwa dapat tetap melanjutkan studinya. Salah satunya, memfasilitasi pemindahan studi ke universitas-universitas terkemuka di Inggris, khususnya anggota Russell Group.
“Saya berbicara dengan mereka juga untuk melihat bagaimana apakah bisa diakomodir mereka yang tadinya ke US untuk mungkin dipindahkan ke UK. Dan itu sudah berjalan dan Alhamdulillah syukurillah kita sudah bisa mendapatkan itu,” terang Stella.
Meskipun sudah mengambil langkah altenatif, dia menyebut bahwa pemindahan mahasiswa akan dilakukan berdasarkan ketersediaan mahasiswa yang bersangkutan. Adapun nanti keputusannya, Kemendiktisaintek hanya berwenang memberikan opsi.
“Jadi nanti bisa dilihat, dan kembali keputusannya kepada anak-anakya. Jadi kami memberikan kesempatan, kami yang mengerjakan, memberikan opsi, keputusan apakah anakya akan mau pindah atau tidak, kami kembalikan kepada anak-anakya karena mereka adalah individu-individu,” jelas Stella.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan, Andin Hadiyanto, mengatakan bahwa pihaknya siap untuk membantu penerima beasiswa yang terkendala visa.
Terlebih, katanya, akan mudah perpindahan apabila penerima telah diterima dikampus terbaik.
“Kita kasih kesempatan kepada yang bersangkutan untuk bisa cari kampus lain, dan kalau perlu bantuan LPDP kita juga bisa membantu ke UK atau ke yang lain,” ucapnya.
Selain opsi berpindah, Andin juga menyebut bahwa penerima beasiswa juga diberi opsi menjalani kuliah secara daring jika memungkinkan. Atau, katanya, menunda keberangkatan dengan mengambil cuti kuliah.
“Jadi nanti kalau dia misalnya nunggu setahun, cuti setahun dulu, nanti bisa kita kasih opsi seperti itu. Jadi opsinya bisa opsi pindah, atau kalau Harvard ngasih opsi online dulu sebelum offline, atau istilahnya cuti dulu,” katanya.
“Kan cuti bisa kami kasih kesempatan, cuti kuliah, nanti artinya kita juga tidak pergi ke Harvard,” sambung Andin.
Penulis: Rahma Dwi Safitri
Editor: Bayu Septianto