tirto.id - Salah satu pos penting yang ada dalam tiap tim pemenangan kontestan pemilihan presiden 2019 adalah bendahara umum. Merekalah yang mengatur semua arus keluar masuk duit—yang pasti tak sedikit.
Direktur Eksekutif Indonesian Political Review Ujang Komaruddin mengatakan posisi bendum semakin strategis karena mereka juga bertugas mencari donatur yang bersedia memberi dana segar bagi kemenangan paslon. Oleh sebab itu, latar belakang bendum biasanya adalah seorang pengusaha yang sukses.
"Biasanya memang orang yang memiliki uang, kemampuan finansial yang mapan. Kedua, dia biasa memiliki jaringan luas di pengusaha. Kalau bendum tidak bisa menggerakkan jaringan pengusaha atau menarik uang, itu tidak akan menjadi kekuatan," katanya pada Tirto, Sabtu (23/9/2018) kemarin.
Lantas siapa bendahara umum masing-masing kubu? Kursi bendahara umum kubu Prabowo-Sandi diberikan kepada Wishnu Wardhana, sedangkan Jokowi-Ma’ruf Amin menunjuk Sakti Wahyu Trenggono.
Seperti kata Ujang, orang-orang ini tak diragukan punya dompet tebal dan jaringan luas.
Adu Kekuatan Bendahara Umum
Bendum kedua paslon sama-sama pengusaha, yang beda cuma bidangnya. Jadi sebagai profesional, bisa dikatakan mereka tidak pernah head-to-head.
Mari membahas Wishnu Wardhana dulu. Sebelum terjun ke dunia politik, dia telah malang melintang di dunia energi dan perkebunan.
Dalam laporan tahunan 2015 Indika Energy (PDF), pria yang berkuliah di Pepperdine University, California, Amerika Serikat di jurusan ekonomi ini adalah wakil presiden direktur PT Indika Energy Tbk sejak Mei 2009. Jabatannya naik pada Mei 2013 jadi direktur utama. Wishnu sendiri bergabung dengan Indika Energy pada 2007. Jabatan pertamanya adalah Direktur.
Indika Energy—anak perusahaan Indika Group—sendiri adalah salah satu perusahaan energi terbesar di Indonesia yang bergerak di sektor batubara, minyak, dan gas.
Sebelum itu sejumlah jabatan penting juga sempat ditempati di beberapa perusahaan yang bernaung di Indika Group yang bergerak di bidang energi. Masih menurut laporan tahunan 2015, Wishnu pernah menjabat sebagai Komisaris Utama PT Indika Infrastruktur Investindo (2008-2009, 2013-2014), Wakil Komisaris Utama Petrosea (2013-2014), dan Komisaris MBSS (2013-2014).
Selain energi, Wishnu juga bergerak di bidang perkebunan lewat PT Teladan Resources. Sejak 2004, dia adalah presiden direktur dan CEO perusahaan ini. Situs resmi perusahaan menyebut mereka punya perkebunan sawit seluas 60 ribu hektare di Kalimantan Timur.
Di luar itu, Wishnu juga pernah ada di posisi-posisi penting. Pada tahun 2009 misalnya, dia tercatat sebagai Wakil Ketua Umum Bidang Lembaga Keuangan Nonbank, Asuransi, dan Pasar Modal dan Sekretaris Jenderal Kepala Dagang Indonesia – Amerika Serikat. Kemudian pada tahun 2010, ia menjadi salah satu calon kepala Kadin Indonesia, bersaing dengan calon wakil presiden yang ia dukung sekarang, Sandiaga Uno. Kala itu Wishnu kalah.
Dengan rekam jejak demikian, tak heran kalau Wishnu mempunyai koneksi luas. Bisa jadi karena ini pula dia coba menjajaki dunia politik.
Dia memutuskan jadi manajer kampanye pasangan calon gubernur DKI Jakarta Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni pada Pilgub DKI 2017. Ketika itu ia memutuskan undur diri sebagai Komisaris Utama PT Indika Energy Tbk. Pengunduran diri karena kebijakan perusahaan. Indika adalah badan usaha yang sama sekali tak mau berafiliasi dengan kelompok politik manapun.
Kita tahu AHY kalah, dan Anies-Sandi yang menang. Wishnu kemudian merapat ke Prabowo-Sandi pada pilpres mendatang, yang notabene juga didukung Demokrat, partai penyokong utama pasangan AHY-Sylviana.
Di kubu seberang, Sakti, mengutip Bloomberg, adalah "peserta awal di industri menara (telekomunikasi) di Indonesia."
Dia merintis karier sebagai analis sistem dan programmer tahun 1998 di Federal Motor (sekarang berganti nama jadi Astra Internasional). Ketika itu ia masih kuliah. Kuliahnya sendiri tak sampai lulus.
Meski tidak berhasil meraih strata-1 di bidang TI ITB, ia meraih double degree di Universitas Bina Nusantara bidang manajemen informatika dan Teknik Industri di Universitas Indonesia. Lantas ia kembali ke ITB untuk menuntaskan dendamnya: menyelesaikan kuliah di tingkat strata-2.
Pada tahun 1999, ia kembali bergelut di keahlian utamanya, yakni bidang teknologi informasi. Bersama Abdul Satar dan Abdul Erwin ia membangun PT Solusindo Kreasi Pratama (SKP). Sebagai pemegang saham mayoritas 80 persen, Sakti memegang sendiri jabatan Presiden Direktur.
Pada 5 April 2010, SKP diakuisisi oleh PT Tower Bersama Infrastruktur. Perusahaan inilah yang kemudian menjadi penyedia infrastruktur menara telekomunikasi terbesar di Indonesia dengan kepemilikan lebih dari 14 ribu menara.
"Saya satu-satunya dulu, perintislah [dalam bisnis penyediaan menara telekomunikasi]," katanya pada Tirto mengenang masa lalu, Sabtu (23/9/2018) kemarin.
Tiga tahun berikutnya, tepatnya pada 2007, Sakti mengembangkan bisnis dengan mendirikan dan mengepalai TRG Investama, sebuah perusahaan penanaman investasi. Saat ini, perusahaan ini memiliki gurita bisnis dalam bidang telekomunikasi, teknologi, properti, media, dan e-commerce.
Sakti lebih senior dalam dunia politik daripada Wishnu. Pergulatan Sakti dalam dunia politik dimulai pada 2012 saat ditunjuk menjadi bendahara Partai Amanat Nasional yang sekarang memilih mendukung kubu Prabowo-Sandi. Namun setahun setelahnya, Sakti mengundurkan diri.
Pada tahun 2015, PAN mengajukan Sakti masuk dalam komposisi Kabinet Kerja Joko Widodo-Jusuf Kalla. Namun pada akhirnya Sakti tak masuk.
Cara Raup Dana Kampanye
Juru Bicara tim pemenangan Prabowo-Sandi, Andre Rosiade, mengatakan Wishnu dianggap bisa mengatur keuangan tim dengan baik. Itu alasan utama penunjukan.
Andre menyatakan belum mengetahui secara detail apa saja langkah-langkah Wishnu untuk mendapat dana kampanye. Meski tak menafikan potensi koneksi Wishnu sebagai pengusaha untuk mencari uang, akan tetapi ia menyebut itu bukan yang utama.
"Yang penting bukan koneksi tapi dukungan rakyat. Saya rasa dengan dukungan rakyat dana kampanye pak Prabowo dan bang Sandi akan tertutupi," yakinnya kepada Tirto, Sabtu (23/9/2018) lalu. Andre secara spesifik memberi contoh penggalangan dana dari masyarakat yang dilakukan Prabowo sejak Juni 2018.
Yang menarik, meski menggaet seorang pebisnis sukses, Andre mengaku kalau timnya akan sangat selektif menerima uang dari korporasi.
"Dari awal pak Prabowo dan bang Sandi menghindari biaya politik dari para cukong. Yang paling penting dukungan dari rakyat bukan dari cukong. Jadi kita tidak punya utang budi atau utang kebijakan saat menjabat nanti."
Sedangkan Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan kalau Sakti dipilih karena sudah punya rekam jejak yang baik saat pembentukan tim sukses Jokowi di 2014 dengan nama 'tim sebelas'. Ketika itu Sakti menjabat sebagai tim ahli bersama tokoh seperti Musdah Mulia dan Sihar Sitorus.
Hasto punya pendapat berbeda soal sumber duit. Menurutnya koalisi tak bakal seselektif itu meminta dana dari korporasi. Asal sesuai dengan peraturan yang ada, tentu bakal diterima.
"Korporasi itu juga diizinkan memberikan bantuan maksimum Rp 25 miliar, sedangkan orang per orang sebesar Rp 2,5 miliar," ujar Hasto kepada Tirto.
Nominal itu merujuk pada peraturan yang ada pada pasal 327 ayat (1) dan (2) Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu.
Hasto mengatakan Sakti memang bakal memanfaatkan jejaring bisnisnya. Sakti bakal "menjual" hasil kerja Jokowi selama jadi presiden. Diharapkan dengan begitu para relasi bisnisnya bersedia memberikan uang cuma-cuma.
"Tapi semua syaratnya sesuai aturan KPU," pungkasnya.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Rio Apinino