Menuju konten utama

Yang Terjadi Sebelum Lion Air Jatuh: Sempat Rusak dan Minta Kembali

Pilot pesawat sempat meminta kembali ke landasan sebelum pesawat hilang. Sehari sebelumnya, pesawat sempat bermasalah.

Yang Terjadi Sebelum Lion Air Jatuh: Sempat Rusak dan Minta Kembali
Ilustrasi pesawat hilang. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Para penumpang sudah bergegas masuk ke dalam pesawat. Pukul 06.20 pagi, Pesawat Lion Air JT 610 tujuan Jakarta-Pangkal Pinang, sudah lepas landas dari landasan pacu Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. 13 menit berselang, pesawat hilang kontak.

“Lokasi terakhir di sekitar Karawang ketika lost contact,” kata Kepala Badan Search and Rescue Nasional Muhammad Syaugi kepada reporter Tirto, Senin pagi (29/10/2018).

Posisi terakhir yang tercatat berada di koordinat 05 46.15 S - 107 07.16 R KMA. Lokasi itu berada di wilayah Perairan Tanjungbungin, Karawang, Jawa Barat.

Sesaat sebelum hilang, sejumlah pegawai di lapangan Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ), sempat melihat detik-detik pesawat jatuh.

“Kami lalu menugaskan kapal patroli untuk mengecek ke lokasi,” kata VP Relations Pertamina Hulu Energi Ifki Sukarya kepada reporter Tirto, saat dihubungi Senin pagi.

Kapal dari PHE kemudian bergegas ke lokasi yang berjarak 100 kilometer dari anjungan PHE di lepas pantai di Utara Bekasi. Di lokasi, kata Ifki, petugas PHE menemukan serpihan pesawat. “Sekarang proses transfer ke kapal Basarnas.”

Saat petugas PHE sedang mentransfer serpihan pesawat, Kapolres Karawang AKBP Slamet Waluya tengah bergegas menuju lokasi kejadian yang berada di tengah laut. Polisi, kata Slamet, sudah menerjunkan tim polisi air untuk mengecek kondisi di TKP.

“Kapal patroli pol air menemukan potongan bodi pesawat,” kata Slamet dalam siaran langsung CNN Indonesia TV.

Tepat pukul 10.16 pagi, Basarnas memberikan kepastian, pesawat benar-benar terjatuh. “Kami temukan ada puing, pelampung, handphone,” ucap Kepala Basarnas Muhammad Syaugi.

Sempat Bermasalah

Sesaat setelah Basarnas menemukan puing pesawat, Kementerian Perhubungan membuka crisis centre di Terminal 1 Bandara Soekarno-Hatta. Pada saat bersamaan, Komite Nasional Keselamatan Transportasi mendapati, pesawat tersebut adalah pesawat baru.

“Pesawat itu yang paling terkini dan terbaru di kelas Boeing 737,” kata Soerjanto Tjahjono di Kantor Basarnas.

Meski masih baru, pesawat ini sudah punya masalah. Direktur Umum Lion Air Edward Sirait mengatakan, masalah tersebut terdeteksi setelah pesawat digunakan dari Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali, menuju ke Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. Masalah teknis itu juga sudah dicatat pilot sebelumnya dalam logbook.

“Malam itu langsung dilakukan pemeriksaan, langsung dilakukan perbaikan sesuai dengan petunjuk oleh pabrik pesawat,” kata Edward saat menggelar konferensi pers di kantor Lion Air, Senin siang.

Berbekal perbaikan ini, kata Edward, teknisi pesawat memberi izin pesawat untuk kembali terbang. Pemberian izin ini bukan perkara sembarangan, lantaran teknisi yang memberi izin adalah mereka yang sudah mendapat sertifikat dari Kementerian Perhubungan.

“Di dalam pesawat [juga] ada engineer, ikut dia terbang, berarti kan dia meyakinkan pesawatnya layak terbang,” kata Edward dalam siaran langsung KompasTV, Senin siang.

Infografik CI Hilang Kontak Pesawat Lion Air

Minta Pulang Sebelum Hilang

Masalah yang diklaim selesai ini sepertinya belum selesai diperbaiki teknisi. Dugaan ini muncul lantaran pesawat yang dikomandoi Captain Bhavye Suneja dengan copilot Harvino meminta kembali ke landasan di Bandara Soetta.

Soal permintaan kembali ke landasan ini dikonfirmasi Kepala Bagian Kerja Sama dan Humas Dirjen Perhubungan Udara Sindu Rahayu.

“Pesawat sempat meminta return to base [putar balik kembali ke bandara] sebelum akhirnya hilang dari radar,” ujar Sindu.

Sementara itu, Edward Sirait mengklaim, permintaan kembali ke landasan adalah hal yang wajib dilakukan jika pilot merasa ada masalah. “Pilot harus utamakan keselamatan penerbangan,” kata Edward.

Meski begitu, Edward tak mau menyebut pesawat milik maskapainya bermasalah. Ini lantaran proses identifikasi dan investigasi masih dilakukan. “Apa yang sebabkan, itu yang kami belum tahu. Kami belum tahu apa komunikasi pilot,” ucap dia.

Ia pun menegaskan, pesawat sudah mendapat izin untuk terbang dari teknisi yang mengurus pesawat. Ini dibuktikan, kata dia, dengan adanya teknisi yang juga menemani pesawat saat terbang.

“Di dalam pesawat ada engineer, ikut dia terbang, berarti kan dia meyakinkan pesawatnya layak terbang,” kata Edward.

Praktisi penerbangan sekaligus mantan Direktur Teknik Sriwijaya Air, Ananta Wijaya mengatakan, potensi masalah di mesin Boeing 737 Max-8 di Pesawat Lion Air JT-610 bisa saja muncul. Ini karena “Max itu bawaannya punya masalah di engine.”

Namun, alumnus Teknik Penerbangan ITB ini enggan menyebut masalah mesin ini yang jadi sebab Lion Air JT 610 jatuh. “Kita belum tahu. Enggak bisa nebak sekarang, terlalu dini,” katanya menegaskan.

Baca juga artikel terkait LION AIR JATUH atau tulisan lainnya dari Mufti Sholih

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Mufti Sholih
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti