tirto.id - Dua pemuda bernama Muklis dan Suhadi dipukul tiga orang tak dikenal, Senin, 8 April 2019. Keduanya diadang sekitar pukul 15.30 WIB saat sedang berboncengan motor melewati Jalan Mataram, Yogyakarta, usai menghadiri kampanye terbuka calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto.
Motor korban dihentikan tiga orang tidak dikenal, kemudian mereka diminta untuk mengacungkan satu jari dan melepas ikat kepala yang bertuliskan Prabowo-Sandiaga.
Sebelum melakukan apa yang disuruh, keduanya sempat dipukul. Salah satu pelaku mengeluarkan senjata airsoft gun dan menembak hingga mengenai bahu kiri bagian atas Muklis dan mengetapel jari telunjuk sebelah kiri Suhadi.
Setelah melakukan persekusi, pelaku melarikan diri ke Kampung Cokrodirjan dan korban melanjutkan perjalanan. Dua korban itu sempat mendapat perawatan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Muklis mengalami luka tembak airsoft gun di bahu kiri serta mengalami mimisan di hidung akibat kena pukulan. Sementara Suhadi mengalami luka bengkak jari telunjuk kiri akibat kena ketapel.
Pemukulan tersebut bukan yang pertama kali terjadi di Provinsi DIY. Sehari sebelumnya atau Ahad (7/4/2019), anggota TNI menjadi korban pengeroyokan massa simpatisan pendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 usai menghadiri kampanye terbuka di Kabupaten Kulonprogo, DIY.
TNI yang menjadi korban yaitu anggota Korem 072 Pamungkas bernama Serka Setia Budi Haryanto. Peristiwa tersebut terjadi di Desa Bantar Kulon, Banguncipto, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulonprogo, pada Minggu (7/4/2019) petang.
Korban sebenarnya sudah sempat mengatakan kalau dirinya adalah anggota TNI. Namun, ia yang saat itu bersama dengan anggota Panwaslu bernama Janarta tetap diserang massa dengan benda tumpul. Sehingga keduanya mengalami luka-luka dan sempat dirawat di rumah sakit.
Selain pemukulan, menjelang kampanye capres-cawapres nomor urut 01, Jokowi-Ma'ruf di Kulonprogo, ormas Tentara Langit Familia, simpatisan PDIP Yogyakarta juga terlibat kericuhan dengan Front Pembela Islam (FPI).
Akibatnya, dua mobil rusak karena kericuhan yang terjadi di markas FPI Yogyakarta sekaligus Posko Pemenangan Prabowo-Sandiaga, di Jalan Wates Km 9, Dusun Ngaran, Desa Balecatur, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman.
Polisi Masih Selidiki Kasus Kericuhan
Polda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) telah menerima laporan dari korban anggota TNI dan seorang panitia pengawas Pemilu di Desa Banguncipto, Kecamatan Sentolo, Kulon Progo, DIY.
Kepala Bidang Humas Polda DIY, AKBP Yuliyanto mengatakan, setelah menerima laporan institusinya akan segera memeriksa saksi-saksi dan pelapor. “Upaya maksimal untuk mengungkap peristiwa ini,” kata Yulianto saat dikonfirmasi reporter Tirto, Senin (8/4/2019).
Sementara terkait peristiwa pemukulan dua pendukung Prabowo bernama Muklis dan Suhadi, polisi juga masih menyelidiki.
Kapolresta Yogyakarta Kombes Armaini mengatakan, hingga saat ini belum ada bukti terhadap peristiwa pemukulan itu. Namun, Armaini menyebut korban sudah melapor ke Polresta Yogyakarta.
“Untuk korban sudah melapor, kami akan tindak lanjuti, akan lidik, kasusnya saat ini ditangani pihak Reskrim. Kami masih lidik dan gali dulu, kami cari saksi-saksi dulu,” kata Armaini, pada Selasa (9/4/2019).
Menurut Armaini, berdasarkan keterangan yang didapat polisi, korban dipukul setelah diminta untuk mengacungkan satu jari dan melepas kaus bertuliskan "Prabowo-Sandiaga" serta atribut lainnya.
"Keterangan yang kami dapat itu setelah mengacungkan satu jari, disuruh melepas kaos, kalau enggak salah, sebelum dilepas sudah ditembak pakai airsoft gun dan dipukul," kata Armaini.
Polisi masih mencari bukti dan menggali keterangan saksi-saksi, termasuk mencari CCTV di sekitaran Jalan Mataram, tempat kejadian perkara.
Respons TKD Jokowi-Ma'ruf dan BPP Prabowo-Sandiaga
Usai kerusuhan di Markas FPI, Ketua PDIP Yogyakarta sekaligus Tim Kampanye Daerah (TKD) Jokowi-Ma'ruf Amin, Bambang Praswanto mengatakan, imbauan baik lisan maupun tertulis telah disampaikan kepada simpatisan selama kampanye terbuka.
Dalam dokumen tata tertib, peserta rapat umum terbuka yang dikeluarkan TKD Yogyakarta disebutkan, selama mengikuti kampanye peserta wajib menjaga ketertiban dan keamanan bersama.
Kemudian, kata dia, selama menuju atau meninggalkan kampanye terbuka perlu mengutamakan keselamatan, dalam berlalu lintas demi keselamatan bersama. Terkait dengan kericuhan ini, Bambang menyerahkan kepada polisi untuk mengusutnya supaya ada keadilan.
Namun, ketika dikonfirmasi soal pemukulan Muklis dan Suhadi, Bambang tidak mau berkomentar. Alasannya, ia belum mendapat laporan soal peristiwa tersebut.
"Maaf, saya no comment karena tidak tahu persis peristiwanya dan tidak masuk laporan ke saya," ujar Bambang ketika dihubungi reporter Tirto, Selasa (9/4/2019).
Sementara Ketua Badan Pemenangan Provinsi (BPP) Prabowo-Sandi DIY, Dharma Setiawan mengaku sudah mengirim tim advokasi untuk menyelesaikan kasus pemukulan itu. Mereka juga meminta polisi untuk mengusut tuntas kasus ini.
"Kami bukannya mau menuduh pihak sebelah yang melakukan provokasi, tetapi kami melihat ada beberapa orang kriminal yang telah mencederai pendukung Pak Prabowo-Sandi," kata Dharma.
Sebab, kata Dharma, peristiwa seperti ini tidak hanya terjadi sekali saja. Kericuhan juga terjadi saat kunjungan Prabowo di Yogyakarta pada 27 Februari 2019. Kericuhan diduga terjadi karena ada gesekan antara pendukung Prabowo dengan pendukung Jokowi.
"Hal ini juga terjadi saat Prabowo ke Yogyakarta yang [beberapa waktu] lalu 'Prabowo Menyapa Jogja' di Pacific Hall itu sama, kan, kami diprovokasi, ada yang terluka. Kami minta kepolisian menyelesaikan," kata Dharma.
Kericuhan di Pacific Hall mengakibatkan polisi melepaskan tembakan peringatan untuk meredakan kericuhan.
Ketua DPW PPP Khittah Yogya Syukri Fadholi menyebut kericuhan terjadi saat laskar PPP Khittah Gerakan Pemuda Kakbah (GPK) mengawal Prabowo Subianto menuju lokasi acara di Grand Pasifik Hall, Sleman, Yogya.
Menurut Syukri akibatnya kejadian itu ada dua anggota GPK terluka karena terkena lemparan batu. Kemudian setelah selesai acara saat melintas di daerah Pakuncen, Kota Yogya, massa GPK juga kembali terkena lemparan batu hingga mengakibatkan satu orang terluka.
Sementara itu, Ketua DPC PDIP Sleman Kuswanto membantah kadernya membentangkan spanduk Jokowi-Ma'ruf yang diduga menjadi pemicu kericuhan saat kedatangan Prabowo pada Februari 2019.
"Kalau yang membentangkan [spanduk Jokowi-Ma'ruf] itu masyarakat luar kami tidak bisa apa-apa. Ya kalau itu memang kader saya [sudah] mengimbau [untuk tidak dilakukan] karena itu memancing keributan," kata dia saat dihubungi, Kamis (28/2/2019).
Kuswanto mengatakan tidak ada perintah dari struktural partai untuk membentangkan spanduk. Terlebih untuk melakukan hal-hal yang memancing keributan.
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Abdul Aziz