tirto.id - Pasangan Bakal Calon Presiden dan Bakal Calon Wakil Presiden Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menyambangi Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Salemba, Jakarta Pusat, Kamis (16/08/2018). Dalam pertemuan tersebut, mereka membicarakan sejumlah hal termasuk masalah ekonomi dan politik.
"Bicarain kalau nanti beliau akan sukses jadi Presiden maka programnya ini, ini, ini. Saya pun ikut nimbrung nambahin, pertama ekonomi ini sangat mengkhawatirkan dolar ini udah Rp 14.600 caranya bagaimana pak? Lalu beliau terangkan," kata Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj di kantor PBNU, Salemba, Jakarta Pusat (16/08/2018).
Dalam pertemuan itu, Said Aqil pun mengeluhkan soal keadilan yang masih mahal dan sulit digapai rakyat kecil. Selain itu, mereka juga membahas soal persatuan bangsa, masalah kemiskinan, dan bagaimana cara meningkatkan martabat bangsa.
“Bagaimana meningkatkan martabat bangsa ini, masalah kemiskinan dan mensolidkan kesatuan persatuan bangsa ini,” kata Said.
Said Aqil mengaku pertemuan berlangsung dengan hangat, santai, dan kadang diselingi dengan canda. Prabowo dan Sandiaga pun membenarkan hal itu.
"Saya rasa ini yang kita inginkan," kata Prabowo.
Pertemuan ini adalah lanjutan dari safari politik Prabowo Subianto dan Sandiaga Salahudin Uno. Sebelum menyambangi NU, pasangan yang diusung Gerindra, PKS, PAN dan Demokrat ini sudah lebih dulu menyambangi Kantor Pengurus Pusat Muhammadiyah di Jakarta Pusat pada Senin 13 Agustus 2018 lalu.
"Silaturahmi aja, mohon doa restu yah kita. Abis itu mau makan, belum makan ini," kata Sandiaga usai menjalani pemeriksaan kesehatan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto.
Dalam pertemuan tersebut, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nasir pun memberi 6 buah pesan kepada Prabowo-Sandiaga jika terpilih nanti.
Pertama, memperhatikan nilai agama, Pancasila, dan kebudayaan. Kedua, mewujudkan kedaulatan negara. Ketiga, mengatasi kesenjangan ekonomi. Keempat, melakukan pembangunan SDM yang unggul. Kelima, melakukan kebijakan reformasi, dan meminta Indonesia bisa lebih proaktif pada kebijakan luar negeri.
Penulis: Mohammad Bernie
Editor: Alexander Haryanto