tirto.id - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengaku akan mendorong stabilitas dan pertumbuhan ekonomi secara bersamaan untuk jangka waktu pendek dan menengah.
Menurut Gubernur BI, yang baru saja dilantik tersebut, dua target itu bisa dipenuhi melalui 5 instrumen. Kelimanya terdiri atas empat instrumen untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan satu untuk menjaga stabilitas.
“Saya akan membawa BI untuk secara penuh menjalankan mandatnya dalam menjaga stabilitas perekonomian, yakni stabilitas inflasi dan nilai tukar rupiah. Stabilitas itu akan tetap diposisikan untuk mendukung upaya-upaya pertumbuhan ekonomi,” kata Perry di Gedung Mahkamah Agung, Jakarta, pada Kamis (24/5/2018).
Perry menjelaskan empat instrumen pendukung pertumbuhan ekonomi itu ialah relaksasi makroprudensial untuk mendorong sektor perumahan, mempercepat pendalaman pasar uang, kebijakan sistem pembayaran, serta memperkuat akselerasi keuangan konvensional dan syariah. Sementara untuk menjaga stabilitas, menurut Perry, instrumennya adalah penguatan koordinasi kebijakan.
Perry menilai koordinasi dalam hal moneter maupun fiskal saja tidak cukup. Oleh karena itu, ia menilai perlu ada koordinasi untuk memperkuat akselerasi sektor riil serta mengatasi defisit transaksi berjalan.
Strategi Perry Warjiyo Hadapi Pelemahan Rupiah
Dia menambahkan upaya menjaga nilai tukar rupiah menjadi prioritasnya saat ini. Perry mengatakan penyebab pelemahan rupiah terus terjadi belakangan ini ialah dua faktor eksternal.
Keduanya yakni rencana The Federal Reserve (Bank Sentral AS) yang akan menaikkan suku bunga 3-4 kali di tahun ini dan kenaikan imbal hasil surat utang pemerintah AS bertenor 10 tahun yang sudah melebihi 3 persen.
“Perekonomian domestik kita baik. Inflasi tetap berada di kisaran 3-3,5 persen. Akhir tahun diperkirakan sekitar 3,6 persen namun itu masih cukup bagus. Inflasi intinya pun hanya 3,2 persen. Jadi stabilitas moneter tetap terjaga, dan malah terkendali,” ujar Perry.
Guna menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, Perry mengatakan BI akan mengambil langkah yang mengombinasikan kebijakan suku bunga dan intervensi ganda. Bentuk intervensi itu ialah menyuplai valuta asing serta membeli Surat Berharga Negara (SBN) senilai hampir Rp50 triliun yang dijual pasar sekunder.
“Untuk bisa segera menstabilkan kurs, perlu langkah yang lebih preventif serta meneruskan intervensi. Perlu juga koordinasi dengan pemerintah untuk langkah-langkah bersama maupun melelang SBN,” kata dia.
Dalam waktu dekat, Perry juga berencana segera bertemu dengan industri perbankan dan dunia usaha. Menurutnya, pertemuan itu harus dilakukan guna menyamakan persepsi serta menghindari terjadinya kesalahan dalam penyampaian informasi.
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Addi M Idhom