tirto.id -
"Rupiah hari ini bagus, tadi sudah menguat. Ya, tentunya, mudah-mudahan terus bisa terjadi sampai beberapa hari ke depan," kata Dody ditemui di Jakarta, Jumat (11/5/2018) malam.
Meski ia menilai tekanan terhadap rupiah masih akan terus ada, mengingat suku bunga Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) juga kemungkinan akan naik dalam bulan-bulan ke depan.
"Artinya, terus kami akan waspada. Yang penting adalah BI terus jaga stabilitas," kata Dody.
Ia menjelaskan tekanan nilai tukar rupiah dalam beberapa waktu terakhir merupakan dampak dari menguatnya perkembangan ekonomi di AS, di mana mata uang dolar AS menguat cukup signifikan terhadap hampir terhadap seluruh mata uang di dunia.
Penguatan tersebut terutama didorong oleh terus meningkatnya suku bunga obligasi negara AS (yield US treasury) dan adanya potensi kenaikan suku bunga The Fed.
"Selain itu, depresiasi rupiah juga terkait dengan faktor musiman pemerintah di mana permintaan valas yang meningkat pada triwulan II untuk keperluan pembayaran utang luar negeri, pembiayaan impor, dan pembayaran deviden," kata Dody.
Ia meyakini depresiasi yang terjadi kepada rupiah secara umum relatif masih terjaga didukung oleh fundamental ekonomi Indonesia yang tetap kuat.
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat sore (11/5) bergerak menguat sebesar 130 poin menjadi Rp13.943 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.073 per dolar AS.
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri