Menuju konten utama

BI Catat Penerbitan SRBI November Mencapai Rp968,82 Triliun

Bank Indonesia terus mengoptimalkan berbagai inovasi instrumen pro-market untuk mendorong aliran masuk portofolio asing ke pasar keuangan domestik.

BI Catat Penerbitan SRBI November Mencapai Rp968,82 Triliun
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan keterangan pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Jakarta, Rabu (16/10/2024). Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan BI atau BI 7-Day Reverse Repo Rate di level 6 persen untuk mempertahankan stabilitas perekonomian Indonesia di tengah ketidakpastian pasar keuangan global. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/nym.

tirto.id - Bank Indonesia (BI) melaporkan sampai 18 November 2024 telah menerbitkan Sekuritas Rupiah BI (SRBI) sebesar Rp968,82 triliun. Angka ini naik dari posisi 14 Oktober 2024 yang senilai Rp934,87 triliun dengan kepemilikan asing mencapai Rp250,18 triliun atau 25,8 persen dari total outstanding.

Selain itu, kenaikan juga terjadi pada instrumen Sertifikat Valas BI (SVBI) yang sebelumnya 3,38 miliar dolar Amerika Serikat (AS) menjadi 3,39 miliar dolar AS pada November 2024.

Namun, berbeda dengan dua surat berharga yang dirilis BI sebelumnya, Sukuk Valas Bank Indonesia (SVBI) justru mencatatkan penurunan, dari di posisi 14 Oktober 2024 sebesar 424 juta dolar AS menjadi 387 juta dolar AS per 18 November 2024.

“Instrumen moneter pro-market terus dioptimalkan untuk mendukung penguatan stabilitas nilai tukar Rupiah dan pencapaian sasaran inflasi. Kebijakan ini juga dimaksudkan untuk mempercepat upaya pendalaman pasar uang dan pasar valas serta mendorong aliran masuk modal asing ke dalam negeri,” jelas Gubernur BI, Perry Warjiyo, dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur BI November 2024, di Kantor BI, Jakarta Pusat, Rabu (20/11/2024).

Khusus SRBI, lanjut Perry, kenaikan didorong oleh transaksi di pasar sekunder dan repurchase agreement (repo) antarpelaku pasar usai diterapkannya Primary Dealer (PD) atau Dealer Utama sejak Mei 2024. Di sisi lain, BI juga memasang suku bunga yang cukup menarik untuk tenor 6, 9 dan 12 bulan yang masing-masing sebesar 6,79 persen, 6,85 persen dan 7,07 persen.

Suku bunga untuk masing-masing tenor tersebut juga lebih tinggi ketimbang imbal hasil yang ditawarkan pemerintah dari Surat Berharga Negara tenor 2 tahun dan 10 tahun, yang per 19 November 2024 meningkat masing-masing menjadi 6,44 persen dan 6,86 persen sejalan kenaikan yield obligasi pemerintah AS (US Treasury).

“Ke depan, Bank Indonesia terus mengoptimalkan berbagai inovasi instrumen pro-market, baik dari sisi volume maupun sisi daya tarik imbal hasil, dan didukung kondisi fundamental ekonomi domestik yang kuat, untuk mendorong berlanjutnya aliran masuk portofolio asing ke pasar keuangan domestik,” pungkas Perry.

Baca juga artikel terkait BANK INDONESIA atau tulisan lainnya dari Qonita Azzahra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Qonita Azzahra
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Bayu Septianto