Menuju konten utama

Wisatawan Dongkrak Bisnis Oleh-oleh di Jogja Selama Lebaran

Penjualan oleh-oleh di Yogyakarta meningkat hingga 30 persen selama Lebaran.

Wisatawan Dongkrak Bisnis Oleh-oleh di Jogja Selama Lebaran
Wisatawan membeli kaos di Kawasan Malioboro, Yogyakarta, Jumat (8/7). Antara Foto/Andreas Fitri Atmoko

tirto.id - Penjualan makanan oleh-oleh khas Yogyakarta yang berbahan dasar singkong selama libur Idul Fitri 1438 Hijriah mengalami kenaikan hingga 30 persen dibanding hari-hari biasa sebelum Lebaran.

"Ada kenaikan penjualan, namun tidak begitu besar, kira-kira sekitar 20 sampai 30 persen dibanding hari biasa," kata pemilik sekaligus Direktur Pusat Oleh-Oleh khas Yogyakarta Cokro Tela Firmansyah Budi Prasetyo di Yogyakarta, Rabu(28/6/2017), seperti diwartakan Antara.

Menurut dia, kenaikan penjualan makanan khas yang diproduksinya karena bertepatan dengan libur Lebaran 2017 yang banyak pemudik pulang ke daerah asalnya di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kemudian membeli oleh-oleh khas itu.

Ia mengatakan, makanan khas Yogyakarta yang diproduksinya merupakan roti berbahan dasar dari singkong yang merupakan salah satu bahan pangan lokal. Bahan baku singkong itu didapat dari petani-petani di kawasan Bantul dan sekitarnya.

Firman mengatakan, peningkatan penjualan sudah dirasakan sejak sebelum Lebaran dan meningkat lagi setelah Lebaran, dirinya mengaku bisa menjual makanan pada kisaran 300 hingga 500 kotak kue setiap harinya.

Ia mengatakan, konsumen yang datang ke rumah produksinya selama libur Lebaran mayoritas berasal dari luar Yogyakarta yang sedang merayakan merayakan Lebaran di kawasan Bantul maupun DIY.

"Dari 35 jenis varian kue yang ada, peminat terbanyak jenis bolu panggang dan bolu kukus. Selain aneka cake dan jenis kue, ada bakpia, coklat dan aneka oleh-oleh khas Yogyakarta," katanya.

Menurut dia, produk makanan oleh-oleh Cokro Tela ini menyasar masyarakat pada kalangan ekonomi menengah ke bawah, karena harga makanan yang ditawarkan mulai dari Rp30.000 per kotak untuk jenis cake standar.

"Selain menjual kami juga mengedukasi masyarakat akan pentingnya pangan lokal. Meski demikian, kendala kami ada pada masih naik turunnya kualitas dari bahan baku yaitu tepung singkong (mocaf) dan singkong segar," katanya.

Firman yang memproduksi makanan khas dengan bantuan sejumlah tenaga ini membutuhkan bahan baku rata-rata satu hingga dua ton singkong segar dan tiga kuintal mocaf per hari.

Baca juga artikel terkait HARI RAYA IDUL FITRI atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Bisnis
Reporter: Dipna Videlia Putsanra
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Dipna Videlia Putsanra