tirto.id - Daftar Saran Klinis Terbaru WHO untuk Rawat Pasien COVID-19
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belum lama ini mengeluarkan beberapa saran klinis baru untuk merawat pasien COVID-19, termasuk mereka yang menunjukkan gejala persisten setelah pemulihan.
WHO juga menyarankan pasien COVID-19 untuk menggunakan antikoagulan dosis rendah untuk mencegah pembekuan darah.
"Kami menyarankan penggunaan antikoagulan dosis rendah untuk mencegah penggumpalan darah di pembuluh darah," kata Juru bicara WHO Margaret Harris, Dikutip dari Reuters.
Berikut pedoman terbaru WHO berjudul "COVID-19 Clinical Management: Living Guidance" yang memaparkan lima rekomendasi terbaru yang meliputi:
1. Rekomendasi bersyarat untuk menggunakan penilaian klinis, termasuk pertimbangan dalam keputusan masuk rumah sakit dan unit perawatan intensif (ICU);
2. Rekomendasi bersyarat untuk penggunaan pemantauan oksimetri nadi di rumah sebagai bagian dari paket perawatan untuk pasien bergejala dengan COVID-19 dan faktor risiko untuk perkembangan penyakit parah yang tidak dirawat di rumah sakit;
3. Rekomendasi bersyarat untuk penggunaan posisi rawan terjaga pada pasien dengan COVID-19 parah yang dirawat di rumah sakit dan membutuhkan oksigen tambahan atau ventilasi non-invasif;
4. Rekomendasi bersyarat untuk menggunakan dosis antikoagulasi tromboprofilaksis daripada dosis menengah atau terapeutik pada pasien yang dirawat di rumah sakit dengan COVID-19, tanpa indikasi pasti untuk dosis antikoagulasi yang lebih tinggi;
5. Rekomendasi bersyarat untuk penggunaan paket perawatan yang ada (didefinisikan sebagai tiga atau lebih praktik berdasarkan bukti yang disampaikan bersama-sama dan secara konsisten untuk meningkatkan perawatan) yang dipilih secara lokal oleh rumah sakit atau ICU dan disesuaikan seperlunya untuk keadaan lokal pada pasien dengan COVID-19 kritis.
Mencermati poin kedua terkait pasien COVID-19 yang menjalankan isolasi mandiri di rumah harus menggunakan oximeter nadi (pulse oximeter).
Margaret Harris mengatakan bahwa pasien COVID-19 harus menggunakan dan dapat mengukur kadar oksigen secara mandiri.
“Pasien COVID-19 di rumah harus menggunakan oksimetri nadi, yang mengukur kadar oksigen, sehingga Anda dapat mengidentifikasi apakah di rumah memburuk dan akan lebih baik dirawat di rumah sakit”, kata Juru bicara WHO Margaret Harris, dikutip dari Reuters.
Dilansir dari Medical News Today, Oksimetri nadi dapat mengukur persentase oksigen dalam protein hemoglobin yang disebut saturasi oksigen. Saturasi oksigen biasanya menunjukkan berapa banyak oksigen yang masuk ke organ.
Tingkat saturasi oksigen normal antara 95 dan 100 persen. Tingkat saturasi oksigen di bawah 90 persen dianggap sangat rendah dan dapat menjadi keadaan darurat klinis.
Berikut panduan terkait cara menggunakan oximeter dan apa saja hal yang perlu diperhatikan sebagaimana dipaparkan WHO:
Cara Menggunakan Oximeter
Oximeter memiliki dua jenis, yaitu yang ditempatkan pada jari tangan dan telinga.
Oximeter pada jari
Pastikan jari yang dimasukkan di antara capit oximeter pas, tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar. Gunakan jari yang ukurannya sesuai dengan space antara capit oximeter.
Jari perlu diposisikan secara tepat agar sinar atau cahaya oximeter dapat bekerja dengan benar. Dengan begitu Oximeter dapat mengukur kadar oksigen secara maksimal.
Oximeter pada telinga
Pastikan agar penempatannya sesuai dan tepat, yaitu di tengah daun telinga.
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan saat Penggunaan Oximeter
Berikut ini beberapa hal yang harus diketahui saat menggunakan oximeter:
1. Hindari cat kuku atau pewarna
Penggunaan cat kuku dapat mempengaruhi efektifitas kerja dari oximeter.
Warna dari cat kuku dapat menyerap cahaya yang dipancarkan oleh oximeter sehingga mengganggu pendeteksian kadar oksigen dalam darah. Hal tersebut juga berlaku pada penggunaan henna.
2. Hindari cahaya berlebih
Cahaya berlebih dapat mengganggu pengerjaan oximeter sehingga hasilnya akan menjadi tidak akurat.
Contoh: dari cahaya yang berlebih adalah sinar matahari secara langsung dan lampu operasi. Selama tidak terpapar cahaya terang secara langsung, oximeter dapat bekerja secara baik.
3. Pergerakan
Setelah oximeter dipasangkan di jari atau telinga, akan lebih baik jika tidak ada banyak pergerakan.
Pergerakan pada tubuh yang menyebabkan oximeter ikut bergoyang akan memberikan hasil yang kurang akurat.
Bentuk gelombang dari hasil deteksi akan cenderung tidak menentu dan tidak terdeteksi dengan baik. Oleh karena itu, minimalkan getaran atau gerakan pada tubuh, khususnya jari atau telinga.
4. Perfusi
Perfusi adalah sirkulasi atau aliran darah yang membawa oksigen dari alveoli ke jantung. Beberapa oximeter dapat mendeteksi indikasi aliran darah dalam bentuk angka.
Hal tersebut perlu diperhatikan, khususnya pada saat melakukan anestesi atau proses pembiusan.
5. Keracunan karbon monoksida
Dalam beberapa kondisi, oximeter tidak dapat memberikan hasil yang akurat. Salah satunya adalah jika pasiennya mengalami keracunan karbon monoksida yang disebabkan oleh kebakaran atau banyak menghirup asap. Oleh karena itu, pasien perlu dicek menggunakan alat lain yang lebih canggih.
Penulis: Septiany Amanda
Editor: Yandri Daniel Damaledo