tirto.id - “Wah udah lama banget ini umurnya,” kata Ati dengan wajah bangga. “Dari anak pertama saya kelas tiga SD, sampe sekarang udah kuliah semester enam,” lanjutnya.
Objek yang sedang dibanggakannya sebuah kulkas tua-pintu-satu hijau lontong. Perabot itu memang terlihat lawas. Pintunya dihiasi bintik-bintik karat, terkumpul di bagian bawah. Warna hijaunya pudar.
Kulkas itu membanggakan bukan cuma karena umurnya, melainkan karena jumlah banjir yang telah dilaluinya.
“Udah enggak kehitung kena berapa kali banjir,” kata Ati sambil tertawa. “Untung perabot-perabot kami emang tahan semua, kagak rusak-rusak.”
Tipsnya? Jangan buru-buru dinyalakan setelah banjir surut. “Biarin aja dulu sampe bener-bener kering, kalau perlu dibersihkan dulu. Ya, Alhamdulillah awet sampe sekarang,” tambah Ati, yang enggan menyebutkan nama aslinya.
Keluarga Ati tinggal di RW 04, Kelurahan Cipinang Melayu. Dua malam sebelumnya, daerah itu jadi salah satu kawasan Jakarta yang banjir karena luapan Kali Sunter.
Rumah Ati sekitar 200 meter dari anak sungai. Air mencapai 50 sentimeter pada dini hari, 12 November kemarin. “Sampai anak tangga kedua itu,” Ati menunjuk dua anak tangga di depan rumahnya. Beruntung, banjir itu tak sampai masuk rumahnya.
“Kulkasnya aman,” kata Ati, terkikik.
Yang tak aman adalah kasur queen size punya adik Ati, “Kamarnya kemarin dikonci. Soalnya dia lagi kagak di rumah." Kasur itu kini bertengger di sebatang pohon di depan rumah Ati, masih sangat kuyup.
Dari jalan raya Inpeksi Saluran Kali Malang, rumah-rumah di RW 03 Cipinang Melayu kelihatan dibangun pada tanah lebih rendah dari aliran Kali Malang. Padahal, Selasa siang kemarin (13/11), air di kali itu hampir meluber ke permukaan. Amat gampang membayangkan luapan air itu turun membanjiri rumah warga pada Senin lalu (12/11).
Ati mengisahkan banjir besar pada 2007 saat air setinggi lebih dari satu meter. Arusnya deras. Keluarganya sampai mengungsi ke rumah saudara.
Memang, dari catatan Universitas Darmouth, banjir Ciliwung 2007 termasuk salah satu banjir terburuk: 80 orang tewas, sekitar 340 ribu orang kehilangan rumah, dan menelan kerugian sekitar Rp8,8 triliun.
Meski dampak banjir itu tak main-main, Ati tetap tak berniat pindah. Ia hampir 20 tahun tinggal di sana sejak pindah dari kampung di Jawa Tengah. Suami Ati adalah orang asli kampung itu. Mereka membuka warung kelontong dan warteg di depan rumah.
Bagi Ati, hidup sudah berjalan di kampung ini, sehingga urusan pindah menjadi perkara sulit, tak semudah saran dan omongan orang-orang yang tidak mengalaminya sendiri.
Tagih Janji Anies
Minggu (11/11) malam, Gubernur Anies Baswedan menyambangi RW 4, Kelurahan Cipinang Melayu, untuk meninjau keadaan banjir. Ia didampingi Ketua RW 04 Irwan Kurniadi, yang baru pulang umrah.
“Saya baru nyampe banget sore itu, tiba-tiba Pak Anies sudah datang,” kata Irwan kepada saya. “Sebelumnya, saya sempat kontak si Noval [Naufal Firman Yusrak], asisten pribadi Anies, minta tolong supaya Pak Gubernur datang nengokin kampung saya. Mau minta normalisasi dipercepat,” sambung Irwan.
Pada Pilkada tempo hari, Anies memang unggul di Kelurahan Cipinang Melayu. Ia sempat kalah tipis dari Ahok-Djarot dengan perolehan 10.914 banding 11.906. Namun, semua suara pemilih pasangan Agus-Silvy sebesar 5.515 pada putaran pertama berhasil pindah ke kantong Anies-Sandi pada putaran kedua. Kemenangan itu yang kini ditagih Irwan.
Sejak dua tahun lalu, proses normalisasi Sungai Ciliwung tak lagi tampak, ujar Irwan. Penundaan inilah yang dituntutnya agar kampungnya tak terkena giliran banjir saban tahun.
Menurut Irwan, pada masa kampanye, penyelesaian masalah banjir adalah salah satu janji yang ditawarkan Anies saat bertandang ke kampungnya.
“Dulu sering kemari, katanya mau bikin tanggul, biar kagak banjir lagi. Tapi, sampe kemarin itu ya kagak ada. Masih tanggul sementara yang dipasang,” kata Irwan.
Pemasangan tanggul sementara juga diceritakan Anies via akun Instagramnya. Mengunggah 10 foto saat inpeksi persiapan banjir, Anies menyebut telah menginstruksikan pembangunan tanggul sementara dengan bronjong, yang dimulai esokan harinya, 12 November.
Dalam foto-foto itu kelihatan air anak sungai meluap hingga ke atas jembatan Kampung Pos Kota. Ketinggiannya memang sebatas mata kaki, tapi bisa mencapai 60-80 sentimeter di kawasan rumah warga yang lebih rendah dari jembatan.
Namun, hal ini masih sebuah "keuntungan" buat Anies. “Malam ini ada limpahan air dari hulu, untungnya tanggul sudah terbangun setinggi satu meter sehingga luapan air tidak banyak,” ungkapnya dalam keterangan foto-foto tersebut di Instagram.
Pemerintahan Anies memang menolak melakukan pendekatan “normalisasi sungai”—di mana di era Basuki 'Ahok' Tjahaja Purnama biasanya dikenali lewat penggusuran permukiman di bantaran sungai, dan warga dipaksa pindah ke rumah susun. Daerah aliran sungai itu lalu dilebarkan dan dibeton demi menampung limpasan air dari daerah hulu saat musim hujan.
Anies berbeda. Ia melakukan apa yang disebutnya “naturalisasi” dengan berupaya “menghidupkan ekosistem” sungai dan waduk, salah satunya mengembangkan tanaman di tepi sungai dan menolak pembetonan. Dalam kampanye tahun lalu, program ini bagian dari janji Anies menolak penggusuran permukiman.
“Anda baiknya lihat beberapa contoh proyek yang sebelumnya dibeton lalu menjadi naturalisasi. Paling mudah di Singapura, lihat situ saja,” ujar Anies di DPRD DKI Jakarta, 10 Oktober lalu, yang ingin mengubah pendekatan "menggusur" menjadi "menggeser".
Namun, program ini selama tahun pertama pemerintahan Anies masih terkendala dana.
Dalam APBD DKI Jakarta 2018 ataupun APBD-Perubahan 2018, tidak ada nomenklatur anggaran untuk naturalisasi. Anggaran untuk urusan waduk dan sungai didominasi oleh kegiatan program pengendalian banjir, yang sudah dialokasikan dalam APBD setiap tahun.
Menurut Kepala Dinas Sumber Daya Air Teguh Hendarwan, anggaran naturalisasi sementara ini diambil dari gelondongan dana operasional kegiatan Dinas SDA, “Akan kita anggarkan tahun depan. Tahun ini on progresskarena dilakukan swakelola,” katanya pada Tirto, Oktober kemarin.
Namun, Irwan Kurniadi lebih percaya pada program normalisasi. Ia melihat program normalisasi lebih mungkin dilakukan dalam waktu dekat.
“Kalau kata saya mah, yang penting warga saya sekarang lebih cepat aman dari banjir. Kasihan tiap tahun dapat rezeki banjir mulu,” ungkapnya.
Pengalaman Banjir Saban Tahun
Banjir kemarin bukan cuma datang ke RW 04 Cipinang Melayu.
Di wilayah Jakarta Timur, titik banjir tertinggi terjadi pada RW 04 dan RW 05 Kelurahan Kampung Melayu, Kecamatan Jatinegara, setinggi 50 sentimeter hingga 1 meter. Banjir ini terjadi pada pukul 02.00-06.00 dan dalam kondisi belum surut.
Sementara di Kelurahan Cawang, Kecamatan Kramat Jati, dan Kelurahan Cipinang Melayu, Kecamatan Makasar, banjir terjadi paling tinggi sekitar 50 sentimeter meski surut pada siang hari.
Ketika saya menyusuri jalanan RW 03 sampai RW 04 Cipinang Melayu, Selasa kemarin, air memang sudah surut. Sejumlah warga masih tampak menguras air dari halaman depan rumah, karena siang itu hujan sempat turun meski sebentar.
Tapi, kata Harun, warga RW 03, banjir di kampungnya bukan cuma terjadi karena hujan. “Sering juga enggak ada hujan, tiba-tiba banjir. Seringnya malam,” katanya. “Tapi, ya memang pasti di musim hujan,” ujar pria paruh baya yang mengaku tak punya pekerjaan tetap ini.
Hal serupa diceritakan Ati. Katanya, banjir sering datang tanpa hujan. “Kadang-kadang pas lagi panas, ya tiba-tiba airnya meluap aja sampai sini. Saya juga pernah kok tidur, enggak ada hujan, eh tiba-tiba tangan udah kecipak-kecipak di air.”
Menurut Ati, ada perbedaan perkara kebersihan sungai setelah Anies Baswedan menjabat gubernur.
Dulu, pasukan oranye rutin membersihkan got dan anak sungai di kampungnya. Namun, hal ini tidak terjadi sejak era Anies. Ati sendiri kurang tahu alasannya, “tapi kalau sekarang ya mesti bersihin got sendiri, enggak kayak dulu."
Hal ini juga diucapkan Irwan Kurniadi, Ketua RW 04 di Kelurahan Cipinang Melayu. Katanya, sejak terpilih, Anies baru dua kali menyambangi kampungnya dan tak membawa perbaikan apa pun kecuali perbaikan tanggul sementara.
“Makanya, kemarin saya hubungin, biar ditagih janjinya. Ya, semoga habis ini bisa dipercepat perbaikannya,” kata Irwan.
Penulis: Aulia Adam
Editor: Fahri Salam