tirto.id - Wakil Presiden Ma'ruf Amin menilai polarisasi bisa menjadi strategi politik dalam kontestasi demokrasi, meski sangat berpotensi merusak negara.
"Strategi polarisasi mungkin saja dapat memenangkan suara, tapi hal itu sekaligus juga merusak negara. Oleh karena itu, strategi pemenangan pemilu wajib mengedepankan persatuan nasional meskipun peserta pemilu tengah bersaing untuk menang," kata Ma'ruf saat memberikan sambutan di acara BNPT, Jakarta, Senin (13/3/2023).
Ma'ruf mengatakan Indonesia pernah mengalami dampak buruk dari polarisasi. Polarisasi yang tajam dengan menggunakan isu politik identitas dibalut dengan upaya konsep kebangsaan.
"Pengalaman pada pemilu yang lalu menunjukkan terjadinya polarisasi yang tajam di masyarakat. Sebagian pendukung saling menjatuhkan dengan isu politik identitas, alih-alih adu gagasan mengenai konsep berbangsa dan program untuk mengatasi tantangan strategis di tingkat lokal dan global," kata Ma'ruf.
Ma'ruf prihatin situasi tersebut pernah terjadi di masa lalu dan mengancam keutuhan bangsa. Mantan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengatakan dampaknya saat itu publik berujung mempersepsikan pemilu kontraproduktif lantaran merusak bangsa.
"Kondisi tersebut sungguh memprihatinkan dan menjadi ujian yang mengancam bangsa kita. Pemilu seolah menjadi kontraproduktif karena berpotensi memecah-belah bangsa. Hal ini sangat bertentangan dengan cita-cita negara dan demokrasi," kata Ma'ruf.
Ma'ruf pun yakin semua pihak tidak ingin Pemilu 2024 mengulang insiden pemilu yang merusak kebersamaan bangsa. Oleh karena itu, ia mengajak semua pihak agar satu langkah sehingga Pemilu 2024 menjadi aman, damai dan berkualitas.
Ma'ruf pun meminta partai menginstruksikan kader dan simpatisannya untuk menggunakan cara kampanye santun dan beradab. Ma'ruf juga ingin agar partai mengampanyekan keunggulan program demi kemajuan dan kebaikan bangsa.
Selain kepada partai, Ma'ruf juga ingin agar KPU, Bawaslu, BIN dan Polri beserta lembaga terkait mau bersinergi untuk mengawal Pemilu 2024 agar aman, tertib dan terhindar dari kecurangan.
Ia juga meminta Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mewaspadai gerakan mengadu domba masyarakat lewat isu SARA hingga berujung aksi terorisme.
"Waspadai gerakan kampanye negatif di media sosial, karena perang politik di media sosial pasti akan terjadi selama Pemilu," pungkas Ma'ruf.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Bayu Septianto