Menuju konten utama

Wapres JK Beda Pendapat dengan Akademisi Soal Deindustrialisasi

Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menolak anggapan Indonesia mengalami deindustrialisasi lantaran pertumbuhan PDB dari industri sampai dengan saat ini masih tumbuh.

Wapres JK Beda Pendapat dengan Akademisi Soal Deindustrialisasi
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan merangkap Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Heru Kristiyana berjalan menuju ruang rapat koordinasi di gedung Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (4/9/2019). ANTARA FOTO/Reno Esnir/wsj.

tirto.id -

Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menolak anggapan Indonesia mengalami deindustrialisasi lantaran pertumbuhan PDB dari industri sampai dengan saat ini masih tumbuh.

"Namun memang pertumbuhannya lebih lambat ketimbang sektor lain sehingga kontribusi terhadap PDB-nya (secara keseluruhan) menjadi turun," kata JK di Hotel Westin Jakarta, Kamis (17/10/2019).

Jk juga menambahkan bahwa dirinya sudah terjun langsung ke lapangan untuk melihat kondisi industri. Dalam pengamatannya, industri masih tumbuh meskipun terdapat hambatan dari sisi perizinan.

Klaim JK ini berbeda pendapat dengan Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gajah Mada Mudrajad Kuncoro. Menurut Mudrajad, sumbangan sektor industri pada perekonomian terus turun belakangan ini, sehingga disebut deindustrialisasi.

Pada 2014, kontribusi industri terhadap PDB nasional masih di angka 21 persen. Kini, menjadi 19,5 persen. Angka ini pun, kata Mudrajad, masih terus berlanjut. Dia pun mempertanyakan antisipasi pemerintah dalam menggerakkan industri atau manufaktur.

"Jadi Indonesia maju 2045, berbasis apa? Industri atau jasa? Kalau jasa di negara maju itu keuangan. Kalau kita apa?" kata Mudrajad.

Di tempat yang sama, ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Didik Rachbini mengingatkan Presiden Jokowi agar memperhatikan industri. Menurutnya, sektor industri Indonesia termasuk lemah, sehingga perlu perhatian serius.
"Kami berharap kepada bapak presiden yang jago blusukan. Kami memberikan saran untuk blusukan ke sektor industri pada tahun pertama beliau menjabat. Karena di sektor itu lah yang lemah," ucap Didik dalam sambutannya.

Baca juga artikel terkait INDUSTRI MANUFAKTUR atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Bisnis
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Ringkang Gumiwang