tirto.id - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat posisi utang pemerintah mencapai Rp7.123,63 triliun atau setara 39,56 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) hingga semester I-2022. Utang ini naik Rp121,39 triliun dari sebelumnya Rp7.002,24 triliun pada Mei 2022.
"Rasio utang terhadap PDB dalam batas aman, wajar, serta terkendali diiringi dengan diversifikasi portofolio yang optimal," demikian dikutip dari Buku APBN Kita edisi Juli 2022, Senin (1/8/2022).
Utang pemerintah di Juni didominasi oleh Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp6.301,88 triliun atau sekitar 88,46 persen. Sementara untuk pinjaman tercatat senilai Rp821,74 triliun atau 11,54 persen.
Besaran utang SBN terdiri dari domestik senilai Rp4.992,52 triliun. Utang tersebut berasal dari Surat Utang Negara (SUN) Rp4.092,03 triliun dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Rp900,48 triliun. Kemudian untuk valas mencapai Rp1.309,36 triliun, terdiri dari SUN Rp981,95 triliun dan SBSN Rp327,40 triliun.
Selanjutnya, utang berasal dari pinjaman dalam negeri Rp14,74 triliun dan pinjaman luar negeri Rp806,31 triliun. Pinjaman luar negeri itu terbagi untuk bilateral Rp271,95 triliun, multilateral Rp491,71 triliun, dan commercial banks Rp42,66 triliun.
Sebelumnya, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati optimistis pemerintah bisa mengurangi jumlah penarikan utang hingga Rp216 triliun sampai akhir tahun. Kelonggaran pembiayaan utang ini disebabkan karena pemerintah tak akan menarik utang di tengah terus naiknya suku bunga bank sentral dunia.
"Pembiayaan utang kita outlook sampai akhir tahun akan turun jadi Rp750 triliun. Ini Rp 216 triliun lebih rendah, ada penurunan tajam sebanyak 22 persen," kata Sri Mulyani di Gedung DPR pada Jumat (1/7/2022).
Untuk diketahui dalam rencana awal APBN 2022, anggaran pembiayaan utang ditargetkan mencapai Rp973 triliun. Namun, jumlahnya diturunkan pada target APBN melalui Perpres Nomor 98 Tahun 2022 menjadi Rp943 triliun. Bendahara Negara itu bahkan kembali menurunkan outlook pembiayaan utang lagi hingga Rp750 triliun.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin