tirto.id - Seni lukis merupakan salah satu jenis dari seni rupa 2 dimensi. Dalam seni lukis, pengalaman artistik dari seniman biasa diartikulasikan melalui bidang datar (2 dimensi), seperti di kanvas, kertas, kaca, kain, dan lain sebagainya.
Sebagai hasil dari pengembangan kegiatan menggambar, melukis dilakukan dengan cara membubuhkan pigmen (warna) bersama bahan pelarutnya di atas permukaan media berupa bidang datar. Ciri khas dari karya seni lukis bisa terlihat dari tema, corak, gaya, teknik, bahan, dan alat yang digunakan seniman pembuatnya.
Merujuk pada penjelasan di buku Seni Budaya Kelas XI (2017:27) terbitan Kemdikbud, seni lukis berkaitan dengan penggunaan garis, warna, tekstur, ruang, serta bentuk di suatu permukaan yang tujuannya menciptakan beragam jenis image (gambar). Penggambaran suatu bentuk dalam karya seni lukis menjadi ekspresi dari ide, emosi, hasil pemikiran atau refleksi, hingga pengalaman maupun imajinasi yang dimiliki oleh seniman pembuatnya.
Sebagai contoh, mengutip artikel di laman Kemdikbud, maestro Basoeki Abdullah dalam lukisannya yang berjudul "komposisi" dinilai menghadirkan serangkaian garis, warna, dan tekstur yang mengarah pada bentuk tidak terikat dengan objek-objek di alam. Sapuan kuas di lukisan itu lebih menggambarkan ekspresi imaji kreatif yang terlahir dari intuisi sang seniman.
Dengan demikian, bisa disimpulkan, dalam sebuah karya seni lukis, terdapat 2 kategori unsur. Pertama ialah unsur visual atau yang terlihat oleh mata. Sementara itu, yang kedua merupakan unsur non-visual, yakni tidak terlihat.
Penjelasan Unsur-unsur Visual Seni Lukis
Unsur-unsur visual seni lukis terdiri atas garis, bentuk, warna, tekstur, dan ruang (gelap terang). Unsur-unsur fisik tersebut bisa membentuk kesatuan, keseimbangan, irama, dan harmoni dalam suatu karya seni lukis.
Kembali mengutip buku Seni Budaya Kelas XI (2017) terbitan Kemdikbud, berikut penjelasan unsur-unsur visual dalam seni lukis.
1. Garis
Garis merupakan elemen penting dalam seni lukis. Garis dapat berupa goresan yang dibuat di atas sebuah bidang. Goresan tersebut dapat menggambarkan ilustrasi seperti bekas roda, pancaran cahaya, tiang bambu, kontur tanah yang berkelok-kelok, dan lainnya.
Kesan yang diberikan suatu garis berupa gerak, ide, dan simbol. Dalam seni lukis, garis dapat mengekspresikan suasana emosi tertentu seperti perasaan bahagia, sedih, marah, teratur, kacau, bingung, dan lainnya.
Secara fisik, garis dapat dibuat tebal, tipis, kasar, halus, lurus, lengkung, berombak, putus-putus, dan banyak lagi. Garis dapat diciptakan melalui: kontur (garis paling luar dari benda yang dilukis); batas pemisah antara dua warna atau cahaya terang dan gelap; lekukan pada bidang melingkar atau memanjang lurus; dan batas antara 2 tekstur yang berlainan.
2. Warna
Dalam sejarah seni rupa, telah dikenal manifestasi tata warna tertentu, seperti skema warna klasik, skema warna rembrandt, dan lain sebagainya. Peran warna dalam seni lukis sangat penting, baik pada masa pramodern, masa modern, maupun masa postmodern. Pelukis memanfaatkan warna untuk menyatakan gerak, jarak, deskripsi rupa alam, tegangan, naturalis, ruang, bentuk, ekspresi, atau makna simbolik.
Unsur warna dalam seni lukis cukup kompleks. Berikut ini beberapa elemen penting terkait dengan unsur warna di seni lukis.
a. Sifat warna
Warna dikenal memiliki 3 sifat optik (optical property): hue, value, dan saturation. Hue adalah tingkat kepekatan warna, seperti merah, oranye, hijau, biru, dan lainnya. Adapun Value merupakan fenomena kecemerlangan dan kesuraman warna. Nilai rendah cenderung ada di warna suram atau kegelapan, sedangkan nilai tinggi cenderung kepada warna yang terang dan cemerlang. Saturation adalah intensitas nada warna untuk menunjukkan warna-warna yang menyala dan suram. Semakin murni penggunaan warna semakin tinggi intensitasnya. Sebaliknya jika semakin tidak murni penggunaan warna maka semakin rendah intensitasnya.
b. Notasi warna
Notasi warna (colour notation) merupakan sistem klasifikasi atau identifikasi warna menurut sifat optiknya. Dalam konteks ini, dikenal sistem Munsell, Ostwald, Plochere, dan Maxwell. Tatanan warna dalam spektrum warna ada di warna pelangi. Sedangkan dalam lingkaran warna, ada warna primer, yakni merah, biru, dan kuning.
Ada pula warna sekunder yang dihasilkan dari percampuran warna primer, seperti hijau, ungu, dan oranye. Warna komplementer terletak bertolak belakang di lingkaran warna, misalnya: merah dengan hijau, biru dengan oranye, dan kuning dengan ungu. Sedangkan warna netral ditunjukkan oleh warna abu-abu. Jika Hue adalah nama suatu warna, sementara Value sebagaikecerahan dan kecermelangan warna, chroma merupakan kualitas, intensitas, dan kejernihan warna.
c. Warna-warna antara
Setelah warna primer, sekunder, dan komplementer, dikenal pula warna-warna antara (intermediate color) yakni seperti: oranye, merah, ungu, biru-ungu, hijau-biru, kuning-hijau, dan oranye-kuning. Dalam teori warna, pada dasarnya ada 80 jenis warna.
d. Warna hangat dan warna sejuk
Dalam lingkaran warna, dapat ditentukan juga warna hangat-panas (the warm color) dan warna sejuk-dingin (the cool color). Warna yang dapat memberikan efek kehangatan yaitu merah, oranye, dan kuning. Kemudian, warna yang dapat memberikan efek menyejukkan yaitu warna hijau dan biru.
d. Warna kromatik dan akromatik
Warna kromatik (chromatic color) terdiri dari hitam, putih, dan abu-abu. Kemudian, yang termasuk dalam warna akromatik (achromatic color) seperti merah, biru, kuning, hijau, oranye, dan lainnya. Dalam seni lukis penggunaan warna tunggal umumnya diartikan sebagai warna kromatik, sedangkan penggunaan warna yang meriah dengan menggunakan banyak warna disebut dengani polychromatic.
e. Warna objek dan warna pigmen
Warna objek adalah warna yang terkena sinar warna spektrum yang mempengaruhi mekanisme mata pengamat. Sedangkan warna pigmen (coloring material), yang berupa bubuk halus disatukan dengan zat pengikat atau paint vechile, merupakan cat warna yang dikenal luas, seperti: cat air, cat poster, cat guache, cat tempera, cat akrilik, dan lainnya.
3. Ruang
Ruang adalah keluasan dari suatu bidang atau permukaan. Ruang bisa disebut sebagai bentuk dua ataupun tiga dimensi, bidang, atau keluasan. Berbeda dengan pengertian garis, ruang mempunyai dua dimensi tambahan yaitu lebar dan dalam.
Ruang mempunyai gerakan arah dan ciri umum seperti: diagonal, horisontal, bergelombang, lurus, melengkung dan lain sebagainya. Pada dasarnya, elemen ruang dalam karya seni lukis adalah keleluasaan dari satu bidang atau permukaan yang mempunyai bentuk dua dimensi.
4. Tekstur
Unsur tekstur dalam seni lukis berkaitan dengan kualitas permukaan, seperti: halus, kasar, licin, berbutir, lembek, keras, tidak beraturan, dan lain sebagainya. Tekstur di atas kanvas, bisa dibuat dengan cat yang dicampur bahan-bahan lain, semacam modeling paste, pasir, bubuk marmar, dan lain-lain. Pada umumnya tekstur digunakan untuk keperluan teknis, tetapi juga demi substansi lukisan (ekspresi seniman).
Para pelukis memanfaatkan unsur tekstur untuk variasi, fokus, hingga membentuk kesatuan. Kesemuanya itu bisa terjadi dengan kesengajaan pelukis maupun karena sifat dari media yang dipakai ketika melukis.
5. Bentuk
Seni lukis, apa pun jenis dan alirannya merupakan pengorganisasian elemen rupa menjadi bentuk seni. Karya seni lukis bisa mewujud dalam bentuk realistik maupun abstrak, representasional ataupun tidak. Bentuk itu mungkin dirancang dengan cermat dan hati-hati, tapi bisa juga secara spontan.
Dalam kajian seni, istilah "bentuk" sejajar dengan kata bahasa Inggris "shape." Sementara istilah "wujud" sejajar dengan kata "form" dalam bahasa Inggris.
Bentuk diartikan sebagai aspek visual, bagian-bagian yang tergabung menjadi satu. Bentuk disebut juga rupa atau wujud. Dalam karya seni rupa, wujud mengandung pengertian khas yaitu tatanan khusus yang bisa memengaruhi persepsi pengamat. Artinya, wujud bisa merangsang pengalaman psikologis tertentu bagi pengamat lukisan.
Di bahasa Indonesia pada umumnya hanya dipergunakan istilah "bentuk" untuk merujuk kepada rupa atau wujud karya seni.
Bentuk, dalam khasanah seni lukis, memiliki banyak segi. Ada bentuk figuratif, bentuk semifiguratif, serta bentuk nonfiguratif.
Bentuk figuratif bisa menghasilkan imitasi yakni peniruan segala bentuk perwujudan benda-benda alam (hewan, tumbuhan, gunung, dan lain-lain) maupun sesuatu ciptaan manusia (pabrik, kota, pelabuhan, dan lain-lain).
Bentuk semifiguratif serupa distorsi. Ia hasil perubahan dari bentuk asal menjadi lebih estetis, sesuai dengan cita rasa penciptanya (seniman).
Adapun bentuk nonfiguratif bisa melahirkan wujud geometris maupun abstrak. Bentuk geometris menghadirkan bentuk-bentuk yang tertib dan teratur, dengan pengulangan motif tertentu sesuai kebutuhan. Bentuk itu menjadi abstrak ketika lukisan tidak lagi menggambarkan sesuatu yang bisa ditemukan di kehidupan sehari-hari.
Unsur-unsur Non-Visual Seni Lukis
Unsur non-visual disebut juga idioplastis. Dalam seni lukis, unsur ini bersifat tidak kasat mata karena bersumber dari alam pikiran pelukis. Unsur non-visual lebih mencermikan aspek kerohanian dan konsep dari suatu lukisan.
Sejumlah unsur non-visual dalam seni lukis adalah:
- ide/pendapat/gagasan/pemikiran/konsep
- pengalaman
- perenungan/refleksi
- emosi/ekspresi kejiwaan
- fantasi/imajinasi
Diperlukan inspirasi untuk ide atau gagasan dalam proses penciptaan karya seni. Gagasan tersebut dapat berasal dari mana saja. Para seniman biasanya mencoba mendekati sumber inspirasi dalam rangka memperoleh unsur tidak kasat mata dalam seni lukis ini.
Penulis: Yunita Dewi
Editor: Addi M Idhom