tirto.id - Uni Eropa mengumumkan paket pendanaan baru sebesar 42,5 juta euro atau setara dengan hampir $53 juta untuk membantu Palestina. Hal itu menyusul keputusan Presiden AS Donald Trump yang memangkas dana bantuan sebesar $65 juta bagi badan PBB untuk Pengungsi Palestina.
Pengumuman tersebut disampaikan Federica Mogherini, kepala urusan luar negeri UE pada, Rabu (31/1/2018) di Brussels. Uni Eropa juga memperingatkan Trump bahwa AS akan membahayakan proses perdamaian Israel dan Palestina dengan melakukan upaya sendiri dalam penanganan konflik di Timur Tengah tersebut.
"Setiap kerangka kerja untuk negosiasi harus multilateral dan harus melibatkan semua pemain, semua mitra yang penting untuk proses ini. Proses tanpa satu atau yang lain tidak akan berhasil, tidak akan realistis," kata Mogherini.
Komentarnya disampaikan pada sebuah pertemuan darurat komite internasional yang mengkoordinasikan bantuan pembangunan Palestina. Para menteri pemerintah dari Israel dan Mesir, serta perdana menteri Palestina dan seorang pejabat senior Amerika Serikat menghadiri perundingan tersebut.
Fokus pembahasan pada pertemuan itu yakni cara-cara untuk mempromosikan perdamaian antara dua negara. Ketika perundingan dimulai, Uni Eropa mengumumkan paket pendanaan, termasuk dukungan substansial di Yerusalem Timur, dimana Palestina berharap kota itu menjadi bagian masa depan mereka.
Pertemuan tersebut juga dijadwalkan untuk mencari cara untuk mendukung badan PBB tersebut yang bekerja untuk pengungsi Palestina, UNRWA.
AS telah menjadi donor terbesar, memberikan sepertiga dari total anggaran pada UNRWA. Namun, administrasi Trump menahan setengah dari pembayaran angsuran pertama tahun ini, menuntut reformasi sebagai syarat untuk bantuan masa depan.
UNRWA mengatakan langkah tersebut telah memicu krisis keuangan terbesarnya. Hal Ini mendorong percepatan pendanaan. Swiss, Finlandia, Denmark, Swedia, Norwegia, Jerman, Rusia, Belgia, Kuwait, Belanda dan Irlandia telah mengambil langkah untuk melakukan pendanaan untuk badan PBB tersebut, demikian Al Jazeera.
Penulis: Yantina Debora
Editor: Yantina Debora