tirto.id - Ketua Otoritas Palestina Mahmoud Abbas akan meminta pada Uni Eropa (UE) untuk secara resmi mengakui negara "Palestina" saat bertemu dengan menteri luar negeri dari blok tersebut pada Senin (22/1/2018) waktu setempat.
Riad al-Malki, pejabat PA yang bertanggung jawab atas urusan luar negeri, mengatakan Abbas akan mengatakan kepada UE bahwa mereka harus mengambil langkah "sebagai cara untuk merespons keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel.”
Pada saat yang sama, Abbas juga akan "mengulangi komitmennya terhadap proses perdamaian" di Timur Tengah, kata Malki dalam sebuah wawancara dengan AFP di Brussels, seperti dilansir Israel National News.
"Karena keputusan Trump telah mengubah peraturan mainnya, dia [Abbas] mengharapkan menteri luar negeri Eropa untuk maju dan secara kolektif mengakui negara Palestina sebagai cara untuk merespons kembali keputusan Trump," lanjut Malki.
"Jika orang-orang Eropa ingin menjadi pemain maka mereka harus bersikap adil dalam perlakuan mereka terhadap kedua belah pihak dan ini harus dimulai dengan pengakuan negara Palestina," kata dia menambahkan.
Abbas akan bertemu dengan kepala diplomatik UE, Federica Mogherini dan 28 negara anggota blok tersebut pada Senin di sela-sela pertemuan bulanan mereka.
Diplomat dan pejabat di Brussels mengatakan pengakuan untuk Palestina tidak ada dalam agenda pada hari Senin. Uni Eropa menyerahkan pengakuan tersebut di tangan negara anggota EU. Hasil terbaik yang dapat diharapkan Abbas adalah kemajuan menuju "kesepakatan asosiasi" dengan blok tersebut.
Malki mengatakan kepada AFP bahwa sementara otoritas Palestina "sangat serius" mengenai kesepakatan semacam itu, mereka juga diharapkan diakui secara resmi sebagai sebuah negara.
"Seseorang tidak menggantikan yang lain. Sama sekali tidak," tegasnya.
Dua minggu yang lalu, sumber dari otoritas Palestina mengindikasikan bahwa Abbas akan meminta menteri luar negeri UE untuk mengakui negara Palestina di wilayah pra-1967 dengan Yerusalem timur sebagai ibu kotanya.
Sumber tersebut mengklaim bahwa pengakuan UE akan menghidupkan kembali solusi dua negara yang didukung secara internasional dan membantu upaya Palestina untuk mendapatkan keanggotaan penuh PBB.
Otoritas Palestina telah mempertimbangkan langkah sepihak untuk menanggapi keputusan Trump yang baru-baru ini mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Seorang pejabat Palestina baru-baru ini mengatakan Perancis akan bersedia untuk mengakui "Palestina", jika negara-negara Eropa lainnya bergabung dengannya untuk melakukannya.
Namun, pada sebuah pertemuan bulan lalu dengan Abbas, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengesampingkan pengakuan "Palestina" sebagai sebuah negara secara sepihak.
Sebelumnya, Abbas mendesak Spanyol untuk mengakui "negara Palestina" sesuai dengan rekomendasi DPRD.
Dua minggu yang lalu, Rami Hamdallah, kepala pemerintahan Palestina di Ramallah, mendesak Norwegia untuk mengakui "Palestina" dalam sebuah pertemuan dengan menteri luar negerinya.
Beberapa negara Eropa dalam beberapa tahun terakhir mengakui negara "Palestina". Namun hal ini sebenarnya adalah gerakan simbolis yang memiliki efek diplomatik kecil, jika ada.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari