tirto.id - Ketika Komeng mengucap “uhuy”, selesai sudah pergumulan Septian Dwi Cahyo dalam mencari slogan acara yang tengah ia garap pada 1995. Kata itu terinspirasi dari seorang penjual tape yang kerap dijumpai Komeng.
“Saya pikir boleh juga. Jadilah ‘uhuy’ sebagai kata yang akhirnya diingat oleh orang-orang,” kata Septian. Kami berbincang via telepon di sela waktu berlibur Septian di Yogyakarta, Kamis (4/1/2018).
Nama Septian melambung lantaran kerap tampil melakukan pantomim di media massa. Ia teringat saat berusia sembilan tahun, orangtuanya mengajak menonton pantomim yang diperagakan seniman Prancis di Taman Ismail Marzuki. Momen itu berlangsung sekitar akhir 1970-an.
Sejak saat itu, Septian jatuh hati kepada pantomim. Kemudian ia kerap menonton tayangan Charlie Chaplin dan mulai melakukan pantomim di sejumlah panggung acara.
Bermula dari Ide yang Tak Spontan
Pada awal 1990-an, Septian berbincang dengan seorang produser di rumah produksi Starvision. Pria ini mengusulkan agar Starvision memproduksi tayangan pantomim. Septian terinspirasi untuk membuat parodi Charlie Chaplin di Indonesia. Tayangan Mister Bean pun turut menginspirasinya.
"Produser menyetujui ide saya dan menambahkan ide lain, yaitu sesi menjahili masyarakat yang direkam dengan kamera tersembunyi. Usul pantomim yang saya ungkapkan dijadikan sesi Den Bagus. Kami sepakat mengemas ide-ide yang terkumpul menjadi sebuah tayangan variety show. Di tahun tersebut belum ada tayangan serupa," tutur Septian.Soal penamaan "Spontan", Septian punya kisah tersendiri. "Nama Spontan muncul karena saya merasa semua yang terjadi di sekeliling kami waktu itu serba spontan. Baik itu lokasi shooting ataupun diskusi. Kami lantas menawarkan program ini ke SCTV. Respons dari mereka positif dan kami diminta untuk langsung menayangkan program. Sejak saat itu kami kejar tayang,” lanjutnya.
Penayangan perdana dilakukan pada 6 Januari 1996, tepat hari ini 22 tahun silam. Satu episode terdiri dari beberapa tema. Techno komedi sebagai opening, dilanjutkan empat tema untuk menjahili orang, satu sesi Den Bagus, satu sesi Tom, Jerry, dan Udin; dan dua sesi MC yang bicara yakni Komeng dan Ulfa Dwi Yanti. Saat itu ide kreatif setiap sesi tayangan berasal dari imajinasi Septian.
Septian mempersiapkan episode pertama itu selama satu tahun. Ia melakukan casting untuk mencari orang-orang yang tepat mengisi sesi acara di Spontan. Salah satunya terpilihlah Komeng. Nama itu diusulkan Ria Irawan.
“Saat itu Komeng sudah menjadi komedian. Ria bilang kalau saya harus bertemu dengannya. Saya memanggil Komeng untuk datang ke kantor. Begitu bertemu, saya langsung merasa dia cocok untuk ada di Spontan,” ujar Septian.
Awalnya Septian juga berperan menjadi pembawa acara Spontan. Komeng bertugas untuk menghampiri para tamu setelah dijahili. Seiring waktu berjalan, Komeng didaulat menjadi pembawa acara. Septian fokus untuk membuat isi cerita. Sampai saat ini, Spontan identik dengan Komeng yang mengucap kata uhuy.
Salah satu kewajiban tim Spontan ialah mendatangi berbagai pusat keramaian di Jakarta seperti Pasar Baru, Ancol, dan sejumlah mal untuk merekam reaksi spontan pengunjung setelah dijahili. “Dulu kami harus pintar-pintar membuat boks kamuflase,” katanya.
Sebenarnya format acara menjahili orang di televisi bukan hal baru. Tayangan dengan konsep tersebut pertama kali ditayangkan di Amerika Serikat pada 1949 dengan judul "Candid Camera". Acara itu dicetuskan oleh Allen Funt. Pada 1960-an, Candid Camera mencapai puncak kepopuleran dan negara lain seperti Inggris turut menayangkan acara tersebut.
Pada 1989-1992, ada program berjudul "Totally Hidden Video" yang ditayangkan di Amerika. Program ini berumur pendek lantaran dianggap meniru konsep Candid Camera. Belakangan, di tahun 2000, acara "Just For Laugh Gags" dirilis.
Di awal acara, sang pemain akan menerangkan terlebih dahulu tindakan yang hendak dilakukannya. Acara ini sempat ditayangkan di sejumlah negara seperti Finlandia, Kosovo, Kroasia, Pakistan, Malaysia, Afrika Selatan, Bosnia, dan Indonesia.
Tahun ini, Candid Camera tengah mempersiapkan pertunjukan untuk hari jadinya yang ke 80. Ada kalanya ide cerita Spontan terinspirasi dari Candid Camera. “Tetapi tetap dimodifikasi ulang,” kata Septian. Kebaruan yang disajikan Spontan saat itu ialah konsep pantomim Tom, Jerry, dan Udin; serta tayangan pantomim sebagai pembuka acara.
Tak berapa lama setelah ditayangkan, Spontan langsung populer. Program ini memenangkan penghargaan sebagai acara komedi terbaik. Penghargaan itu juga diberikan pada presenter dan sutradara acara. Pujian-pujian tentang Spontan sampai pada telinga Septian.
“Saya tidak percaya kata orang. Saat itu belum ada sistem pengukur rating. Saya melakukan survei dengan berkunjung ke kampung-kampung pada jam tayang Spontan dan melihat apakah mereka menyaksikan Spontan. Daerah yang biasa saya datangi adalah Pramuka dan Senen. Ternyata mereka memang menonton acara Spontan,” lanjutnya.
Spontan mencapai kepopuleran di tiga tahun pertama penayangan. Septian memutuskan untuk berhenti. Ia meninggalkan Spontan saat acara ini berhasil menjadi memperoleh rating tertinggi selama beberapa bulan. “Saya rasa berhenti di saat progam masih jaya-jayanya itu punya kesan yang baik,” kata pria yang sempat menyutradarai film horor itu.
Tanpanya, Spontan terus berjalan. Ide cerita datang dari tim penulis yang Septian rekrut di tahun kedua penayangan. Spontan berhenti tayang di SCTV pada 2002.
Di tahun 2003-2005, program ini tayang di Trans TV. Pada 2008, ANTV sempat menayangkan program Spontan Pilihan. Format acara yang ditayangkan masih serupa dengan konsep awal. "Perubahannya ada pada esensi acara. Reaksi masyarakat sudah tidak spontan lagi," ujar Septian.
Sampai saat ini, Spontan jadi program yang paling berkesan di hati Septian. “Saya happy karena jiwa saya ialah di komedi.”
Baca juga: Komedian Terkaya di Dunia
Septian punya pendapat sendiri tentang acara-acara televisi di Indonesia yang kerap berganti. Baginya, industri ini belum sepenuhnya mengapresiasi kreator dan tuntutan menyusun program yang teramat cepat membuat kreativitas kreator terganggu.
Selalu tertanam di ingatan Septian tentang episode Spontan ke-100 saat masyarakat terkejut karena dititipi “mayat”. Ide segar itu butuh waktu. "Mister Bean itu hanya punya 13 episode. Ia ditayangkan berulang, tetapi masyarakat tetap menerimanya. Tak seperti di Indonesia, orang luar negeri punya bargaining power yang kuat untuk menampilkan konten terbaik," pungkas Septian.
Penulis: Joan Aurelia
Editor: Ivan Aulia Ahsan