tirto.id - Hobi orang bervariasi, mulai dari olahraga, mengoleksi barang, hingga memelihara hewan seperti burung, anjing, atau kucing.
Tak jarang hobi menjadi peluang bisnis yang menjanjikan. Memelihara burung pengicau, misalnya. Bukan rahasia lagi, tak jarang memenangkan kontes kicau burung akan membuat harganya meningkat tajam dari jutaan hingga puluhan juta.
Namun hal itu tak berlaku bagi para pencinta kucing kontes yang enggan menjual hewan kesayangannya. Meski sering memenangkan kontes, pemilik kucing biasanya justru tak mau menjual hewan peliharaannya meski ditawar dengan harga mahal.
Padahal biaya yang dikeluarkan untuk merawat kucing tak sedikit. Beberapa pencinta kucing kontes bisa menggelontorkan jutaan hingga puluhan juta tiap bulannya.
Selain itu, hadiah bagi pemenang kontes kucing pun tidak seperti kontes penghobi hewan lainnya yang bisa membawa pulang jutaan hingga puluhan juta rupiah. Pemenang kontes kucing cenderung tak mengejar hadiah.
Kepuasan Batin Layaknya Merawat Anak Sendiri
Jessica Virgoria (22), adalah salah seorang pencinta kucing kontes. Gadis asal Solo itu mempunyai belasan kucing kontes dari berbagai jenis, seperti British Short Hair, Mainecoone, hingga Persia.
Ia sering mengikuti kontes kucing di berbagai kota, salah satunya kontes International Cat Show (ICS) pada akhir pekan lalu.
Jessica menjelaskan tak jarang kecintaan pehobi bermula dari keinginan memiliki hewan peliharaan untuk menjadi teman bermain di rumah.
"Kita itu bermula dari hobi, jadi kita senang dulu hidup bareng dengan kucing. Kita senang melihatnya, kaya merasa memiliki anak untuk diperhatikan setiap harinya," ujar Jessica saat ditemui di sela kontes kucing, Minggu (28/4/2024).
Dari perasaan itu, Jessica dan ratusan pehobi kucing lainnya di Solo kemudian memiliki keinginan untuk menambah peliharaannya.
"Berawal dari satu kucing, biasanya ingin nambah lagi. Apalagi kalau sudah merasa mampu memelihara, baik dari waktu maupun finansial. Soalnya kan kita juga harus menyisihkan waktu, tenaga, perhatian, kasih sayang, maupun keuangan. Ya, kaya punya anak sendiri gitu lah rasanya," tambah Jessica.
Menurutnya, meski harus menyisihkan banyak hal ketika seseorang mulai menekuni hobi memelihara kucing, kepuasannya tidak bisa dibandingkan dengan nilai finansial.
"Wah, kalau kepuasannya itu bukan soal uang, tapi lebih ke kepuasan batin. Jadi tidak bisa diukur dengan materi pokoknya," terang Jessica.
Menurut Jessica, seseorang yang ingin memelihara hewan apapun terutama kucing, harus siap dengan segala konsekuensinya. Seperti dirinya yang harus menyisihkan setidaknya Rp 1,5 juta hingga Rp 2,5 juta untuk memenuhi kebutuhan kucing miliknya, dari makanan hingga perawatan rutin lainnya.
"Ya, seperti kita manusia, gak mungkin kan sembarangan, termasuk soal makanan hingga perawatannya. Kaya beberapa kucing milik saya itu juga ada makanan khusus, seperti daging sapi non fat atau tanpa lemak. Maka itu, seperti tadi saya katakan, memelihara hewan termasuk kucing kaya kita merawat keluarga sendiri," ungkapnya.
Berkomunitas dan
Berkompetisi
Awal keikutsertaan pehobi kucing ras dalam sebuah kontes biasanya diawali dari komunitas. Seperti yang diakui Jessica, dirinya sebenarnya hanya bermula dari kecintaan pada hewan lucu tersebut hingga bertemu dengan teman sesama penghobi.
Ternyata dari komunitas tersebut akhirnya membuat banyak penghobi kucing mulai berkeinginan untuk menampilkan peliharaannya dalam sejumlah kontes.
"Ya, awalnya bertemu teman-teman sesama pencinta kucing. Dari situ mulai ingin menunjukkan kelucuan kucing kita, kebetulan ada informasi cat show, ya sudah dari dua tahun lalu jadi sering ikutan kegiatan seperti ini," urainya.
Meski sering mengikuti pentas kucing, banyak dari mereka yang tidak mengutamakan hadiah.
Menurut Kuncoro, ketua salah satu komunitas pencinta kucing di Kota Solo, kebanyakan yang dicari pengikut kontes kucing adalah piagam dari kategori yang diperlombakan.
"Event cat show memang ada beberapa kategori kucing ras. Biasanya yang dinilai itu anatomi, kesehatan kucing, karakteristik kucing, dan kemurnian rasnya. Jadi semuanya ada standar masing-masing sebagai penilaian kontes," kata Kuncoro.
Ia menambahkan, dalam sebuah kontes kucing, tidak sembarangan menentukan nilai, bahkan tak jarang penyelenggara mendatangkan juri dari luar negeri yang memegang lisensi penjurian.
"Kalau seperti acara di Solo ini kan tingkatnya internasional dan diikuti peserta dari berbagai daerah, jadi harus mendatangkan juri dari luar negeri. Seperti kali ini jurinya khusus dari Australia. Mereka yang memegang penilaian terkait standar perawatan hingga karakteristik kucing-kucing ras itu," kata dia.
Biasanya pencinta kucing mengejar piagam sejumlah nominasi dari setiap kategori yang diperlombakan untuk meningkatkan nilai hewan peliharaan mereka, yang nantinya berpengaruh pada keturunan kucing tersebut.
"Ada best nominasi, best in variety juga, terus ada best kitten, female, male, adult, ada juga kategori ras," ungkapnya.
Dari Pencinta Anabul Hingga Buka Cattery
Pencinta kucing atau anabul memiliki mata rantai yang cukup panjang. Khususnya untuk kucing kontes, bahkan memunculkan peternak-peternak kucing yang biasa disebut sebagai cattery.
Beni, perawat kucing dari Aziza Cattery Kota Depok, Jawa Barat, mengungkapkan bahwa di Indonesia sudah puluhan Cattery bermunculan. Hal ini biasanya diikuti dengan menjamurnya kontes-kontes kucing, baik yang berskala lokal, nasional, maupun internasional.
"Ada banyak cattery, biasanya satu cattery tidak hanya merawat satu jenis kucing. Seperti di tempat kami di Depok, ada belasan yang kami rawat dari berbagai ras kucing. Hampir semuanya pernah ikut kontes," ungkapnya.
Menurutnya, cattery tak hanya merawat kucing-kucing yang ikut kontes, tetapi juga untuk memperanakkannya.
"Keuntungan dari kucing yang sering memenangi kontes bakal menaikkan nama cattery asal mereka. Juga berpengaruh pada keturunannya, apalagi kalau rasnya murni. Bisa saja harga anakan anabul melambung nantinya," ujarnya.
Namun menurut Jessica, pemilik Aziza Cattery, pemilik peternakan kucing tak sembarangan memberikan atau menjual hasil peranakan hewan yang dirawat. Tak jarang ada yang dihargai tinggi, tetapi ada juga yang diberikan secara cuma-cuma untuk diadopsi.
"Kita bukan berpatokan pada harga anakan anabul yang bisa mahal kalau induknya sering menjuarai kontes. Sebelum berpindah tangan, kita tetap akan melihat siapa yang akan merawat mereka. Kalau hanya ingin memiliki hewan peliharaan tapi tidak paham cara merawatnya, kan kasihan kucingnya," pungkasnya.
Penulis: Febri Nugroho
Editor: Irfan Teguh Pribadi