tirto.id - Bantuan terhadap suku pedalaman Mausu Ane di Pulau Seram, Maluku Tengah, terus mengalir. Pihak TNI menyebut beragam bantuan terus mengalir. Seluruh bantuan pun ditempatkan di posko dekat hutan warga suku Mausu Ane tinggal.
"Kami buat tenda di situ, Kami datang ke situ lalu setelah mereka datang mulai sampai sekarang ini sudah sekitar 26 kk (kepala keluarga) yang sudah ada di situ. Jadi totalnya sekitar 117 orang dari yang informasinya sekitar 170an lah komunitas mereka itu," kata Kapendam Pattimura Kolonel ARM Sarkistan Sihalolo kepada Tirto, Senin (6/8/2018).
Sarkistan menerangkan, mereka lebih memilih untuk memusatkan bantuan dan membangun posko karena sejumlah alasan.
Pertama, warga Mausu Ane merupakan suku nomaden dan tidak berkelompok. Menurut Sarkistan, warga Mausu Ane akan meninggalkan tempat tinggal mereka apabila ada keluarga yang sakit atau meninggal dunia.
Kedua, mereka memilih memusatkan bantuan karena kesulitan bahasa. Sarkistan menerangkan, mereka membutuhkan penerjemah untuk berkomunikasi dengan suku Mausu Ane. Oleh karena itu, mereka memberikan bantuan secara sentralistik.
"Jadi dia bawa bahan makanan seadanya,bawa beras atau apa yang bs dibawa ke gunung bantuan-bantuan kita itu lalu dia kasih ke teman-teman dia di sana kasih tau mereka datang lagi," kata Sarkistan.
Selain memberikan bantuan makanan, Sarkistan mengaku pihak TNI juga mengajarkan sejumlah hal. Mereka mengajarkan warga Mausu Ane untuk hidup selayaknya manusia sejak awal insiden.
"Sekarang kami ngajari mereka yang biasanya jarang masak jadi kami ajari dia masak, cara hidup bersih cara menyikat gigi. sedikit-sedikit diajari bahasa Indonesia untuk berkomunikasi lah," kata Sarkistan.
Sarkistan mengaku sudah mendengar isu relokasi dan kepentingan isu politik. Mereka pun sedang mengonfirmasi kabar tersebut kepada Anggota DPRD Maluku. Hingga saat ini, mereka pun belum mendapat jawaban pasti. Akan tetapi ia hanya memastikan bahwa warga Suku Mausu Ane sudah berencana direlokasi di tahun 2015.
Suku tersebut pun kembali ke hutan karena tidak cocok dengan lingkungan seperti situasi rumah dan lingkungan lain.
"Kami ke sana murni rasa kemanusiaan kami jadi mendengar seperti itu tidak ada. Nanti relokasi kami hanya membantu saja," kata Sarkistan.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Yantina Debora