Menuju konten utama

Tips Menjawab Pertanyaan: "Dari Mana Asalnya Bayi pada Anak?"

Bagaimana cara orang tua menjawab apabila anak bertanya "dari mana asalnya bayi?", berikut tipsnya.

Tips Menjawab Pertanyaan:
Ilustrasi orang tua dan anak. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Pertanyaan "dari mana bayi berasal" umum ditanyakan oleh anak-anak usia pra-sekolah. Pertanyaan ini biasa muncul ketika anak-anak sedang menanti kelahiran adik mereka atau setelah menjenguk kerabat yang baru saja melahirkan.

Namun, tidak dapat dimungkiri, pertanyaan macam ini seringkali membuat orang tua canggung untuk menjawabnya. Orang tua kadang merasa malu atau khawatir salah mengucapkan kata dalam menjelaskan jawaban dari pertanyaan tersebut.

Bukan pertanyaan yang buruk

Sebagian masyarakat masih menganggap pertanyaan yang berkaitan dengan seks dan bagian tubuh privat sering kali dianggap tabu. Padahal, anak-anak membutuhkan pengetahuan tersebut.

Menurut Kids Health sejak masa bayi, anak-anak tertarik untuk belajar tentang tubuh mereka sendiri. Mereka memperhatikan perbedaan antara anak laki-laki dengan perempuan dan secara alami ingin tahu.

Sama seperti balita yang melihat alat kelaminnya sendiri saat telanjang, anak-anak yang mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan seks bukanlah tindakan yang tidak sopan. Itu adalah wujud normal keingintahuan anak-anak.

Anak-anak yang mengajukan pertanyaan semacam itu tidak boleh dihukum atau dimarahi. Anak-anak yang dimarahi ketika menanyakan hal tersebut akan merasa tidak enak dan malu akan keingintahuan alami mereka.

Tips orang tua dalam menjawab

Anak-anak membutuhkan jawaban untuk memuaskan rasa ingin tahu mereka. Untuk itu, orang tua harus siap menjawab pertanyaan ini, yang terkadang dapat melebar ke pertanyaan-pertanyaan lain seperti "bagaimana bayi keluar dari perut mama?" atau "kapan seorang perempuan bisa punya bayi?"

Berikut ini ada beberapa tips yang dapat dilakukan orang tua dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan tersebut:

1. Buang rasa malu

Dilansir dari Very Well Family, rasa malu orang tua tidak berlaku pada anak-anak. Pada umumnya, anak-anak tidak memiliki reaksi langsung terhadap seks seperti orang dewasa. Mereka tidak merasa malu kecuali rasa malu tersebut dikomunikasikan secara langsung atau tidak langsung oleh orang dewasa kepada mereka.

2. Jadikan anak sebagai pemimpin diskusi

Seperti yang dibahas sebelumnya, pertanyaan mengenai "dari mana bayi berasal?" sangat mungkin tidak hanya akan berhenti sampai di situ. Butuh waktu untuk berdiskusi antara anak dan orang tua saat membahas mengenai hal tersebut. Menurut Family Education, cara terbaik adalah membiarkan anak memimpin diskusi dan menentukan arahnya.

Artinya, orang tua dapat terus menjawab sampai rasa ingin tahu anak-anak terpuaskan. Berikan jawaban yang paling sederhana terlebih dahulu seperti "ketika sel telur dan sperma bersatu maka akan jadi bayi."

Jika anak-anak belum puas, seperti menanyakan "bagaimana sel telur bertemu dengan sperma?" maka tidak apa-apa untuk menunjukkan lebih banyak informasi.

3. Beritahu hal yang perlu diketahui

Sembari berdiskusi, kadang anak-anak tidak menanyakan hal yang juga penting untuk diketahui oleh mereka. Seperti, bagian tubuh macam vagina dan penis adalah area privat. Sehingga menegaskan hal tersebut pada mereka adalah penting.

Jelaskan pula bahwa bagian tubuh tersebut tidak boleh disentuh atau dilihat oleh orang lain selain diri mereka, orang tua, atau dokter saat berusaha memeriksa jika mereka sakit. Jika ada orang lain yang menyentuh atau melihat bagian tubuh mereka, katakan untuk memberitahu orang tua.

Selain itu, jelaskan pada anak-anak tidak semua orang boleh melakukan hubungan seksual. Sambungkan pada pendidikan seks mengenai penyakit menular seksual yang dapat menjangkit orang-orang yang berhubungan seksual secara tidak sehat.

4. Pilih kata dengan hati-hati

Menggunakan kata atau frasa yang salah terkadang dapat membuat anak takut. Misalnya, menggunakan kata "potong" dan "gunting" dalam menjelaskan operasi sesar bisa jadi menakutkan untuk si kecil.

Family Education memberi contoh, ketika anak bertanya, "bagaimana bayi keluar dari perut mama?" maka jelaskan secara perlahan dengan "kebanyakan bayi keluar melalui vagina ibu" sambil menjelaskan bahwa vagina tidak sama dengan uretra atau anus.

Selanjutnya, tegaskan pada anak jika bayi kesulitan keluar dengan cara tersebut, dokter dapat membuka perut dan rahim ibu agar bayi keluar dan kemudian menjahitnya kembali. Menggunakan kata "potong" dan "gunting" dalam menjelaskan operasi sesar bisa jadi menakutkan untuk si kecil.

Jika kesulitan untuk menemukan kata-kata yang pas, carilah beberapa buku anak-anak yang dapat menjelaskan hal tersebut disertai dengan gambar atau istilah sederhana. Bimbing anak-anak saat membacanya dan jelaskan bagian yang tidak dimengerti oleh anak-anak.

5. Jujur

Meskipun orang tua merasa tidak nyaman dengan keseluruhan situasi, menghindari diskusi, atau mengatakan ketidakbenaran hanya akan memberi tanda kepada anak bahwa ada sesuatu yang salah. Menurut Very Well Family, anak-anak mungkin merasa malu jika tidak ada atau percaya bahwa pertanyaan itu tidak pantas atau buruk.

Saat mendiskusikan mengenai hal ini, pastikan kenyamanan anak-anak dalam mendengarkan penjelasan yang diberikan orang tua. Namun, dengan catatan, berikan penjelasan yang jujur alih-alih menjawab dengan mengisahkan dongeng. Dengan begitu, orang tua dapat membantu anak-anak mengembangkan pengetahuan yang sehat mengenai tubuh manusia, kehamilan, dan seks.

Baca juga artikel terkait PARENTING atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Yonada Nancy
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Alexander Haryanto