tirto.id - Super Blood Wolf Moon, gerhana langka dengan tiga fenomena sekaligus, yakni Super Moon, Blood Moon, dan Wolf Moon, dapat diabadikan dengan kamera DSLR. Jack Fusco, fotografer yang khusus memotret bintang dan benda-benda langit berbagi metodenya untuk memotret fenomena alam ini.
Dikutip dari Forbes, Kamis (17/1/2019), momen gerhana yang terjadi pada tanggal 20-21 Januari tersebut bisa diabadikan dengan kamera DSLR menggunakan bantuan tripod. Lalu fotografer mengontrol penuh pengaturan kamera secara manual, sehingga dapat menentukan angle dan waktu yang tepat untuk memotret.
“Dengan lensa yang berukuran 24mm atau lebih besar, Anda akan lebih banyak menangkap pemandangan dan bintang-bintang-bintang, tetapi orbit bulan tampak sangat kecil di langit,” ujar Fusco.
Ia berencana mengambil gambar gerhana bulan Super Wolf Blood Moon tersebut di beberapa tempat, dari Joshua Tree, Anza Borrego Desert, dan Death Valley.
Fusco menambahkan, lensa telefoto akan membantu bulan terlihat mencolok dalam foto. Namun ada pertimbangan lain yang harus diperhatikan, yakni memotret dengan lensa berukuran 600mm atau lebih besar. Pengatuan ini membuat hasil potret bulan merah besar (big red moon) lebih maksimal.
“Pemotretan dengan lensa yang panjang akan membuat bulan terlihat lebih tajam selama melakukan eksposur (bukaan),” ujarnya lagi.
Untuk memotret bulan penuh (full moon) Fusco menyarankan dimulai dengan pengaturan kira-kira aperture f/4, ISO 100 dan eksposur 1/500 detik. Ketika bulan mulai melewati bayangan bumi, ISO dan eksposur dapat secara perlahan mulai ditambahkan.
“Ketika menggunakan lensa telefoto, Anda tidak usah pusing memikirkan waktu eksposur, apalagi ketika bulan mulai samar,” ucapnya. Ketika bulan mulai samar, bisa ditambahkan ISO secara berangsur-angsur.
Melansir Independent, gerhana Super Wolf Blood Moon ini dapat dilihat oleh orang-orang di banyak tempat, khususnya akan tampak jelas di daerah Amerika Utara, Amerika Selatan, dan bagian barat Eropa.
Namun, ketika melihat gerhana secara langsung atau tanpa kamera, disarankan menemukan area yang tidak ada cahaya, seperti gangguan cahaya lampu jalanan. Agar bulan tampak semakin jelas, direkomendasikan membawa teleskop atau alat binokuler.
Bulan tak hanya terlihat berwarna merah, tapi memungkinkan juga berwarna hitam, abu-abu, atau coklat. Tergantung jumlah debu dan pergerakan awan di atmosfer.
“Kita sungguh dapat memperoleh ilmu sains yang bagus dari apa yang terjadi di permukaan bumi selama gerhana bulan total, tetapi hal terkeren adalah ketika melihat bulan berganti warna,” kata Noah Pedro peneliti Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard kepada Space.
Warna-warna ini diproduksi cahaya matahari melalui atmosfer bumi. Meski peristiwa gerhana itu sangat menarik untuk dilihat keseluruhannya, tapi bisa juga melihat proses gerhana yang sebagian.
Penulis: Isma Swastiningrum
Editor: Ibnu Azis