Menuju konten utama

Timwas: Pemerintah Perlu Fokus Membangun Perbatasan RI

Tim Pengawas Pembangunan Perbatasan DPR RI menyatakan pemerintah perlu koordinasi yang lebih baik dan fokus lagi dalam menangani perbatasan. Komitmen pemerintah bersama jajaran terkait dalam pembangunan perbatasan harus lebih ditingkatkan dan langsung melaksanakan langkah-langkah nyata yang diperlukan.

Timwas: Pemerintah Perlu Fokus Membangun Perbatasan RI
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes-PDTT) Eko Putro Sundjojo berpose di bawah Bendera Merah Putih berlatar belakang rumah adat Suku Mau usai mengikuti upacara peringatan HUT Kemerdekaan RI di desa Laktutus, Kabupaten Belu, NTT Rabu, (17/8). ANTARA FOTO/Kornelis Kaha.

tirto.id - Tim Pengawas Pembangunan Perbatasan DPR RI menyatakan pemerintah perlu koordinasi yang lebih baik dan fokus lagi dalam menangani perbatasan. Komitmen pemerintah bersama jajaran terkait dalam pembangunan perbatasan harus lebih ditingkatkan dan langsung melaksanakan langkah-langkah nyata yang diperlukan.

Tim Pengawas (Timwas) Pembangunan Perbatasan DPR RI menyampaikan keprihatinannya terkait penanganan perbatasan dalam pertemuan dengan jajaran Pemerintah Kalimantan Utara di Tarakan, Kalimantan Utara, Sabtu (26/11/2016) pagi. Mereka menilai kehadiran negara di wilayah perbatasan Kalimantan dengan Malaysia belum optimal sehingga perkembangan wilayah itu belum signifikan.

"Negara belum hadir dalam kehidupan masyarakat perbatasan," kata Arteria Dahlan, politikus PDIP.

Timwas berada di Kalimantan Utara (Kaltara) sejak Kamis (24/11/2016) untuk memantau langsung pembangunan perbatasan, menelusuri persoalan dan mengamati kehidupan masyarakat perbatasan.

Ketua Tim Pengawas Pembangunan Perbatasan DPR RI Fahri Hamzah bersama anggota tim juga melihat pembangunan infrastruktur jalan serta jembatan. Fahri didampingi anggota timwas, yaitu Arteria Dahlan, Agung Widyantoro (Golkar), Hetifah Syaifudian (Golkar) dan Alvin Hakim Toha (PKB). Rombongan juga didamping tim dari Badan Nasional Pembangunan Perbatasan (BNPP).

Dari kunjungan tiga hari, dia menyampaikan tiga hal. Pertama, perlu penguatan regulasi terkait percepatan pembangunan perbatasan. Kedua, memperkuat kelembagaan. Agar BNPP lebih kuat, maka di masa mendatang perlu ditingkatkan menjadi lembaga yang memiliki kewenangan eksekusi kebijakan secara langsung.

Artinya ada kementerian percepatan pembangunan perbatasan seperti kementerian desa. Dengan kelembagaan yang memiliki kewenangan mengeksekusi kebijakan dan berada di bawah presiden, maka diharapkan perkembangan pembangunan perbatasan akan bisa dipercepat dan fokus.

Ketiga, pemerintah perlu segera menyikapi usul pembentukan daerah otonom baru (DOB) untuk wilayah perbatasan, seperti usul pembentukan Kabupaten Bumi Dayak (Kabudaya) Perbatasan. Arteria menyatakan, DOB merupakan hak masyarakat untuk mengusulkannya. Untuk Kaltara, pemerintah perlu segera menindaklanjuti usulan DOB agar rentang kendali pemerintahan, percepatan pembangunan dan pelayanan publik bisa dirasakan masyarakat.

"Kami sudah menelusuri wilayah dan melihat aktivitas kehidupan masyarakat," katanya sebagaimana dikutip Antara.

Kehidupan masyarakat perbatasan masih memprihatinkan. Potensi wilayahnya sangat besar, namun masyarakat kesulitan memasarkan hasil perkebunan. Hetifah mengemukakan, percepatan dan perhatian serius pemerintah melalui kebijakan yang strategis dan fokus akan mampu membangkitkan semangat serta optimistis masyarakat.

Baca juga artikel terkait PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR atau tulisan lainnya dari Akhmad Muawal Hasan

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Akhmad Muawal Hasan
Penulis: Akhmad Muawal Hasan
Editor: Akhmad Muawal Hasan