Menuju konten utama
Periksa Fakta

Tidak Benar Menepuk Lengan Bisa Menghindari Serangan Jantung

Gaya hidup adalah kunci dalam mencegah penyakit jantung dan stroke.

Tidak Benar Menepuk Lengan Bisa Menghindari Serangan Jantung
Header Periksa Fakta Tidak Benar Menepuk Lengan Bisa Menghindari Serangan Jantung. tirto.id/Tino

tirto.id - Informasi soal kesehatan kerap kali bermunculan di media sosial dan beberapa perlu ditelusuri kebenarannya. Medio Juni lalu, Tirto sempat memeriksa klaim soal larutan tepung sagu dan madu atau gula merah untuk mengatasi penyakit asam lambung atau GERD.

Kami menemukan bahwa penggunaan tepung sagu dalam hal itu belum diteliti secara luas dalam skala besar. Nyatanya, klaim manfaat tepung sagu dalam mengatasi penyakit asam lambung hanya berdasarkan testimoni anekdotal, sehingga belum dapat disarankan sebagai terapi untuk mengatasi GERD.

Kemudian pada penghujung Juni, mencuat narasi soal cara mencegah dan menghindari serangan jantung. Sebuah akun Facebook bernama “Pesona Alam” menyebarkan video berdurasi sekira 25 detik dengan takarir “4 cara menghindari serangan jantung”.

Menukil klip tersebut, cara pertama yang bisa dilakukan yakni dengan menepuk siku bagian dalam, baik tangan kanan dan tangan kiri. Kedua, menepuk ujung setiap jari kita. Kemudian, menepuk ketiak kiri dan kanan dengan cepat. Terakhir, tepuk tangan dengan jari terbuka.

Lakukan 1 -2 menit, sehingga aliran darah lancar kembali,” bunyi narasi di bagian akhir video.

Periksa Fakta Menepuk Lengan

Periksa Fakta Tidak Benar Menepuk Lengan Bisa Menghindari Serangan Jantung. (Sumber: Facebook)

Per Rabu (3/7/2024), klip yang beredar sejak Sabtu (29/6/2024) ini telah dibagikan sebanyak 2.800 kali dan mendapatkan ribuan impresi, berupa 8.400 likes dan181 komentar. Para netizen yang mewarnai kolom komentar tampak berterima kasih atas informasi yang dibagikan.

Namun, apa benar menepuk lengan dan tangan bisa menghindari serangan jantung?

Penelusuran Fakta

Mengutip laman Alodokter, serangan jantung adalah gangguan jantung serius ketika otot jantung tidak mendapat aliran darah. Kondisi ini akan mengganggu fungsi jantung dalam mengalirkan darah ke seluruh tubuh.

Gejala yang dirasakan penderita serangan jantung bisa berupa nyeri dada, sesak napas atau napas berat, pusing, gelisah, keringat dingin, mual, muntah, atau sakit perut. Namun, ada juga penderita serangan jantung yang tidak mengalami gejala dan langsung mengalami henti jantung mendadak.

Serangan jantung yang parah atau terlambat ditangani bisa menyebabkan beberapa komplikasi berbahaya. Komplikasi tersebut mencakup gangguan irama jantung atau aritmia, gagal jantung, syok kardiogenik, dan henti jantung.

Adapun terkait pemicu serangan jantung, merujuk lansiran Kementerian Kesehatan (Kemenkes), di antaranya adalah faktor penambahan usia, adanya riwayat penyakit jantung dalam keluarga, obesitas atau kegemukan, stres, dan pola hidup yang buruk.

Artinya, kurang berolahraga, merokok, dan berbagai aktivitas yang buruk bagi kesehatan dapat memicu seseorang terserang penyakit jantung.

Bagaimana dengan menepuk lengan untuk mencegah dan mengatasi serangan jantung?

Tirto mencoba menelusuri klaim itu lewat penelusuran Google. Lewat KlikDokter, dr. Devia Irine Putri menjelaskan bahwa narasi yang beredar tidak tepat dan sudah lama tersebar. Menepuk lengan disebut tidak memberikan efek apa pun, lantaran lengan dan jantung tidak berhubungan.

Saat seseorang terkena serangan jantung, langkah yang lebih baik dilakukan adalah resusitasi jantung paru (RJP). Mudahnya, RJP adalah teknik menekan jantung. Teknik ini membantu memompa supaya ada impuls listrik di jantung nyala lagi.

"Selain itu, saat terjadi serangan jantung, lihat dulu kondisi pasiennya. Kalau pasien tidak sadar, Anda harus melihat apakah pasien masih bernapas atau tidak, denyut nadinya ada atau tidak," ujar dr. Devia, menukil KlikDokter.

Ia menambahkan, kalau napas dan denyut nadi penderita serangan jantung tidak ada, yang bisa dilakukan adalah bantuan hidup dasar atau resusitasi jantung paru yang harus dikompresi sebanyak 30 kali. Meski begitu, harus digaribawahi bahwa RJP hanya bersifat pertolongan pertama pada orang yang mengalami masalah serangan jantung.

"Di sisi lain, RJP juga perlu dilakukan untuk mempertahankan sirkulasi darah dalam tubuh dan menekan jaringan yang mati. Tapi meski sudah RJP pada pasien serangan jantung, bantuan medis tetap diperlukan. Karena nanti bisa dibantu dengan obat-obatan dan tindakan medis lainnya," tegas dr. Devia.

Jika tidak menguasai teknik RJP, maka pendamping perlu tenang dan tidak panik, mengendurkan pakaian pasien, segera menghubungi dokter, mencari obat yang dibawa pasien, dan memastikan pasien mendapat penanganan medis.

Memperbaiki gaya hidup memang menjadi kunci dalam mencegah penyakit jantung dan stroke. Mengutip laman American Heart Association, beberapa langkah yang bisa diterapkan untuk mengurangi risiko serangan jantung di antaranya dengan berhenti merokok, memilih makanan yang kaya nutrisi (mengandung vitamin, mineral, serat, dan rendah kalori), beraktivitas fisik setiap hari, dan tidur yang cukup.

Dengan begitu, menepuk lengan dan tangan terbukti tidak berhubungan dengan pencegahan serangan jantung. Narasi serupa pernah tersebar pada 2019 silam dan telah dinyatakan tidak benar oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).

Kesimpulan

Hasil penelusuran fakta yang telah dilakukan menunjukkan kalau lengan dan jantung tidak berhubungan. Lewat KlikDokter, dr. Devia Irine Putri menjelaskan bahwa narasi yang beredar tidak tepat dan sudah lama tersebar.

Saat seseorang terkena serangan jantung, menurut dr. Devia, langkah yang lebih baik dilakukan adalah resusitasi jantung paru (RJP).

Gaya hidup menjadi kunci dalam mencegah penyakit jantung dan stroke. Beberapa langkah yang bisa diterapkan untuk mengurangi risiko serangan jantung di antaranya dengan berhenti merokok, memilih makanan yang kaya nutrisi, beraktivitas fisik setiap hari, dan tidur yang cukup.

Jadi, video yang berseliweran di media sosial tentang cara mencegah dan menghindari serangan jantung dengan menepuk lengan dan tangan bersifat salah dan menyesatkan (false & misleading).

==

Bila pembaca memiliki saran, ide, tanggapan, maupun bantahan terhadap klaim Periksa Fakta dan Decode, pembaca dapat mengirimkannya ke email factcheck@tirto.id.

Baca juga artikel terkait PERIKSA FAKTA atau tulisan lainnya dari Fina Nailur Rohmah

tirto.id - Periksa fakta
Penulis: Fina Nailur Rohmah
Editor: Farida Susanty