tirto.id - Nilai tukar rupiah masih menunjukkan tren penurunan. Per hari ini, Minggu (14/4/2024), nilai tukar rupiah berdasarkan kurs jual BCA e-rate telah menyentuh Rp16.150. Sementara itu, kurs referensi Bank Indonesia Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau Jisdor masih belum dirilis karena dalam masa libur.
"Di BCA e-rate, kurs jualnya sudah Rp16.150," tutur Ariston Tjendra, pengamat pasar keuangan, saat dihubungi Tirto, Minggu.
Menurut Ariston, faktor teranyar yang menyebabkan pelemahan rupiah adalah tensi konflik geopolitik Timur Tengah yang memanas. Konflik tersebut mengundang kekhawatiran pasar dan berpotensi mengganggu perekonomian global. Karenanya, pelaku pasar kemudian terdorong untuk masuk ke aset aman di dolar Amerika Serikat (AS).
Ariston juga menyoroti sentimen penundaan pemangkasan suku bunga the Fed sebagai sebab lainnya. Penundaan tersebut adalah imbas dari masih tingginya inflasi konsumen AS pada bulan Maret yang datanya dirilis Rabu kemarin.
"Ini juga mendorong penguatan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya termasuk rupiah," ujar Ariston.
Sebelumnya, nilai tukar rupiah sempat melemah di level Rp15.909 per dolar AS pada Selasa, 2 April 2024, berdasarkan kurs referensi Bank Indonesia Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau Jisdor. Nilai mata uang Indonesia tersebut ditutup stagnan dibanding dengan perdagangan sebelumnya.
Ariston menjelaskan, kurs rupiah terhadap dolar AS saat itu “digoyang” oleh situasi eksternal, yaitu ekskalasi ketegangan geopolitik di kawasan Timur Tengah (konflik Israel-Palestina) serta ekskalasi konflik Ukraina-Rusia.
“Dan sikap The Fed yang tidak akan terburu-buru memangkas suku bunga acuannya melihat data inflasi AS yang masih belum stabil turun ke target 2 persen,” ucap Ariston kepada Tirto, Selasa (2/4/2024).
Ketegangan geopolitik, menurut dia, bisa merembet ke perekonomian global. Konflik menimbulkan gangguan suplai sehingga meningkatkan inflasi dan memicu pelambatan ekonomi global.
"Ini menyebabkan pelaku pasar masuk ke aset aman di dolar AS dan juga emas,” ujarnya.
Penulis: Faesal Mubarok
Editor: Fadrik Aziz Firdausi