Menuju konten utama

Tema Hari Anak Korban Perang Internasional 2022 Diperingati 4 Juni

Sejarah dan tema Hari Anak Korban Perang Internasional 2022.

Tema Hari Anak Korban Perang Internasional 2022 Diperingati 4 Juni
Dua tentara Jerman dari Perang Dunia Kedua dengan senapan di tangan mereka siap menembak. FOTO/iStockphoto

tirto.id - International Day of Innocent Children Victims of Agression atau Hari Anak Korban Perang Internasional merupakan hari peringatan yang jatuh pada 4 Juni setiap tahun untuk mengakui rasa sakit yang diderita oleh anak-anak di seluruh dunia yang menjadi korban kekerasan fisik, mental, dan emosional akibat perang.

Peringatan ini ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Menurutnya, perlu ada berdasarkan kenyataan yang menyedihkan bahwa dalam situasi perang, anggota masyarakat yang paling rentan – yaitu anak-anak, yang paling terdampak oleh konsekuensi perang.

Dilansir dari National Today, awalnya didorong oleh perjuangan anak-anak Palestina dan Lebanon yang menjadi korban Perang Lebanon 1982, resolusi yang melahirkan hari libur tersebut tetap berupaya untuk mengakhiri agresi dan melindungi hak-hak anak di setiap wilayah lain yang dilanda konflik di dunia.

PBB insentif untuk mengikat kembali komunitas internasional dengan tujuan mengakhiri segala bentuk kekerasan terhadap anak. Dan menegaskan komitmen PBB untuk melindungi hak-hak anak.

Serta PBB dipandu oleh Konvensi Hak Anak, perjanjian hak asasi manusia internasional yang paling cepat dan paling banyak diratifikasi dalam sejarah.

Tema dan Sejarah Hari Anak Korban Perang Internasional

Tema Hari Anak Korban Perang tahun ini adalah "Stop attacks on children" atau "hentikan serangan pada anak-anak."

Perang yang berujung pada pemberlakuan Konvensi Hak Anak korban agresi dimulai pada Juni 1982, ketika Pasukan Pertahanan Israel menginvasi Lebanon selatan, menyusul upaya pembunuhan terhadap duta besarnya dari dalam negeri. .

Pemberlakuan hari libur itu terjadi tak lama kemudian pada pertemuan darurat Majelis Umum PBB pada 19 Agustus 1982, yang dipanggil karena takut akan meningkatnya jumlah korban sipil, termasuk anak-anak. Mereka terkejut banyaknya anak-anak Palestina dan Lebanon yang tidak bersalah menjadi korban tindakan agresi Israel.

Terdapat kenyataan menyedihkan yakni ada enam pelanggaran yang paling umum diantaranya perekrutan dan penggunaan anak-anak dalam perang, pembunuhan, kekerasan seksual, penculikan, serangan terhadap sekolah dan rumah sakit, dan penolakan akses kemanusiaan.

Perang selama empat bulan tersebut membuat PBB mengesahkan Resolusi Hak Anak pada tahun 1997. Peristiwa ini dianggap sebagai tonggak perkembangan, dalam upaya meningkatkan perlindungan anak dalam situasi konflik ketika menjadi perjanjian hak asasi manusia internasional.

Oleh karena itu, mengutip United Station, terdapat agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030 memuat rencana untuk mengamankan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak. Agenda baru tersebut untuk pertama kalinya mencakup target khusus mengakhiri segala bentuk kekerasan terhadap anak, pelecehan, penelantaran dan eksploitasi anak.

Ini merupakan perkembangan penting tentang perlunya perhatian khusus, advokasi dan upaya terkoordinasi, oleh masyarakat internasional, untuk mengatasi kerentanan dan pelanggaran yang dihadapi oleh anak-anak dalam situasi terkait konflik.

Baca juga artikel terkait HARI PENTING atau tulisan lainnya dari Olivia Rianjani

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Olivia Rianjani
Penulis: Olivia Rianjani
Editor: Dipna Videlia Putsanra