tirto.id - Perang Rusia dan Ukraina sudah memasuki 100 hari. Menurut berita terbaru hari ini, Jumat, 3 Juni 2022, Rusia sudah menguasai 20 persen wilayah Ukraina. Hal itu disampaikan oleh Presiden Volodymyr Zelenskyy.
CNBC melaporkan, menurut Zelenskyy, garis depan pertempuran antara Rusia dan Ukraina membentang lebih dari 1.000 kilometer atau 620 mil.
“Kami harus membela diri melawan hampir seluruh tentara Rusia. Semua formasi militer Rusia yang siap tempur terlibat dalam agresi ini,” kata Zelenskyy.
Pasukan Rusia terus menggempur wilayah Donbas di timur Ukraina di mana Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov menyebut misi mereka di tempat itu sebagai "prioritas tanpa syarat".
Pejabat Ukraina mengatakan, hampir seluruh wilayah Donbas dihancurkan oleh pemboman dan penembakan oleh pasukan Rusia.
Dalam pidatonya di Deputi Luksemburg, Presiden Zelenskyy mengatakan, sejak invasi dimulai, pasukan Rusia sudah menguasai lebih dari 7 persen dari wilayah Ukraina atau 16.602 mil persegi, ukuran itu sebanding dengan ukuran Belanda.
Sedangkan sekarang, kata Zelenskyy, kendali Rusia terhadap Ukraina sudah mencapai 20 persen atau lebih dari 46.300 mil persegi.
Situasi Perang Rusia dan Ukraina
Seperti dilaporkan ABC News, Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan, pasukan Rusia sudah menguasai sebagaian besar wilayah Severodonetsk. Itu adalah kota terbesar sekaligus pusat industri yang masih dikuasai Ukraina.
“Kemungkinan Rusia akan membutuhkan setidaknya jeda taktis singkat untuk mengatur ulang penyeberangan sungai dan serangan berikutnya lebih jauh ke Oblast Donetsk, di mana angkatan bersenjata Ukraina telah menyiapkan posisi pertahanan,” kata kementerian itu.
"Untuk melakukannya, mereka berisiko kehilangan beberapa momentum yang telah mereka bangun selama seminggu terakhir," tambah kementerian itu.
Presiden Zelenskyy mengatakan Rusia telah secara paksa mendeportasi lebih dari 200.000 anak Ukraina. “Ini adalah anak yatim dari panti asuhan. Anak-anak dengan orang tua. Anak-anak terpisah dari keluarga mereka,” kata Zelenskyy.
Zelenskyy menambahkan hampir 700 anak terluka atau tewas akibat serangan Rusia dan ada sekitar 139 anak hilang.
Di sisi lain, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dan pejabat Rusia lainnya mengutuk sekaligus mengecam keputusan Amerika Serikat yang ingin mengirim roket jarak jauh ke Ukraina sebagai bagian dari paket bantuan militer baru senilai 700 juta dolar AS.
“Ini adalah provokasi langsung, yang bertujuan melibatkan Barat dalam aksi militer,” kata Lavrov dalam konferensi pers saat berada di Arab Saudi.
Sebelumnya, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan: “Kami percaya bahwa Amerika Serikat dengan sengaja dan rajin menambahkan bahan bakar ke api.”
Editor: Iswara N Raditya